Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of PERTAMA UNTUK NAIMA: Chapter 31 - Chapter 40

208 Chapters

Chapt 31. Sebuah Pengakuan

Pelukan adalah bahasa tubuh sederhana yang selalu kamu butuhkan saat merasakan emosi apa pun. Entah itu saat bahagia, entah saat sedih, entah saat mengalami kondisi emosi lainnya. Seperti yang Naima lakukan saat ini, rasa haru yang melingkupi hati membuatnya kehilangan kendali, dan fakta bahwa salah satu teori mengungkapkan jika kata asli 'hug' (bahasa Inggris dari 'peluk/pelukan') boleh jadi berhubungan dengan kata 'hugga' dari Old Norse (bahasa Jerman Utara) yang berarti 'nyaman', apakah ia merasakan kenyamanan saat bersama Albe? Naima mengurai pelukannya dengan sedikit kecanggungan, Albe hanya tersenyum simpul penuh tanda tanya. Netra kehijauan itu bersinar dan berpendar layaknya lentera dalam keremangan. Seperti mengucapkan terima kasih, apakah pelukan spontan Naima sangat berarti untuk pria tinggi dengan jambang coklat gelap yang mulai tumbuh mengelilingi rahang kokohnya? Albe membimbing Naima untuk duduk di kursi yang telah ia tarik tadi, baru ia menempatkan diri di seb
last updateLast Updated : 2021-10-23
Read more

Chapt 32.  Oh Hati

    Keterkejutan Naima membuat hati Albe berbunga, tentu saja itu menandakan adis itu tidak rela dia pergi. Pria tampan itu memegang pipi Naima menenangkan, “Aku memang akan pulang, Baby. Maka dari itu aku ingin memintamu menjaga separuh hatiku yang ada di hatimu.” Albe menyunggingkan senyum yang membuat Naima malah menjadi semakin membeku. “Apa kamu gak akan kembali?” Tanya Naima dengan suara yang melemah, tenaganya seperti melayang. Rasa takut Albe tidak akan kembali menyeruak di palung hati. Pria tampan itu mengendikkan bahu, sengaja membuat Naima semakin menunjukkan ketidakrelaannya melepaskan dia untuk pergi. “Tergantung kamu Nai ….“ Albe menggantung perkataannya, membuat Naima semakin gelisah. “Kenapa harus tergantung aku, Al?” Naima menatap Albe dengan perasaan yang campur aduk, inginnya mengatakan jangan pergi, tapi gadis itu sadar dia bukan apa-apa untuk lelaki dengan iris sewarna pucuk daun itu. Akan tetapi tidak cukupkah cin
last updateLast Updated : 2021-10-23
Read more

Chapt 33. Rencana Jaka

     Naima memicingkan mata, bunyi alarm membangunkannya. Masih dengan posisi yang sama, baju yang sama. Naima mencoba bangkit, lehernya sakit. Posisi tidur atau lebih tepatnya tertidur dalam keadaan memilukan, membuat ia memosisikan kepala dengan tidak benar. alhasil sekarang lehernya sangat sakit saat hendak memalingkan wajah. Naima menggeleng-gelengkan pelan kepalanya, mengambil minyak kayu putih dan mengurut pelan.   Rentetan peristiwa tadi malam membuatnya menghembuskan napas pelan dan dalam. Melirik Kalung setengah hati yang tergeletak mengenaskan di atas sprei yang kumal dan lecek karena tangisannya. Naima membiarkan benda itu tetap di tempat, memasuki kamar mandi mencoba menyegarkan diri, berharap dengan guyuran air yang mengenai setiap pori-pori juga membawa serta kepiluan hatinya.    Nyatanya Naima salah, bayangan senyum Albe juga cara pria itu memandangnya, bahkan genggaman telapak tangan pria itu pada tangannya masih
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more

