Home / Romansa / The Dark Side (Perawan 1 Miliar) / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of The Dark Side (Perawan 1 Miliar): Chapter 21 - Chapter 30

57 Chapters

Uang Tebusan Zeet

Zeeta menatap datar pada pria di hadapannya. Masih tak mengerti dengan perasaan yang bertahta.   "Bagaimana keadaanmu, Zeeta?" tanya Erga lembut.   "Alhamdulillah baik, Tuan."   "Syukurlah. Bagaimana kau bisa terluka?"   "Saya terpeleset saat menjemur pakaian, Tuan," timpal Zeeta.   "Kau tidak seharusnya melakukan pekerjaan berat."   "Bukan masalah! Sudah tugas saya, Tuan," singkat Zeeta.   "Hemh!" gumam Erga. Ada sesuatu yang tak biasa bagi pria itu dari dalam diri Zeeta. Ia merasa bahwa wanita itu selalu berusaha menghindar dari tatapannya. "Ada apa denganmu?" tanyanya kemudian.   "Maaf, Tuan. Untuk apa lagi Anda selalu mencari saya?" Zeeta mengangkat kepala, lalu menat
Read more

Uang Tebusan Zeeta (Part 2)

Rezvan mencengkram kaus Erga. "Kau tahu kenapa dia terluka, Ga? Kenapa aku harus membawanya ke rumah sakit?"   Erga mengerutkan kening.    "Alisha ..., " ucap Rezvan.   "Alisha?!"   "Kau tanyakan sendiri saja pada wanita itu," tukas Rezvan. "Kau tahu kenapa Zeeta berbohong padamu? Itu karena dia ... memilih untuk mundur!"   Pandangan Erga pecah ke seantero sudut ruangan. Bagaimana Alisha bisa tahu akan hal ini? Siapa yang menceritakan semua ini pada wanita itu? Ia tak habis pikir.   "Jangan bermimpi, Ga!" Rezvan melepaskan cengkraman pada kaus Erga. "Urus saja kekasihmu yang kurang sopan santun itu!"   ***Athikah_Bauzier***   "Aku ingin mengenalkanmu dengan keluargaku," ajak Rezvan. &
Read more

Ambisi Rezvan

Zeeta pun menurut, "Hufthhh!" desahnya.   "Entah di belahan bumi bagian mana kau tinggal? Apa-apa tidak bisa," cerca Rezvan.   "Cepat, Tuaaannn!"   Setelah berkeliling cukup lama memutari kota, Rezvan menghentikan mobil pada sebuah resto terkenal di tengah kota. "Kita makan di sini dulu," ajaknya kemudian.   "Saya juga mau ke toilet, Tuan," tutur Zeeta terlihat lemas.   ***Athikah_Bauzier***   Sesaat setelah memasuki resto, Zeeta mengarahkan pandangan pada seantero ruangan. Resto elit ini mirip seperti yang pernah ditontonnya di layar TV. "Wah!" gumamnya kemudian.   "Zeeta! Jaga sikapmu! Jangan mempermalukan aku," lirih Rezvan, lalu mengedarkan pandangan mencari meja kosong.   "Tuan, ini indah sekali! Se
Read more

Perkenalan Keluarga Oxley

Aku menatap sesosok wanita muda cantik di hadapanku. Di sampingnya duduk seorang lelaki paroh baya dengan rambut yang mulai memutih, namun gurat raut di wajahnya tampak bijak dan berwibawa.   Hari ini, Tuan Rezvan mengajakku untuk menemui kedua orang tuanya. Sebagai seorang calon istri, aku pun menyanggupi walau tak tahu ke mana arah pernikahan ini akan dibawa.    Aku tidak mencintai Tuan Rezvan. Ya, entah pernikahan macam apa ini? Aku hanya mengharap mendapatkan perlindungan dari pernikahan ini. Perlindungan dari kebejatan tangan-tangan durjana yang mencoba mengintai. Tidak lebih dari itu. Sungguh langkah ini benar-benar sangat menyiksa.   Apa aku tampak begitu egois? Namun, apa yang dapat kulakukan? Sedangkan maksud Tuan Rezvan hendak menikahiku, entah apa yang pria itu pikirkan. Aku pun tak pandai meraba perasaannya. Hanya ingin melindungiku katanya. 
Read more

Perkenalan Keluarga Oxley (Part 2)

Luka? Luka apa? Apakah Tuan Rezvan pernah terluka? Separah apa?  Aku sedikit memutar otak keras. Entahlah mengapa aku menjadi begitu penasaran akan masa lalu Tuan Rezvan sendiri. Ada apa dengan pria itu sebenarnya? "Sebagai seorang ayah, saya merasa gagal dalam membimbing Rezvan. Saya, begitu sangat banyak melakukan kesalahan yang mungkin tidak bisa dimaafkan. Penyesalan itu memang sangatlah menyakitkan. Kami memang terlihat baik-baik saja. Namun, ibarat air dan minyak, batin kami tidak terkait antara satu sama lain. Ada batasan tak kasat mata yang tak bisa dilampaui oleh satu sama yang lain." "Saya harap, kau mampu menjadi harapan baru untuk Rezvan. Jujur, saya tidak pernah melihat pria muda itu seantusias ini ingin menikahi seorang wanita. Sebagai seorang pria yang sangat susah memegang komitmen atas sebuah hubungan, tidak mungkin tanpa sebuah alasan yang jelas dia berubah pikiran." Ucapan ayah Tuan Rezvan membuat bibirk
Read more

Mahar Mewah (Pahit)

