Home / CEO / Idola Ranjang / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Idola Ranjang : Chapter 41 - Chapter 50

62 Chapters

Bab 40 - Neraka Kecil Sang Iblis

Hari sudah malam, tapi Flower masih lelap dalam tidurnya. Pukulan keras Alex, membuat Flower tak sadarkan diri begitu lama. "Aduh! Perih ... “ Flower terkejut dan refleks membuka mata, saat merasakan guyuran air di wajahnya. Luka pada keningnya terasa perih, dan Flower tau jika air yang disiramkan ke wajahnya itu,  adalah alkohol. "Rasakan itu jalang!" Flower mengusap wajahnya. Kemudian menoleh, saat mendengar suara berat pria di sampingnya. Ternyata yang melakukannya adalah Alex, dan saat ini Alex sedang menyeringai, menertawakan dirinya. "Alex, Apa yang ... Aww, Sa—kit!” belum sampai Flower bertanya, Alex sudah menjambak rambutnya kasar hingga Flower mendongak dan meringis pelan saat beberapa helai rambutnya terlepas karna kuatnya cengkeraman dan tarikan Alex pada rambutnya. "Jangan panggil aku, Alex. Panggil aku Tu—an! Kau seorang jalang. Sangat tidak pantas kau memanggil namaku dengan mulut kotor
Read more

Bab 41 - Tak Memiliki Hati

Flower kembali terbangun dari tidurnya, saat wajahnya kembali diguyur oleh benda cair yang beraroma menyengat. Flower mengerjap saat dia mendengar beberapa orang tertawa melihatnya yang sedang belingsatan menghindari guyuran air tersebut. Flower membuka matanya dan kaget saat melihat Alex membawa Merry dan Jane ke apartemen nya. "Uh ... Cup, cup, cup. Kasihan ... perih ya? Hahaha ..." Jane mengejek Flower dan tertawa keras. Dari tawanya saja, Flower sudah tau jika semua ini ada hubungannya dengan saudara liciknya itu. "Merry kau disini? Kau bisa membantuku ‘kan?" lirih Flower saat melihat Merry yang berdiri di dekat Jane.  Sedangkan Alex sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa yang agak jauh dari ranjang. "Whatt? Kasihan sekali nasibmu Shaylenna. Ups, maksudku Flower! Ya. Aku akan membantumu ...” lirihnya dan Flower tersenyum, akhirnya ada orang yang akan membantunya. Tapi senyuman Flower berubah menjadi ringisan saat Merry menjambak ramb
Read more

Bab 42 - GangBang

Seorang pria dengan setelan jas mahalnya masuk ke sebuah klub beserta seorang tangan kanannya yang selalu ikut ke mana pun dia pergi. Para wanita menatap pria itu lapar. Siapa pun pasti akan tergoda dan terpesona melihat aura pria yang bukan hanya tampan, tapi juga berkuasa itu. "Apakah tempat nona Rose di sini, Tuan?” pertanyaan Edlise, membuat Maxime menoleh sekilas, kemudian mengangguk pelan sebagai jawabannya.  Pandangannya tetap menajam ke depan. Max berjalan menyusuri koridor menuju sebuah kamar wanita yang sudah sangat dia rindukan itu. “Ya! Dan berengseknya kau Edlise. Biasanya hari ini aku dan Rose sudah ada di London, tapi kau dan berkas-berkas sialan itu, membuatku harus menunda keberangkatanku!" lirih Max dengan suara tajamnya, sedangkan Edlise hanya menghela nafasnya pelan. Wajar saja, Max kesal. Karna keberangkatannya ke Paris beberapa hari yang lalu harus batal karna rekan bisnisnya dari New york datang tiba-tiba. Dan Edlis
Read more