Chapt 34. Penyesalan Selalu di Akhir

           Naima yang sedang bersiap-siap akan menuju kediaman Albe tersentak dengan getar ponsel di tasnya. Gadis itu sudah berdandan manis dengan tanktop hitam, di lapisi kemeja flannel kotak-kotak dipadu dengan celana skiny jeans biru gelap yang membungkus kaki jenjangnya. Naima mengambil ponsel dan melihat nama chef Adi tertera di layar, alis gadis rupawan itu mengerut. Hari ini hari off untuknya, merasa ada yang aneh karena tidak pernah chef Adi menelepon. “Selamat pagi chef ....” Naima menyapa, sedang tangannya masih sibuk mengunci pintu kamar. “Pagi Nai, sedang apa?“  Suara Chef yang beberapa bulan menjadi pembimbingnya itu terdengar bersemangat. Naima berjalan pelan menuruni tangga, “ Saya mau jalan Chef, ada apa ya?” Naima menanyakan keperluan apa yang membuat chef-nya menghubungi. “Waduh berarti ganggu dong ....” Chef Adi seperti sungkan. Naima mengelak, “Tidak Chef, kebetulan hanya
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more

Chapt 35. Rasaku dan Rasamu

“Ra, apartemen di depan itu ya!?”Naima berseru menepuk bahu Tiara, gadis yang menyetir motor trail itu mengangguk tanda mengiyakan. Sampai di depan gerbang, Tiara menghentikan motornya. Naima segera turun dan menyerahkan helm, “Ra, makasih, aku masuk … bye …”Naima berlari menuju lobby dan masuk ke dalam apartemen yang menurut Tiara sangat mewah. Gadis itu mengamati sebentar,siapa yang Naima temui? Itu menjadi tanda tanya bagi Tiara. Sementara Naima dengan gelisah memencet kode akses untuk masuk ke dalam lift, gadis itu berdiri dengan tidak sabaran, matanya sudah memanas Naima memegang kalung yang Albe berikan. Bunyi ‘Ting’ sebagai tanda ia sudah sampai pada lantai yang ia tuju. Pintu yang terbuka menampakan pria yang menjadi pusat gelisahnya berdiri menjulang seperti menyambutnya. Naima segera berhambur memeluk pinggang pria yang mungkin tidak akan dia temui lagi jika dia terlambat. Usapan lembut di kepala dan pelukan hangat yang ia rasakan, membuat hati gadis itu merasa pulan
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more

Chapt 36. Keputusan yang membuat resah

Naima mencium tangan Albe takzim, dalam hatinya Naima berdoa ‘semoga tangan ini akan membimbingnya, akan menuntunya, juga akan memberikan kebahagiaan kepadanya’ Pun Albe rasa di hatinya masih tidak dapat ia jelaskan, antara bahagia dan kebingungan juga kebanggaan. Bagaimana tidak. Ia sekarang berstatus suami, sedang beberapa manit yang lalu ia masih seorang lajang yang merdeka. Oh, Naimanya yang penuh kejutan. Namun ia boleh berbangga hati, dilamar seorang wanita yang ia cintai yang juga penyelamat hidupnya. Sungguh amazing hidupnya, sang casanova yang menikahi gadis sederhana, dan pemberani. Dan setelah menikah ia harus pergi, sial bukan? Tak bisa menikmati hari-hari sebagai sejoli berstatus suami istri. Setelah melakukan foto sebagai dokumentasi dan bukti, Albe bergegas mengganti bajunya pun Naima. Viran terpaksa melakukan check in online untuk Albe, sesampai di bandara Albe tinggal menuju imigrasi. Viran tidak ingin mengambil resiko, lelaki itu terlambat atau gagal te
last updateLast Updated : 2021-10-25
Read more

Chapt 37.  Berat Melepaskan

Albe melempar Viran dengan kotak tisu, "Aduh! Sensitif amat lo Al, berapa lama sih gak kawin jadi galak amat!”Protes Viran mengusap lengannya yang terkena lemparan Albe, padahal lelaki beriris hijau itu yakin hanya drama. Mobil memasuki area terminal keberangkatan internasional, hati Naima berdesir ngilu. Walaupun hanya 3 bulan rasanya sangat lama untuk dibayangkan. Jam sudah menunjukkan tepat tengah malam, Viran membantu Albe mengambil koper di bagasi. Albe tidak melepaskan tangan Naima sedetikpun, gadis itu hanya mengikuti kemana langkah pria di depannya. Mereka tiba di pengecekan Imigrasi, Albe mengeluarkan semua dokumen penunjang. Setelah semua dipastikan memenuhi syarat. Albe mengajak Naima ke sudut yang terdapat sofa, lelaki kekar itu meminta Naima duduk, ada beberapa hal yang harus dia utarakan. "Nai, jujur aku masih tidak mempercayai status kita yang berubah begitu cepat,” Albe mengatakan dengan pandangan tajam tapi penuh kelembutan kedalam cakrawala bening Naima, gadis itu
last updateLast Updated : 2021-10-25
Read more

