Semua Bab PERTAMA UNTUK NAIMA: Bab 41 - Bab 50

208 Bab

Chapt 41. Bukti Sakti

   Naima sedang asyik membersihkan rumah Albe, mengelap setiap perabotan dan hiasan. Kalau lantai, tak perlu repot ada robot canggih yang setiap satu jam mondar mandir mengelilingi setiap sudut rumah, mungkin hanya menggosok closet saja yang harus dilakukan sendiri.     Masih memakai baju Albe, ia akan pulang nanti. jika tidak memungkinkan, ia akan mampir ke mall atau toko baju terdekat. Tidak mungkin berangkat kerja dengan baju yang sama, pasti semua akan curiga, apalagi Tiara. Bisa saja dia bertanya pada Albe baju perempuan yang ada di walk in closet itu kepunyaan siapa, tapi ada ego yang melarangnya. Dan juga seharusnya Naima meminta izin menggunakan baju Albe, “Huft” mendesah resah, gadis itu merebahkan badannya di sofa. Dia sudah makan tadi, memesan GoFood supaya lebih praktis.    Namun menurut Naima, tinggal di ap
Baca selengkapnya

Chapt 42. Berguru Pada Yang Ahli    

   Pertanyaan Naima masih menjadi teka-teki tanpa jawaban. Viran membereskan laptopnya. Naima berdehem, "Ehem ... Bang. Memang Albe kalau ONS suka di sini?" Naima bertanya dengan hati-hati. Viran terkekeh, adik angkatnya memang lugu sekali, memakan bulat-bulat apa yang dia katakan. "Gak lah Nai, palingan buka kamar. Mana mau si cowok higienis itu bawa sampah kesini. Kamu aja keknya, bangga ga? Bangga dong!" Naima merotasi matanya, nanya sendiri jawab sendiri. "Kapan terakhir?" Naima masih mencerca Viran, menjadi sangat penting untuknya jika itu menyangkut Albe. Jiwa rapuh gadis itu tidak akan sanggup menahan sakit jika suatu saat akan ada Nindy yang lain yang mengusik hubungannya dengan Albe.  "Lo tanya laki lo aja Nai, gue gak tiap hari sama dia. Kita ketemu kalau ada berkas atau dokumen yang membutuhkan andilnya. Seminggu ini aja gue
Baca selengkapnya

Chapt 43. Manuver Jaka

Naima dan Tiara saling tatap, Pak Jaka sekarang menjadi suka menyebalkan menurut mereka. Jam kerja juga masih lama untuk Naima masih ada 30 menit, sedang untuk Tiara lebih lama lagi. "Ya sudah selamat menikmati," Jaka berlalu meninggalkan Naima dan Tiara. Kedua gadis itu mendesah lega, saling melempar tatap dan terkikik. "Lanjut Ra." Naima berkata lirih. Tiara menoyor pelan jidat gadis yang memang banyak disukai orang itu sambil tertawa. " Ya ga ada lanjutannya, Lo cukup pakai itu aja. Kalo cowok Lo mau pake kondom juga ga jamin gak bocor soalnya, Nai." Naima bergidik, dia belum melakukan apapun, tapi sudah menanyakan macam-macam. "Heh, tapi hati-hati ya ... punya bule biasanya gede dan panjang, hahahah." Tiara menggoda Naima yang terlihat ngeri. Membayangkan Albe menyentuhnya membuat bulu kuduk Naima meremang, entah karena takut atau karena penasaran. Menggelengkan kepalanya pelan Naima mencoba mengenyahkan pikiran tentang Albe yang terus menari-nari dalam pelupuknya. "M
Baca selengkapnya

Chapt 44. Masih Manuver Jaka       

   Di belahan dunia lain, dengan perbedaan waktu 12 jam dengan gadis yang masih bergelung dengan mimpinya. Pria tinggi dengan tas ransel kecil tersampir di pundaknya dan satu koper besar di samping kirinya, duduk dengan tenang di salah satu sofa gerai kopi terkenal yang sudah tersebar di seluruh penjuru mayapada. Wajahnya nampak menunjukkan lelah dan kantuk, serangan jetlag melandanya. Tentu saja waktu New York hampir jam 3 siang sedangkan waktu Jakarta 3 pagi. Untuk menghalau kantuk sambil menunggu adiknya menjemput Albe memesan segelas kopi. Adiknya Blair masih senior high school setelah mata pelajaran usai Blair berjanji menjemputnya.   Jaka menghidupkan gawainya, membuka salah satu notifikasi dari gadis favoritnya. Albe tekekeh tertahan, menggigit bibirnya. Gadis itu akan mengungkapkan perasaanya jika ada sesuatu mengganggu egonya. Ada apa dengan uang yang dia kirimkan? a
Baca selengkapnya

Chapt 45. Apa yang kau lakukan Al?

     Jaka menjejakkan kakinya ke bagian dapur Cafe Kita, Naima sedang sibuk dengan menu baru yang sudah diajarkan oleh Chef Adi. Semua orang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Hingga tidak menyadari kehadiran Jaka. Jaka hanya memperhatikan, setiap pekerja dapur yang bisa diajak kerjasama. Entah apa yang menjadi rencana pria sunda tersebut. Jaka memindai seseorang yang terlihat memperhatikan Naima dengan penuh minat, lelaki itu merotasikan matanya malas. Begitu mempesonakah Naima? Hingga banyak sekali yang menaruh hati pada gadis itu. Jaka memutar tumitnya meninggalkan dapur.       Naima melihat sekilas Jaka yang masuk ke dapur, tapi saat gadis itu menoleh sang pimpinan sudah tidak berada di sana. Jaka memang seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tak diantar. Setidaknya menyapa karyawannya dan memberi semangat akan jauh lebih bai
Baca selengkapnya

