Beranda / Romansa / Pelabuhan Terakhir / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Pelabuhan Terakhir : Bab 71 - Bab 80

99 Bab

9. Hancurnya Dinding Kesedihan

POV JamalAku tengah menekuri deretan angka-angka pada laptopku. Aku sedang mengecek jumlah pemasukan dan pengeluaran hasil tambak dan restoran yang aku miliki. Mungkin karena terlalu fokus, aku tidak menyadari kedatangan Umi. Tahu-tahu Umi sudah duduk di sampingku."Umi.""Sibuk, Mal.""Sedikit Umi." Aku menjawab dengan masih terus menyelesaikan pekerjaanku yang tinggal sedikit lagi. Setelah selesai aku langsung mematikan laptop dan menaruhnya di atas nakas. "Ada apa, Um?""Kamu ndak pengen beliin apa buat seserahan?""Jamal sudah ngasih uang ke Umi, 'kan?""Sudah.""Ya sudah, terserah Umi mau dibeliin apa saja.""Mal?""Um, Jamal mohon. Jangan paksa Jamal. Nanti yang ada Jamal emosi. Bukankah Jamal sudah manut dengan keinginan kalian? Ya sudah jangan urusi Jamal lagi, Jamal itu cuma pedagang udang gak kece. Bukan Mas Jalal yang dosen, Mas Jafar yang anggota DPR, atau Mas Jamil yang PNS.""Jamal ...." Kulihat Umi s
Baca selengkapnya

10. Bertemu Kembali

POV Nada"Mbak tolong ini ditaruh di sana ya?" pintaku."Nggih Ning."Aku tengah membantu Caca menyiapkan acara perpisahan kelas dua belas SMA Al-Hikam. Hem ... keren ini, beneran perkembangan Al-Hikam sungguh luar biasa ditangan Mas garangku sama sahabat jutekku. Aku gak akan kaget suatu hari mereka bakalan nikah, sama-sama pintar, sama-sama garang, cuek, dan keras kepala. Orang bilang jodoh itu cerminan, nah itu aku lihat dari Mas Azzam sama Caca. Klop dah, seperti sekarang saja mereka tengah berdebat sejak satu jam yang lalu."Oke jadi kita putuskan begitu aja ya, Ca.""Baik Gus, nanti Caca langsung urus.""Ya sudah, sisanya aku yang urus sekalian aku ada urusan di luar."Mas Azzam pun pergi keluar setelah sebelumnya mengucap salam kepada kami. Aku mendekati Caca."Sudah merancang masa depannya?"Pletak."Aw! Sakit Ca," sungutku sambil mengelus-elus dahi."Lagian ngomongnya ngaco.""Habis pada senen
Baca selengkapnya

11. Mendekat Padamu

POV JamalSeminggu setelah kejadian pembatalan hubungan pertunanganku, Abah sakit. Darah tinggi dan jantungnya kambuh. Di satu sisi aku sedih. Di sisi lain aku bersorak girang. Andai aku tak ingat kalau orang tua adalah sosok yang harusnya kusayang dan kuhormati, ingin sekali kukatakan pada Abah 'Itu calon mantu pilihanmu Bah, beneran cantik sekali akhlaknya. Rasakan!  Ngeyel sih, gak mau denger omongan anakmu!' Astaghfirullah. Untung gak keluar tuh omongan. Tapi sisi baiknya hubungan kami sedikit membaik. Begitupun dengan hubunganku dan ketiga kakakku."Mal.""Nggih Bah.""Makasih ya, udah bantu abah selama Abah sakit.""Udah jadi kewajiban Jamal, Bah."Abah mengangguk, aku menyuapinya kembali."Mal.""Pripun Bah.""Maafkan abah ya. Sekali lagi maafkan abah.""Jamal juga minta maaf, Bah. Sudahlah Bah, gak usah dibahas.""Tapi abah merasa bersalah sama kamu.""Makanya jangan diulangi lagi, Bah. Orang Jamal
Baca selengkapnya

