All Chapters of Memikat Hati Pangeran Kelas: Chapter 61 - Chapter 70

140 Chapters

Bab 60 : Serangan ke Rumah Sanjaya

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam, sementara Vindreya bersama kedua orang tuanya masih belum tidur. Kala itu mereka sedang berdiri di teras untuk melihat beberapa teman Gavin yang memang ahli IT sedang memasang CCTV di seluruh penjuru rumah.  Ya, Vindreya pastinya tidak lupa memberitahu Gavin dan Freya tentang rencana jahat paman Kenzo. Inginnya Gavin melaporkan paman Kenzo ke polisi. Namun, rupanya tidak segampang itu untuk mencari tahu mengenai identitas dan bukti kejahatan dari pria keji itu. Tampaknya dia begitu pintar dan hebat dalam menyembunyikan identitas asli dan jejak kejahatannya. Selain itu, jika Gavin membawa kasus ini ke polisi, maka Kenzo juga pasti akan terseret. Jadi, untuk sementara ini, memang hanya dengan memasang CCTV seperti inilah yang bisa keluarga Sanjaya itu lakukan.  “Pa, kalo orang-orang suruhan omnya Kenzo datang, apa yang bakal kita lakuin? Memangnya siapa yang mau ngawasin semua CCTV ini s
Read more

Bab 61 : Memanfaatkannya

“Masukin bolanya ke ring! Ayo-ayo! Semangat!” Samar-samar terdengar teriakan para siswa yang sedang menonton pertandingan basket yang diadakan di tengah lapangan.  Vindreya dan Hansa kompak memalingkan wajah mereka ke sisi kiri di mana pertandingan basket itu sedang berlangsung. Tunggu. Vindreya terpikirkan sebuah ide. Basket? Itu artinya di tengah lapangan ada ….  Vindreya memutar kepalanya untuk mencari di mana keberadaan Rega. Tak butuh waktu lama, orang yang dicari akhirnya ketemu juga. Ketua basket itu tampak sedang berlari dari satu titik ke titik lain di tengah lapangan untuk menunggu operan bola dari temannya.  Vindreya mendadak tersenyum jahil. Dia melirik pada Hansa yang berada di sebelahnya. Gadis lugu itu tampak baru saja mengalihkan pandangannya dari lapangan dan kembali melihat ke depan, arah kelas mereka.  Vindreya mendadak menghentikan langkah ka
Read more

Bab 62 : Semakin Mendekati Vindreya

Setelah selesai membuat rencana bersama Rega di depan kelas, kini Vindreya tengah berjalan di depan papan tulis menuju mejanya yang berada di pojok kanan depan. Di sana, tampak sudah ada Elvano yang duduk rapi menunggu kedatangan Vindreya.  “Hai, Vin,” sapa Elvano begitu Vindreya sudah tiba di sebelah meja mereka lalu duduk di bangkunya.  “Hai, El,” balas Vindreya.  “Dua jam pengembangan diri tadi lo ngapain? Olahraga atau ikut ekskul?”  Vindreya memanyunkan bibirnya. “Nggak keduanya. Gue ikut Hansa ke perpus.” “Oh, gitu. BTW, lo udah sarapan?”  Vindreya mengangguk. “Udah.” “Kapan?” “Pas di rumah tadi sebelum berangkat ke sekolah.” “Sekarang laper nggak?” 
Read more

Bab 63 : Saling Mencari

Jam sudah menunjukkan pukul 05.15 sore. Vindreya keluar dari sebuah taksi setelah memberikan sejumlah uang pada si supir sebagai bayaran. Dia memandangi bangunan besar yang ada di depannya yang tidak lain adalah rumah sakit tempat Kenzo dirawat.  Vindreya menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya. “Semoga aja Kenzo baik-baik aja. Semoga aku nggak denger kabar buruk sedikit pun mengenai Kenzo,” batin Vindreya penuh harap. Memang, selama ini Vindreya lebih sering mendapat kabar buruk tentang laki-laki itu dibanding dengan kabar baik. Entah kenapa kekasihnya itu selalu berada dalam lingkaran masalah.  Vindreya melangkah cepat memasuki rumah sakit. Sesampainya di dalam sana, dia langsung menaiki lift yang akan membawanya semakin dekat dengan ruangan Kenzo dirawat. Tak butuh waktu lama, akhirnya gadis itu tiba di depan ruangan Kenzo.  Ceklek.  Vindreya mendorong ke
Read more

Bab 64 : Dia Datang

Sekitar 15 menit berjalan, akhirnya Vindreya dan Hansa tiba di sekolah dan kini mereka sudah berada di dalam kelas. Mata Vindreya langsung tertuju pada bangku Elvano. Untunglah pangeran putih yang menyebalkan itu belum datang. Setidaknya untuk beberapa menit ini Vindreya tak perlu merasa terganggu dan bisa duduk dengan tenang.  “Selamat pagi, Tuan Putri,” salam Dimas yang sedang duduk di bangku guru.  Vindreya menoleh pada ketua kelas itu. “Apaan?” ketus Vindreya. Dia masih kesal karena kemarin Dimas mengejeknya.  “Pangeran putihnya mana, hem? Kok Tuan Putri jalan sendirian tanpa dikawal oleh pangeran putih yang tercinta dan sedikit manja itu?”  “Ih, Dimas!” Vindreya menghentak kesal. “Kok malah nanyain Elvano, sih?”  “Ya, terus gue harus nanyain siapa, Tuan Putri?”  
Read more