Chapt 46. Jeratan Lara

Pendar kekuningan menelusup masuk melalui celah sempit, seakan tak mau menyerah. Cahaya emas  itu menyeruak masuk menyibak bulu lentik nan panjang kelopak serupa almond. Menari di netra coklat gelap dengan helaian laksana sutra merah berpencar pada sekeliling kelereng yang seharusnya bening. Jejak tangisan semalam masih membekas pada cakrawala gadis ayu yang masih setia mengungkung diri di peraduannya. Semangatnya mengabur, melayang, kepingan ingatan tentang sang pangeran yang dia rindukan. Namun malah asik bercumbu dengan wanita lain, membuat hatinya meriyut nyeri. Ini baru 2 hari, bagaimana jika 3 bulan? Hal apa lagi yang akan ia temukan atau akan ia alami? Demi menjaga pikiran dan hatinya tetap waras, hari itu ia bertekad tidak akan mengaktifkan ponselnya. Seperti biasa, ia bangkit membersihkan diri dan bekerja seperti biasa. Di tempat kerja, Naima ti
Baca selengkapnya

Chapt 47. Aksara Rindu

Daun yang berguguran, semilir angin kering yang dingin laksana hatinya yang sedikit mengeras, terhempas, karena mengharap. Bayangan paras lembut dan ayu yang setia menari-nari di pelupuk mata tanpa tahu untuk berlalu. Mengharap kekasih hati menghubungi, menyalurkan rasa rindu, menyebutkan nama dengan mesra. Seperti mengharap bintang yang menemani rembulan dalam rinai hujan, tak akan mungkin. “Ric, kenapa tidak tidur? Masih Jetlag?” Blaire mendekati Albe, mengucek matanya. Gadis itu baru saja dari pantry untuk mengambil minum, tapi netra hijau bening milik gadis jangkung itu melihat Albe yang gelisah di teras belakang rumah orang tua mereka. “Aku menunggu seseorang menelponku.” Albe memperlihatkan ponselnya yang hanya ia mainkan sejak tadi. “Kenapa tidak kamu dulu saja yang menelepon dia? Apakah itu Chloe?” Albe memandang Blaire, mengapa adiknya menyebut nama Chloe, wanita penghianat yang membuatnya mengikuti Jaka untuk menyembuhkan luka. “Maksud kamu? Aku sudah lama tidak berhubun
Baca selengkapnya

Chapt 48. Beban Prasangka

Naima masih kepayahan membebat hatinya yang tersayat, air bening tak henti mengalir dari cakrawalanya. Dia belum berminat mengaktifkan ponsel, dia bukan ingin menghukum Albe. Namun menghukum dirinya yang dengan lancang menerima setengah hati orang yang menjanjikan bahagia. Namun 2 hari pernikahan yang ia dapat hanya nelangsa. Hati Naima tak semurah itu, mahar kalung 10 gram, uang 10 juta dan nafkah lahir 100 juta terlalu sedikit untuk jiwa dan hatinya yang rapuh. Karena kepingan kecewa yang berserakan tak akan bisa direkatkan kembali. Ketukan di pintu kamar membuat Naima harus beranjak. Melihat dari ekor mata jam sudah menunjukkan angka 17, berarti sudah 1 jam sejak kepulangan dari tempat kerja, hanya ia habiskan untuk menangisi lelaki yang belum tentu mengingat keberadaannya pada saat ini. Bunyi ketukan berisik menjadi berirama laksana gendang pantura, memaksa Naima segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah. Setidaknya air akan mengaburkan duka yang membekas. Memas
Baca selengkapnya

Chapt 49. Apa Garansinya?

Kepergian Viran hanya meninggalkan gamang yang tak berkesudahan. Menebalkan hati, Naima meraih gawainya. Dengan degup jantung yang menderu, Naima menekan tombol panggil pada kontak yang bernamakan My Love. Alay memang, namun begitulah Naima memberi nama pada kontaknya. “Hallo,” Sapa Naima dengan suara pelan nyaris berbisik. “Thanks God! Baby, I miss you so bad.” Albe menggeram bahagia. “Bagaimana kabarmu?” Naima menahan napas, matanya memanas. “Aku baik, Babe, aku ingin melihat wajahmu.” Albe berkata dengan lirih. Ada jeda di sana, Naima terdiam. Albe mendesah, mengerti kemarahan gadis itu. Siapapun tidak akan menerima, begitu pula jika itu ada pada posisi Albe. Ia pasti akan lebih brutal meluapkan kekecewaannya. “Mungkin marah bukan kata yang tepat, aku tahu kamu kecewa, Babe. Tapi aku bersumpah itu masa lalu kami. Bukan kemarin, saat ini atau nanti. Aku tidak hanya meminta maaf, aku meminta pengampunan-mu, Baby,” ucap Albe dengan suara yang sama merana-nya dengan hatinya. “Al
Baca selengkapnya

Maaf

Hai readerku sayang😘, maaf untuk bab 48 ada revisi. Karena sedang tidak enak badan, eh jadi ngawur tanpa edit ke publish.  Untuk cover juga di ganti ya, kalau ga bagus bilang ke mamak otor ya. Nanti kita bikin yang bagus. Pokoknya kalian penyemangatku. Tanpa kalian apalah aku. Semoga bisa di maklumi ya, tetap tinggalkan reviewnya juga kritik dan saran. GA di bab 100 ya. Jadi jangan males komen soyong-soyongku ku🤗 nanti akan ada hadiah menarik. Kira-kira mau kalian apa ni? Pulsa atau koin aja? Nanti mamak otor pilih sesuai banyaknya komen.  Ini udah mau bab ke 50 dong ya.. yeyyy ayo berhitung dan tinggalkan jejaknya.      
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status