12. Memori Daun Pisang

POV NadaAku tak bisa menyembunyikan senyumku. Seminggu ini entah kenapa aku bahagia sekali. Apa karena aku tinggal menunggu porposal tesisku di ACC? Ah, pasti karena itu."Ekhem." Aku menoleh ke sumber suara. Dan lihatlah wajah semringah itu. Dia tak pernah berubah rupanya."Hai Mimmosa, mau kemana?""Kepo," sahautku jutek. Aslinya bahagia. Entahlah, seminggu ini aku jutek padanya. Sepertinya aku ingin melampiaskan semua rasa rinduku padanya. Eh ... maksudnya rasa kesalku karena hampir ditinggal nikah sama dia. Uhuk."Duh, juteknya. Tapi aku tetap cinta. Kamu mau pergi apa? Aku anterin ya?""Gak usah.""Ayolah, aku anterin ya ya ya?" Dasar Jamal masih kayak dulu, gak mudah menyerah tapi aku suka."Gak, aku pakai mobilnya Mas Azzam."Aku segera masuk ke dalam mobil Xebia milik Mas Azzam. Sedangkan Mas Azzam sendiri nanti memakai mobil barunya. Merek Jazz Jazz yang oke punya. Semoga suamiku nanti kay
Baca selengkapnya

13. Si Mantan Minta Balikan

POV JamalAku berusaha menahan tawaku. Ya Allah, beneran lagi nonton drama ini. Dimana pelakonnya Zulaikha dan Yusuf, eh salah Singa Garang maksudnya.Duh, amit-amit aku dikejar-kejar cewek kayak Mas Azzam yang dikejar-kejar terus sama Ning Zulaikha. Makasih. Cukup aku saja yang mengejar Nada. Drama terus berlanjut dengan kedatangan Gus Fadil dan Ustaz Hilman. Astaga! Sungguh lucu pemirsah, sayang kesenanganku menertawakan drama mereka harus dihadiahi dengan tamparan keras penghapus papan tulis yang dilempar sama Mas Azzam. Aduh, malu iya sakitnya juga. Ckckck."Mas Azzam bar-bar, sakit tahu." Aku mengeluh saat kami sedang berjalan keluar gerbang SMK Al-Hikam."Rasain. Lagian siapa suruh kamu ketawain aku.""Habis lucu Mas. Hehehe."Pletak."Aduh, sakit Mas!" teriakku sambil mengusap-usap dahi."Aku sumpahin kamu bakalan kena karma dikejar-kejar cewek sampai kelimpungan.""Amin. Aku malah seneng kalau Nada ngejar-ngejar aku M
Baca selengkapnya

14. Saranghaeyo

POV NadaAku tengah menyusut air mataku dengan kain kerudung. Pun Azmi. Kami sedang menitikkan air mata berharap dengan air mata ini semua kesedihan akan segera menjadi kebahagiaan."Pokoknya sekali enggak tetep enggak.""Oke. Kalau Mas Azzam gak mau. Caca gak mau diajak olahraga bareng lagi.""Ckckck. Gak bisa ya. Kamu mau nyiksa Mas Azzam. Dosa tau nolak suami.""Caca gak nolak, tapi kan kasihan mereka Mas? Ajak ya?" rengek Caca."Ck.""Ya Mas ... plissssss." Caca melingkarkan kedua tangannya guna memeluk Mas Azzam. Mas Azzam terus menggeleng tapi Caca gigih merayu.Aku dan Azmi hanya saling memandang dan berusaha menahan senyum pokoknya jangan sampai tertawa."Ya, ya, ya." Caca masih berusaha menaklukan suami garangnya. Bahkan kini suaranya berubah menjadi sangat manja. Astaga baru tahu aku kalau Caca punya bakat manja."Massss ... biarin mereka ikut. Mas Azzam, kan baik hati, tidak sombong, gak pelit, ganten
Baca selengkapnya

15. Lamaran Tak Ada Jawaban

POV Jamal"Nad.""Iya.""Saranghaeyo."Nada menoleh ke arahku"Aku tresno karo sliramu Nad, sangat-sangat tresno," ucapku dengan sepenuh hati.Kulihat matanya berkaca-kaca, kemudian dia menunduk. Aku tahu ada binar cinta pada mata itu. Tapi aku pun tahu ada juga kesedihan pada matanya."Will you marry me?"Diam, sekali lagi Nada hanya diam."Setidaknya aku minta sama kamu Nad, jangan bohongi hati kamu. Aku rela menunggu sampai kamu siap. Tapi ijinkan aku memintamu pada kedua orang tuamu.""Jamal ... aku gak bisa melangkahi Mbak Nida." Nada sudah mulai menangis."Sama.""Hah?" Mata Nada membelalak dan mulutnya melongo."Seperti kamu yang gak bisa melangkahi mbakmu, aku pun gak bisa berpaling darimu. Karena itu Nad, ijinkan aku agar terus berjuang. Berjuang untuk kamu, untuk kita."Hening.Kami saling menatap cukup lama. Ke
Baca selengkapnya