Bab 65 : Pemilik Vindreya

Pak!  Kenzo memukul pelan dahi Vindreya lagi. “Ck! Ngawur lo.”  “Ya, terus? Kok bisa kecebur ke kloset?”  “Tau, ah. Gue males ngomong.”  Vindreya memanyunkan bibirnya. Lagi-lagi Kenzo membuatnya kesal dengan sikap super dingin dan cueknya.  “Nah, gue mau nanya lagi, nih. Kemarin lo udah pulang dari rumah sakit, ‘kan? Kenapa tadi pagi nggak ke rumah gue dan jemput gue kayak biasa?”  “Pingin ngasih kejutan aja ke lo di sekolah.” Vindreya lagi-lagi tersenyum hingga matanya menyipit karena mendengar ucapan Kenzo. Entah kenapa ada banyak sekali ucapan mengejutkan yang keluar dari mulut laki-laki itu.  “Dan lo udah berhasil ngejutin gue. Ken, lo sebenarnya kangen nggak sih sama gue? Lo keliatan biasa aja. Beda sama gue
Read more

Bab 66 : Believe on You

“Pernah denger nggak kalo orang yang berjodoh itu, mukanya bakal mirip? Nih, foto ini udah buktiin ‘kan kalo Vindreya itu adalah jodoh gue?” yakin Elvano. Vindreya mendengus kesal. Dia lalu melihat dengan raut cemas pada Kenzo dan berharap laki-laki itu tidak akan mempercayai Elvano dan dua siswi itu. “Ken, lo percaya ‘kan kalo gue nggak mungkin lakuin itu?” tanya Vindreya. Kenzo menatap sinis pada Vindreya. “Bego lo. Selalu aja ngasih gue pertanyaan yang jelas-jelas lo sendiri udah tau jawabannya. Ya, jelas gue percaya lah sama lo. Kalo nggak, ngapain gue pacarin lo?” Elvano dan dua siswi itu menatap kaget pada Kenzo. Padahal mereka yakin bahwa bukti-bukti yang mereka tunjukkan pada Kenzo akan berhasil membuat laki-laki itu meragukan Vindreya. “Minggir!” Kenzo menerobos dan lewat di antara dua siswi itu sambil terus menggenggam erat tangan Vindreya. Akhirnya,
Read more

Bab 67 : Mengikuti Sampai Rumah

Setelah belasan menit berjalan bersama, akhirnya Kenzo dan Vindreya tiba di depan sebuah bengkel yang berada tepat di sebelah kanan rumah Vindreya. Di sana, mereka melihat dua orang yang tampak tidak asing. Rega dan Hansa. Tunggu. Apa? Rega dan Hansa?  “Lho. Itu Rega?” tanya Vindreya yang baru saja turun dari punggung Kenzo lalu melihat pada Kenzo.  Kenzo yang merasa sedang ditatap oleh Vindreya juga ikut menoleh pada gadis di sebelahnya itu. Dia memicingkan matanya. “Ngapain lo nanya ke gue? Emangnya lo nggak kenal bentukannya Rega kayak gimana?”  “Ish, lo. Kan gue pingin mastiin kalo gue nggak salah liat.”  “Hem. Lo nggak salah liat.”  Vindreya mendadak semringah. “Wah. Jadi, itu beneran Rega, ya? Dia … dia lagi berduaan sama Hansa? Ken, gue nggak salah liat, ‘kan? Hansa baru aja turun d
Read more

Bab 68 : Musuh Baru

Di ruang makan, Kenzo sudah duduk tenang, sedangkan Vindreya berdiri di sebelahnya untuk mengambilkan laki-laki itu sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya.  “Gini nih jadinya saat kita udah berumah tangga nanti, Ken. Hihihi,” ucap Vindreya lalu meletakkan piring yang isinya sudah lengkap itu di depan Kenzo. Dia kemudian ikut duduk.  “Masih jauh,” ketus Kenzo lalu mendekatkan piring itu kemudian menyendok sedikit nasi dan lauknya. “Aa.” Kenzo mengarahkan sendoknya ke mulut Vindreya.  “Wah, gue mau disuapin, ya?” Vindreya cengengesan.  “Hem. Gue nggak laper. Ini makanan kesukaan lo, ‘kan? Jadi, mending lo aja yang makan.”  Vindreya tersenyum lebar lalu membuka mulutnya kemudian berhasil sudah sesuap nasi dari tangan Kenzo masuk ke mulut gadis itu.  “Wah wah
Read more

Bab 69 : Usaha Melindungi Ibu Angkat

Setelah berhari-hari langit diselimuti awan tebal yang berwarna putih kehitaman, akhirnya malam ini turun hujan juga. Tidak terlalu deras memang. Namun, cukup menyejukkan untuk kulit-kulit manusia dan menyegarkan untuk tanaman.  Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 malam. Kala itu, paman Kenzo tengah berjalan sendirian menyusuri koridor rumah sakit. Setelah bermenit-menit dia melangkah, akhirnya dia berhenti di depan sebuah ruangan. Dia memang terbilang sangat jarang memasuki ruangan itu. Mungkin hanya sekali dua kali. Namun, dia ingat betul bahwa di ruangan itulah ibu angkat Kenzo dirawat.  Ceklek.  Pintu terbuka dan paman Kenzo sudah bersiap-siap untuk menjalankan sesuatu yang kejam yang sebelumnya menjadi senjatanya untuk mengancam Kenzo. Namun, meskipun sudah diancam seperti itu, Kenzo tetap saja kekeuh tidak ingin menjadi pembunuh bayaran lagi dan terus memaksa pamannya untuk berhenti mengincar Gavin.&nb
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status