Di ruang makan, Kenzo sudah duduk tenang, sedangkan Vindreya berdiri di sebelahnya untuk mengambilkan laki-laki itu sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya.
“Gini nih jadinya saat kita udah berumah tangga nanti, Ken. Hihihi,” ucap Vindreya lalu meletakkan piring yang isinya sudah lengkap itu di depan Kenzo. Dia kemudian ikut duduk.
“Masih jauh,” ketus Kenzo lalu mendekatkan piring itu kemudian menyendok sedikit nasi dan lauknya. “Aa.” Kenzo mengarahkan sendoknya ke mulut Vindreya.
“Wah, gue mau disuapin, ya?” Vindreya cengengesan.
“Hem. Gue nggak laper. Ini makanan kesukaan lo, ‘kan? Jadi, mending lo aja yang makan.”
Vindreya tersenyum lebar lalu membuka mulutnya kemudian berhasil sudah sesuap nasi dari tangan Kenzo masuk ke mulut gadis itu.
“Wah wah
Setelah berhari-hari langit diselimuti awan tebal yang berwarna putih kehitaman, akhirnya malam ini turun hujan juga. Tidak terlalu deras memang. Namun, cukup menyejukkan untuk kulit-kulit manusia dan menyegarkan untuk tanaman.Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 malam. Kala itu, paman Kenzo tengah berjalan sendirian menyusuri koridor rumah sakit. Setelah bermenit-menit dia melangkah, akhirnya dia berhenti di depan sebuah ruangan. Dia memang terbilang sangat jarang memasuki ruangan itu. Mungkin hanya sekali dua kali. Namun, dia ingat betul bahwa di ruangan itulah ibu angkat Kenzo dirawat.Ceklek.Pintu terbuka dan paman Kenzo sudah bersiap-siap untuk menjalankan sesuatu yang kejam yang sebelumnya menjadi senjatanya untuk mengancam Kenzo. Namun, meskipun sudah diancam seperti itu, Kenzo tetap saja kekeuh tidak ingin menjadi pembunuh bayaran lagi dan terus memaksa pamannya untuk berhenti mengincar Gavin.&nb
Setelah kembali dari rumah Vindreya, akhirnya Kenzo tiba di rumahnya. Mulai dari ruang tamu, ruang TV, kamar hingga dapur, Kenzo tak mendengar suara apapun yang biasanya dia dengar akibat pergerakan pamannya.Kenzo lalu masuk ke kamar pamannya yang tidak terkunci dan tidak menemukan siapapun di dalam sana. Sekarang Kenzo yakin bahwa pamannya pasti sedang bertemu dengan para pembunuh bayaran untuk kembali menyusun rencana pembunuhan terhadap Gavin.“Gue harus bertindak,” batin Kenzo.…Dini hari sekitar pukul setengah dua, dua orang pembunuh bayaran dengan pakaian dan topeng serba hitam sedang berdiri di belakang tembok besar yang menjadi pembatas antara halaman belakang kediaman Sanjaya dengan jalan.Jika diperhatikan lebih teliti, dua pembunuh itu bukanlah orang suruhan paman Kenzo yang kemarin. Tampaknya, paman Kenzo mengutus pembunuh
Setelah puas mengguyur hingga membuat kota basah kuyup tadi malam, Minggu pagi ini langit kembali menurunkan beberapa tetes air hujan. Rintik-rintik yang terdengar menimpa tiap atap rumah membuat suasana pagi itu terasa menenangkan dan sejuk. Sayangnya, orang-orang yang sebelumnya sudah membuat rencana untuk keluar, harus mengurungkan niatnya. Jam kini menunjukkan pukul 09.20 pagi. Vindreya membuka pintu utama rumahnya lalu berdiri di teras sambil melihat langit mendung yang masih betah mencurahkan hujan itu.Vindreya menghela napas panjang. “Huh. Kenapa harus hujan di saat gue dan Kenzo berencana keluar, sih?”Vindreya meluruskan wajahnya lalu melihat ke arah gerbang, membayangkan Kenzo datang menjemputnya dan mereka akan jalan-jalan seperti yang mereka rencanakan tadi malam sebelum berpisah. Sayang sekali, itu hanya akan terjadi jika hujan telah berhenti.“Eh?” Vindreya kaget. Tiba-tiba dia melihat Kenzo
Kenzo dibuat geregetan dengan sikap Vindreya. Laki-laki itu mencubit kedua pipi Vindreya dengan gemas. “Astaga, Vindreya Sanjaya! Tatap aja nih mata gue dan liat semua kebenarannya!”Vindreya menyingkirkan tangan Kenzo dari pipinya. Gadis itu lalu memalingkan wajahnya dari Kenzo sambil memanyunkan bibirnya. Tampaknya dia sedang begitu berselera membuat Kenzo kesal.“Nggak mau,” balas Vindreya.Kenzo mendengus kesal. Akhirnya dia menyerah untuk meyakinkan Vindreya lalu kembali menarik tangan gadis itu dan menidurkan kepalanya di atas sana sambil memejamkan matanya.Merasa Kenzo sudah menjadi lebih tenang, Vindreya kembali menoleh pada laki-laki itu dan lagi, dia hanya bisa memandangi kepala bagian belakang Kenzo.Vindreya tersenyum hangat. “Makasih ya Ken karena sekali lagi lo udah lindungi keluarga gue.”Kenzo hanya diam. Tampaknya dia sudah benar-benar tertidur.