16. Aku Cemburu

POV NadaPulang dari Korea aku jadi galau. Ya Allah, perasaanku benar-benar membuncah rasanya. Ada bahagia yang membuncah, rindu yang melimpah serta rasa takut yang kian merekah. Duh Gusti.Aku hanya bisa gulang-guling tak karuan. Akhirnya memilih keluar kamar. Saat keluar, aku seperti mendengar suara di ruang kerja Mas Azzam. Aku sengaja berjingkat dan jalan pelan-pelan lalu mengintip. Caca sedang menemani Mas Azzam bikin sketsa kayaknya. Huh, aku jadi iri. Apalagi melihat tingkah jahil Mas Azzam yang sebentar-sebentar cipika cipiki. Hadeh. Modus amat itu Singa Garang. Karena tidak kuat melihat keuwuan pasutri, aku memilih melangkah ke ruang tengah."Nada."Aku kaget mendengar suara yang begitu aku rindukan beberapa hari ini."Jamal? Ngapain kamu di sini?""Hehehe. Aku nunut bobo bareng Azmi." Kulihat seringai jahil pada bola matanya."Kok bisa?""Ya bisalah Jamal gitu."Aku menatap Jamal tak percaya. Tapi kuakui
Baca selengkapnya

17. Pisah Lagi

POV JamalMasya Allah, ademnya hatiku bisa melihat calon bidadariku tengah berfoto ria bersama Caca dan keluarga besarnya. Ya hari ini Nada akhirnya diwisuda.Dengan kepercayaan diri tingkat tinggi, aku mendatangi Nada dan keluarga besarnya."Assalamu'alaikum," salamku."Wa'alaikumsalam," jawab mereka kompak.Aku mencium para sesepuh. Ada abah, umi dan kedua orang tua Nada. Oh iya, aku udah kenalan dengan orang tua Nada loh bahkan sudah melamar dengan jantan. Sayang, Nadanya belum mau kupinang demi menjaga hati sang kakak. Ya sudahlah. Gak masalah. Yang penting berdoa dan berjuang. Semangat. Pikiranku melayang pada pertemuanku beberapa waktu yang lalu dengan kedua orang tua Nada."Kamu Gus Jamaludin Akbar? Yang calonnya Ning Asyifa?" tanya Kyai Munir, Ayah Nada."Nggih Bah, tapi aslinya saya maunya nikah sama putrinya Abah cuma ya itu  panjang ceritanya.""Ya coba diceritakan." Kini Bu Nyai Aliyah, ibunya Nada yang b
Baca selengkapnya

18. Kuntilanak Datang

POV Nada."Nada."Aku menoleh ke sumber suara. Astaga itu kan ... Hana."Hai apa kabar?"Aku melotot melihat penampilan Hana yang ... astaghfirullah."Kenapa? Kaget ya?""I-iya."Meski waktu bertemu Hana dia tidak berkerudung, tapi pakaiannya masih sopan kalau sekarang masya Allah, itu baju kekurangan bahan atau gimana?"Eh, kamu mau kemana?""Mau ke rumah Pakdhe.""Pakdhe? Pondok Pakdhe kamu ya? Aku ikut ya?""Hah? Itu ... itu ....""Ayok."Hana langsung menarik tanganku. Mau tak mau aku pasrah. Sebenarnya agak risih dengan penampilan Hana yang terlalu terbuka. Model bajunya sengaja mempertunjukkan bahu kirinya. Belum lagi celana jeans sobek-sobeknya. Sungguh aku bingung harus bagaimana. Kami menaiki grab dari stasiun Purwokerto menuju ke Al-Hikam."Ehm ... Hana." Aku mencoba berbicara dengan Hana."Iya.""Mending kamu pakai baju yang pantas.""Ck. Gini ajalah. Biarin toh aku jadi keli
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status