All Chapters of Memikat Hati Pangeran Kelas: Chapter 71 - Chapter 80

140 Chapters

Bab 70 : Sebuah Tim untuk Sebuah Misi

Setelah kembali dari rumah Vindreya, akhirnya Kenzo tiba di rumahnya. Mulai dari ruang tamu, ruang TV, kamar hingga dapur, Kenzo tak mendengar suara apapun yang biasanya dia dengar akibat pergerakan pamannya.  Kenzo lalu masuk ke kamar pamannya yang tidak terkunci dan tidak menemukan siapapun di dalam sana. Sekarang Kenzo yakin bahwa pamannya pasti sedang bertemu dengan para pembunuh bayaran untuk kembali menyusun rencana pembunuhan terhadap Gavin.  “Gue harus bertindak,” batin Kenzo.  … Dini hari sekitar pukul setengah dua, dua orang pembunuh bayaran dengan pakaian dan topeng serba hitam sedang berdiri di belakang tembok besar yang menjadi pembatas antara halaman belakang kediaman Sanjaya dengan jalan.  Jika diperhatikan lebih teliti, dua pembunuh itu bukanlah orang suruhan paman Kenzo yang kemarin. Tampaknya, paman Kenzo mengutus pembunuh
Read more

Bab 71 : Momen Hujan Rintik

Setelah puas mengguyur hingga membuat kota basah kuyup tadi malam, Minggu pagi ini langit kembali menurunkan beberapa tetes air hujan. Rintik-rintik yang terdengar menimpa tiap atap rumah membuat suasana pagi itu terasa menenangkan dan sejuk. Sayangnya, orang-orang yang sebelumnya sudah membuat rencana untuk keluar, harus mengurungkan niatnya.  Jam kini menunjukkan pukul 09.20 pagi. Vindreya membuka pintu utama rumahnya lalu berdiri di teras sambil melihat langit mendung yang masih betah mencurahkan hujan itu. Vindreya menghela napas panjang. “Huh. Kenapa harus hujan di saat gue dan Kenzo berencana keluar, sih?” Vindreya meluruskan wajahnya lalu melihat ke arah gerbang, membayangkan Kenzo datang menjemputnya dan mereka akan jalan-jalan seperti yang mereka rencanakan tadi malam sebelum berpisah. Sayang sekali, itu hanya akan terjadi jika hujan telah berhenti. “Eh?” Vindreya kaget. Tiba-tiba dia melihat Kenzo
Read more

Bab 72 : Momen Hujan Rintik (2)

Kenzo dibuat geregetan dengan sikap Vindreya. Laki-laki itu mencubit kedua pipi Vindreya dengan gemas. “Astaga, Vindreya Sanjaya! Tatap aja nih mata gue dan liat semua kebenarannya!” Vindreya menyingkirkan tangan Kenzo dari pipinya. Gadis itu lalu memalingkan wajahnya dari Kenzo sambil memanyunkan bibirnya. Tampaknya dia sedang begitu berselera membuat Kenzo kesal. “Nggak mau,” balas Vindreya. Kenzo mendengus kesal. Akhirnya dia menyerah untuk meyakinkan Vindreya lalu kembali menarik tangan gadis itu dan menidurkan kepalanya di atas sana sambil memejamkan matanya. Merasa Kenzo sudah menjadi lebih tenang, Vindreya kembali menoleh pada laki-laki itu dan lagi, dia hanya bisa memandangi kepala bagian belakang Kenzo. Vindreya tersenyum hangat. “Makasih ya Ken karena sekali lagi lo udah lindungi keluarga gue.” Kenzo hanya diam. Tampaknya dia sudah benar-benar tertidur. 
Read more

Bab 73 : Sebuah Lubang

Setelah puas berjalan-jalan di bawah rintik hujan bersama Kenzo, Rega dan Hansa, Vindreya diantar pulang oleh Kenzo. Laki-laki itu lalu langsung berpamitan karena harus mengunjungi ibu angkatnya di rumah sakit.   Di teras, Vindreya sempat diam sendirian beberapa saat melihat sebuah mobil berwarna hitam sedang terparkir di halaman rumahnya dan dia tahu itu bukan mobil milik Gavin ataupun Elvano.  “Hari Minggu kayak gini, siapa yang datang ke sini?” batin Vindreya.  Sambil diliputi rasa bingung, Vindreya masuk ke rumahnya. Sepanjang berjalan di ruang tamu, dia masih belum menemukan tanda adanya tamu. Ruang tamu itu pun kosong. Suara obrolan orang-orang juga sama sekali tidak terdengar.  Pung! Pang!  Vindreya dengan cepat menoleh ke depan. Baru saja dia mendengar suara yang cukup berisik dari arah dapur. Karena semakin penasaran, dia buru-bu
Read more

Bab 74 : Perkelahian Tengah Malam

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan Gavin masih belum tidur. Dia duduk di atas tempat tidurnya sambil terus memandangi layar ponselnya. Ponselnya itu sudah terhubung dengan CCTV yang dipasang di seluruh penjuru rumahnya. Dia ingin mendapat jawaban atas firasat buruk yang dia rasakan.  Gavin menoleh ke sisi kirinya di mana Freya dan Vindreya sudah tertidur pulas. Ya, Gavin sengaja mengajak Vindreya tidur di kamarnya malam ini agar jika terjadi sesuatu yang buruk, mereka tidak terpisah.  Di luar rumah keluarga Sanjaya, Kenzo yang berpakaian serba hitam sedang bersembunyi di atas pohon lebat yang berada di depan rumah Sanjaya. Beberapa kali dia menggunakan teropong untuk melihat dengan lebih jelas apakah keadaan di sekitar rumah itu baik-baik saja atau tidak.  Dua pembunuh yang sekarang menjadi tim Kenzo juga ikut berjaga di sekitar rumah Sanjaya. Masing-masing di antara mereka ada yang bersembuny
Read more