Chapt 38. Ya Karena Cinta

“Lo minta di nikahin Albe, bukan karena lo sudah hamil kan?” Tanya Viran dengan muka serius dan iris gelapnya terlihat menyelidik. “Hahahaha ….” Naima tertawa dengan lepas hingga melontarkan kepalanya kebelakang dan menutup mulutnya, apa yang Albe katakan pada pria di depannya ? “Gue serius Nai, kalau lo emang hamil. Dan lo cuma minta nikah siri, lo rugi.” Viran melipat tangannya di meja, menatap Naima dengan seksama. Lelaki itu berpikir, pasti Albe dan Naima sering melakukan hubungan suami istri, Viran tahu bagaimana Albe dan sepak terjangnya dengan para teman kencannya dulu. “Kamu pikir aku semurahan itu, Bang? Oh ya, maaf ya, selama ini Nai gak sopan manggil Bang Viran cuma nama aja.” Naima mengikuti lelaki di depannya, melipat tangan di meja. Ia berkata jujur, dia terbawa sikap santai Viran dan bersikap kurang ajar dengan tak memberi embel-embel pada panggilannya. Pria dengan jaket hoody itu tersenyum jemawa, “Emang udah seharusnya, gue udah jadi wali nikah lo, kan?” Viran meny
last updateLast Updated : 2021-10-25
Read more

Chap 39. Ranjang Ternyaman

Viran mengantarkan Naima sampai di apartemen Albe, pria yang sekarang berubah menjadi abang untuk Naima itu tersenyum geli dengan status yang dia sematkan sendiri. Dia memang anak tunggal, dan kebanyakan saudara sepupunya adalah laki-laki. Jadi wajar merasa sedikit senang, mempunyai adik walaupun hanya pengakuan sepihaknya saja. “Makasih Bang, sudah mau pagi lho. Abang nggak ngantuk?” Naima menunggu lift yang akan membawanya ke lantai unit Albe. “Ngantuk lah Nai, gila aja. Gue bukan kelelawar. Lo naik dulu deh, ntar Albe cerewet lagi ke gue. Males banget ....” Viran memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Menyandarkan tubuhn di dinding samping pintu lift yang masih dalam perjalanan turun. “Gak apa-apa Nai nginep sini, ya?” Naima masih ragu. “Kan rumah laki lo, siapa lagi yang mau nempatin. Angkut dah barang lo kesini besok.” Viran memberi saran, seharusnya memang seperti itu bukan aturannya? “Gak deh, Bang, biarkan saja. Soalnya Ajeng dan Tiara suka main., kadang nginep juga.
last updateLast Updated : 2021-10-25
Read more

Chapt 40. Hatimu Jangan Transit

Suara bising membangunkan seorang gadis yang masih bergelung dalam kehangatan bulu angsa yang terbungkus satin yang lembut, berisiknya suara dari ponselnya tidak serta merta membuat gadis itu beranjak. Malah semakin asik melilitkan kaki jenjangnya pada benda panjang yang terasa pas dan hangat dalam dekapan. Suara panggilan kembali terdengar kali ini langsung pada nomor ponselnya. Naima membuka mata, merotasi irisnya. Dia sadar sekarang di rumah siapa? Tapi Naima lupa hari ini dia tetap harus bekerja. Gadis itu segera membangunkan badan dengan berat, meraih ponsel, sudah jam 7. Dan Naima ingat dia harus bekerja, ia mengangkat panggilan dengan malas, “Hallo … Siapa?” Tanya Naima, tertera deret nomor yang tidak ia kenal di layar ponsel pintarnya. “Halo Nai, eh Sorry ganggu pagi-pagi, ini Astrid, asistent Chef Aren. Kalau kamu belum berangkat. Kita bisa tuker shift? Aku ada keperluan nanti sore.” Kata wanita di seberang sana, Naima mengingat wanita dengan kulit tan dan berwajah mani
last updateLast Updated : 2021-10-26
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status