Setelah puas berjalan-jalan di bawah rintik hujan bersama Kenzo, Rega dan Hansa, Vindreya diantar pulang oleh Kenzo. Laki-laki itu lalu langsung berpamitan karena harus mengunjungi ibu angkatnya di rumah sakit.Di teras, Vindreya sempat diam sendirian beberapa saat melihat sebuah mobil berwarna hitam sedang terparkir di halaman rumahnya dan dia tahu itu bukan mobil milik Gavin ataupun Elvano.“Hari Minggu kayak gini, siapa yang datang ke sini?” batin Vindreya.Sambil diliputi rasa bingung, Vindreya masuk ke rumahnya. Sepanjang berjalan di ruang tamu, dia masih belum menemukan tanda adanya tamu. Ruang tamu itu pun kosong. Suara obrolan orang-orang juga sama sekali tidak terdengar.Pung! Pang!Vindreya dengan cepat menoleh ke depan. Baru saja dia mendengar suara yang cukup berisik dari arah dapur. Karena semakin penasaran, dia buru-bu
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan Gavin masih belum tidur. Dia duduk di atas tempat tidurnya sambil terus memandangi layar ponselnya. Ponselnya itu sudah terhubung dengan CCTV yang dipasang di seluruh penjuru rumahnya. Dia ingin mendapat jawaban atas firasat buruk yang dia rasakan.Gavin menoleh ke sisi kirinya di mana Freya dan Vindreya sudah tertidur pulas. Ya, Gavin sengaja mengajak Vindreya tidur di kamarnya malam ini agar jika terjadi sesuatu yang buruk, mereka tidak terpisah.Di luar rumah keluarga Sanjaya, Kenzo yang berpakaian serba hitam sedang bersembunyi di atas pohon lebat yang berada di depan rumah Sanjaya. Beberapa kali dia menggunakan teropong untuk melihat dengan lebih jelas apakah keadaan di sekitar rumah itu baik-baik saja atau tidak.Dua pembunuh yang sekarang menjadi tim Kenzo juga ikut berjaga di sekitar rumah Sanjaya. Masing-masing di antara mereka ada yang bersembuny
Dua buah hantaman secara bersamaan mendarat di kepala Kenzo dan menumbangkan laki-laki itu. Lalu, dua pembunuh lain yang merupakan tim Kenzo akhirnya datang setelah menyadari sudah ada penyerangan di rumah itu. Tanpa pikir panjang, kedua anggota dari tim Kenzo itu langsung menyerang dua pembunuh lain yang tersisa. Sayangnya, salah satu pembunuh jahat berhasil berlari dan menuju ruangan lain untuk mancari Gavin, sedangkan pembunuh jahat satunya lagi masih sibuk adu jotos dengan dua teman Kenzo.Seorang pembunuh berdiri di depan pintu kamar Vindreya dan langsung membukanya. Namun, setelah dicari-cari, tak ada seorang pun yang dia temukan di sana. Dia lalu masuk ke kamar lain yang adalah kamar Gavin dan Freya, tetapi hasilnya sama saja. Dia masih tidak menemukan siapa pun di sana. Akhirnya, tinggal satu ruangan yang belum dia geledah. Dapur.Tak tak tak!Terdengar langkah kaki menuju dapur. Gavin yang baru saja akan turun ke ruang bawah tanah lang
Di dalam rumah Gavin, akhirnya kedua temannya sadar dan sekarang sedang mendapat pertolongan pertama dari tenaga medis. Di dekat mereka, beberapa pembunuh bayaran yang sebelumnya terkena jarum tembakan Kenzo juga sudah sadar dan sedang diinterogasi oleh polisi sebelum akhirnya para pembunuh bayaran itu dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi lebih lanjut.Sementara itu, beberapa pembunuh bayaran yang lain yang belum sadarkan diri akibat luka pukul yang parah, dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya akan menyusul teman-teman mereka yang sudah lebih dulu dibawa ke kantor polisi.“Maaf, Vin,” ucap salah satu teman Gavin yang kala itu tengah duduk di sofa sambil bersandar. “Para pembunuh bayaran itu terlalu kuat dan kami nggak bisa ngalahin mereka. Tapi untunglah kamu dan keluarga kamu selamat.”Gavin tersenyum hangat. “Kalian udah lindungi keluarga aku dan nggak ada alasan b