Bab 75 : Perkelahian Tengah Malam (2)

Dua buah hantaman secara bersamaan mendarat di kepala Kenzo dan menumbangkan laki-laki itu. Lalu, dua pembunuh lain yang merupakan tim Kenzo akhirnya datang setelah menyadari sudah ada penyerangan di rumah itu. Tanpa pikir panjang, kedua anggota dari tim Kenzo itu langsung menyerang dua pembunuh lain yang tersisa. Sayangnya, salah satu pembunuh jahat berhasil berlari dan menuju ruangan lain untuk mancari Gavin, sedangkan pembunuh jahat satunya lagi masih sibuk adu jotos dengan dua teman Kenzo. Seorang pembunuh berdiri di depan pintu kamar Vindreya dan langsung membukanya. Namun, setelah dicari-cari, tak ada seorang pun yang dia temukan di sana. Dia lalu masuk ke kamar lain yang adalah kamar Gavin dan Freya, tetapi hasilnya sama saja. Dia masih tidak menemukan siapa pun di sana. Akhirnya, tinggal satu ruangan yang belum dia geledah. Dapur. Tak tak tak! Terdengar langkah kaki menuju dapur. Gavin yang baru saja akan turun ke ruang bawah tanah lang
Read more

Bab 76 : Setelah Malam Mencekam

Di dalam rumah Gavin, akhirnya kedua temannya sadar dan sekarang sedang mendapat pertolongan pertama dari tenaga medis. Di dekat mereka, beberapa pembunuh bayaran yang sebelumnya terkena jarum tembakan Kenzo juga sudah sadar dan sedang diinterogasi oleh polisi sebelum akhirnya para pembunuh bayaran itu dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi lebih lanjut.  Sementara itu, beberapa pembunuh bayaran yang lain yang belum sadarkan diri akibat luka pukul yang parah, dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya akan menyusul teman-teman mereka yang sudah lebih dulu dibawa ke kantor polisi.  “Maaf, Vin,” ucap salah satu teman Gavin yang kala itu tengah duduk di sofa sambil bersandar. “Para pembunuh bayaran itu terlalu kuat dan kami nggak bisa ngalahin mereka. Tapi untunglah kamu dan keluarga kamu selamat.”  Gavin tersenyum hangat. “Kalian udah lindungi keluarga aku dan nggak ada alasan b
Read more

Bab 77 : Awal Kehancuran

Byur!  Kenzo perlahan membuka matanya setelah seloyang air dengan sengaja disiram ke wajahnya. Air itu mengucur dari kepala dan wajah Kenzo bersamaan dengan sisa-sisa darah dari kepalanya.  Dengan pandangan yang masih agak buram, Kenzo melihat ke sekelilingnya dan mendapati tangannya sudah dalam kondisi terikat pada dua buah tiang besi yang berdiri kokoh di kanan dan kirinya.  Di depan Kenzo, tampak ada beberapa pria tengah berdiri sambil tersenyum sinis. Salah satu di antara mereka adalah paman Kenzo sendiri yang tampaknya adalah orang yang paling terlihat bahagia.  “Selamat pagi, keponakan tersayangku,” ucap paman Kenzo sambil tersenyum dan melipat kedua tangannya di depan dada.  Akhirnya penglihatan Kenzo kembali normal sehingga dia bisa dengan jelas melihat tampang menyebalkan pamannya.  “Kuat juga kamu, ya.
Read more

Bab 78 : Kunjungan Elvano

Siang itu pukul dua, Elvano turun dari mobil merah mengkilatnya. Tentu saja seperti biasa, mobil itu dikendarai oleh ibunya. Elvano yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu tampak terburu-buru. Dia melihat ke sekelilingnya. Tak ada garis polisi lagi di sana. Itu artinya, untuk saat ini masalahnya sudah selesai.  “Sayang,” panggil Elvano dari dalam mobil sambil mengeluarkan kepalanya melalui jendela untuk melihat Elvano yang sudah berada di luar mobil.  “Iya, Mi?” balas Elvano.  “Mami mau langsung pulang, ya. Bentar lagi Mami mau arisan sama temen-temen Mami. Nanti kamu telepon aja Mami kalo udah selesai urusannya sama Vindreya, biar Mami jemput.”  “Yah, Mami. Aku malu kalo sendirian di rumahnya Vindreya tanpa Mami.”  “Ya, ampun. Kenapa harus malu sih, Sayang? Yang di dalam itu calon keluarga kam
Read more

Bab 79 : Menemui Kenzo

Elvano tersenyum hangat lalu meletakkan tangan kanannya di atas punggung tangan kiri Vindreya. “Vin, kenapa lo harus pikirin itu? Yang penting ‘kan lo nggak berniat untuk main di belakang Kenzo. Vindreya, mulai detik ini gue adalah sahabat lo dan harusnya bukan pemandangan yang aneh kalo gue deket sama lo, ‘kan?”  Alis Vindreya merapat dan dia langsung menarik tangan kirinya hingga tidak lagi dipegang oleh Elvano. “Tapi sahabat gue itu Hansa, bukan lo.”  Elvano tertawa kecil. “Emangnya satu manusia hanya boleh punya satu sahabat?”  “Ya, enggak, sih. Tapi ‘kan ….” “Ssstt.” Elvano tiba-tiba meletakkan telunjuk kanannya di bibir Vindreya dan itu spontan membuat Vindreya terdiam. “Pokoknya kita sahabatan. Yuk, nonton!”  Elvano bangkit dari sofa lalu menarik tangan Vind
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status