Ia lalu menghitung sampai tiga. Tepat setelah hitungan ketiga, Edgar melompat dari atas kapal menuju sekoci. Hap! Ia melompat tepat di tempat kosong yang sudah di sediakan oleh awak kapal. Ia langsung duduk di sebelahku, dan aku langsung menghambur ke dalam pelukannya. Tubuhku bergetar hebat, takut terpisah darinya. “Tenang tenang,” bisik Edgar yang menyadarinya, sambil balas memelukku. tangannya mengusap bahuku dengan lembut. “Ya, gue takut kepisah sama lo,” lirihku dengan air mata mengalir. “Tenang aja, kita pasti selamat,” sahutnya mencoba menenangkanku. Edgar lalu mengambil bocah laki-laki yang ada dalam pangkuanku ini ke pangkuannya. "Anak pinter, jangan nangis ya nak," ucap Edgar bak seorang ayah. Satu lagi sisi lain dari Edgar yang baru kuketahui, ternyata ia sosok yang sangat lembut dan penyayang. Bocah itu menatap wajah Edgar dengan tatapan polos yang membuat kami tersenyum seketika karena gemas. Ah, di tengah-
Baca selengkapnya