Walau Dennis Oxley mencoba bersikap bijak sekalipun, Rezvan seakan tak pernah mau mendengar. Apa yang dikatakan pria tua itu selalu dimentahkannya. Sebegitu besarkah amarah pemuda itu pada sosok yang dipanggilnya ayah? Mengingat kini ia seorang pria dewasa. Bukan lagi seorang anak kecil yang bahkan tak butuh waktu lama untuk sekadar mengembalikan senyum yang hilang hanya dengan bujukan sebuah permen Lolipop ataupun permen Kapas.   Setelah menginap selama 2 hari di rumah utama keluarga Oxley, Rezvan berpamitan untuk segera kembali pulang. Pria itu benar-benar tak banyak bicara dengan seluruh keluarga. Tampak begitu dingin dan kaku.    Sesekali Zeeta menatap Rezvan di balik kemudi. Terlalu banyak misteri yang membuat rasa ingin tahunya semakin membesar.   "Kau memikirkan ibuku, bukan? Bertanya-tanya dia di mana?" Tiba-tiba Rezvan membuka suara. Sontak, pertanyaan itu membu
Read more

Pernikahan

Pernikahan megah yang dengan penuh kesadaran tak kuinginkan ini pun dilaksakan di sebuah gedung megah berbintang. Tamu mulai kalangan menengah ke atas berdatangan dengan beraneka rupa gaun pesta indah, pria berjas. Sebagai wanita dari menengah ke bawah, hal seperti ini membuatku kikuk.   Tak jauh di sana, sosok pria yang pernah sempat membuat hatiku terpaut padanya, bersama beberapa kawanan tengah menikmati hidangan yang disajikan. Sesekali pandangan pria itu menyorot sendu ke arahku. Tatapan itu masih sama, membuatku lena. Aku mencoba menekan perasaan. Menahan agar tak terisak. Walaupun hari ini adalah pernikahanku, tapi aku seakan mati rasa.    Tak lama, Alisha mendekat dengan gaun indah bertabur Swarovski, menampakkan punggung putihnya hingga mencapai atas panggul. Belahan dadanya tampak sengaja dibiarkan terbuka mencuat terlihat indah bagi mereka yang menatap penuh nafsu. Namun walaupun begit
Read more

Malam Pertama

"Ta–tapi ... sa–saya ti–tidak siap, Tuan!"    "Tidak siap?!" Ia mengangkat sebelah tangan, lalu meletakkan di belakang telinga. Seolah pura-pura tak mendengar apa yang baru saja kuucapkan.   "Itu tandanya suatu saat kau akan siap, bukan?" Pria itu mengangguk pelan seraya menyorotiku tajam.    Sejenak napasku tertahan di dada. Entah apa yang kuhadapi kali ini. Namun yang pasti, aku susah mengelak Tuan Rezvan saat ini. Karena pada dasarnya, tak dapat memungkiri, kini ... aku adalah milik sahnya secara hukum dan agama.   "Arghhh! Sudahlah! Aku juga malas jika harus berhubungan dengan wanita pasif sepertimu. Tak akan ada seni saat berhubungan." Lalu, ia mengibaskan tangan tepat di depan wajahnya.   Seketika aku menghela napas legah usai mendengar ucapannya. Setidaknya aku memiliki banyak waktu untuk m
Read more

Sentuhan Sang Casanova

"Ehemh!" Tuan Erga berdehem. Seketika pandanganku tertuju padanya.   "Dress kode keluarga adalah Maroon. Ukuran pakaian kita sama," ucap Tuan Erga menatap Tuan Rezvan. "Untuk Zeeta, tubuhmu tidak jauh beda dengan adikku. Aku sudah pesankan untukmu memakai ukuran adikku."   "I–iya, Tuan. Terima kasih." Jemariku masih sibuk mencoba melepaskan rekatan tangan Tuan Rezvan pada pinggangku. Namun, pandanganku tetap tertuju pada Tuan Erga. Sesekali kutangkap tatapan pria itu melirik ke arah tangan Tuan Rezvan yang bertindak sesukanya.   Aku sungguh merasa kehabisan napas menyikapi keadaan ini. Tuan Rezvan membuatku malu dengan tingkah konyolnya di depan Tuan Erga.    Entah apa maksud Tuan Rezvan bersikap seperti ini? Apa karena pria itu sudah merasa menghalalkanku, jadi ia merasa bebas dengan aksi nakalnya? Sungguh sikapnya jauh berbeda dengan
Read more

Amarah Rezvan

"Tu–tuan! Sa–saya mohon!" Zeeta mencoba mendorong lembut tubuh Rezvan yang kini tepat berada di atasnya. Wanita itu semakin terisak tak mampu menahan perasaan yang berdebar tak keruan.   Sementara Rezvan seolah tak mendengar ucapan Zeeta. Pria itu seakan terlalu fokus pada tujuan di hadapannya. Rasa panas dalam tubuhnya seolah menggelegak semakin tak tertahan.   Ciuman lembut bertubi-tubi pria itu layangkan pada bagian kening, kedua mata, pipi, bibir, dan leher jenjang Zeeta. Tak lama, dengan bergerak pelan ia pun menurunkan resliting dada wanita yang kini tepat berada di bawahnya. Sontak, hal ini membuat wanita itu semakin kehabisan napas menahan perasaan yang semakin tak terarah.   "Tuaaannn!" isak Zeeta kemudian. Tak sengaja kedua tangannya mencengkeram kuat lengan Rezvan.   Menyadari keluhan Zeeta, Rezvan pun menarik dir
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status