Bab 43 - Tak Semudah Itu

Maxi tidak bisa mengendalikan amarahnya lagi saat melihat Flower tergeletak menyedihkan di depannya. Dia sudah tak bisa bersandiwara lagi. Para pria berengsek itu harus segera merasakan akibatnya. Maxi berdiri kemudian memutar tubuhnya  menghadap pria-pria yang sedang meringis karna pukulannya. Mereka tertawa mengejek melihat luka di punggungnya, dan tertawa keras saat melihat Flower yang tergeletak tak berdaya dengan tubuh mengenaskan di lantai. "Sudah kukatakan jangan menyentuhnya berengsek!"Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Hilang sudah tawa pria-pria biadab itu. Dengan gerakan tak terduga, Max mengambil senjatanya yang tersimpan rapi di balik rompinya dan menembak mereka tepat di kepala hingga nyawa mereka tak akan bisa terselamatkan. "Kalian salah bermain-main denganku. Sudah kuperingatkan, tapi kalian terlalu sombong dan naif. Sungguh ironi karena kalian tidak tau sedang berhadapan dengan siapa. Dan peluru murahan ini ..." Ma
Read more

Bab 44 - Awal Kehancuranmu

Alex mengumpulkan semua bodyguard dan detektif handal nya, di ruang privatnya di klub. Bagi Alex, hanya tempat itu yang aman dan jauh dari orang-orang yang mungkin sedang memata-matainya. "Aku ingin kalian menemukan keberadaan wanita ini," ucapnya sambil meletakkan beberapa lembar foto Flower di atas meja di depannya. Setelahnya, dia meminum cairan bening yang selalu menjadi pengalihnya dari Flower, "temukan dia secepatnya. Aku akan memberikan imbalan besar pada siapa pun yang lebih dulu menemukannya, dalam keadaan hidup ataupun mati!" lanjutnya. Mereka mengangguk dan keluar dari ruangan Alex. Hanya ada Alex dan Theo di ruangan itu. "Tuan. Apa tidak sebaiknya, Tuan lepaskan saja wanita itu?” ucap Theo sambil menunduk. Alex melirik Theo sekilas, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi kekuasaannya. “Katakan jika kau sudah bosan hidup Theo!”Pyaarrr!! Lirihan Alex bersamaan dengan hancurnya gelas yang di pegangn
Read more

Bab 45 - Hari Mengejutkan

Alex mengendarai mobilnya dengan cepat. Panggilan dari Theo tadi, membuat rahangnya mengeras dan matanya menggelap. Bagaimana tidak? apartemen nya tempat terakhir Flower dia siksa, hangus terbakar tanpa sisa. Mobil polisi dan beberapa mobil pemadam kebakaran sudah berjejer rapi di sekitar apartemen mewahnya yang berharga jutaan dolar itu. Garis polisi pun sudah melintang, dan beberapa awak media sudah meliput kejadian itu. Alex segera turun dan menghampiri seorang polisi yang sudah menunggu kedatangannya. "Kenapa hal ini bisa terjadi?" ucapnya sambil menatap tajam polisi di depannya. "Kami masih menyelidikinya, Tuan. Tapi, menurut beberapa saksi. Kebakaran ini terjadi karna korsleting listrik," jawabnya. Alex mengalihkan tatapannya. Pandangannya tertuju pada apartemennya yang sudah hangus terbakar itu. Seketika ingatan saat Flower menangis berputar di otaknya. "Aku tidak bodoh! Selidiki kasus ini dan temukan pelakunya secepatnya
Read more

Bab 46 - Liontin Kenangan

Alex mengerjapkan matanya, saat merasakan tepukan tangan lembut seseorang di pipinya. Alex mengusap wajahnya dan mengucek matanya pelan. Saat  matanya terbuka. Alex mematung. Tidak percaya melihat pemandangan di depannya. Wanita yang sedang dia cari, sedang berdiri di depannya.  Mengenakan dress putih dan tersenyum sangat cantik. "Morning ... Mr Devil!" ucapnya sambil tersenyum manis. Sedangkan Alex masih belum bisa berkata apa-apa, lidahnya serasa kelu. Jujur, Alex merasa sangat shock.  Cup! “Kenapa sakit hm? Kau sangat merepotkan! Lihat, aku sampai harus kembali pada pria iblis sepertimu!" ucap Flower setelah mengecup lembut pipinya, hingga sontak membuat Alex tersadar dan segera menarik tubuh Flower dalam dekapannya. "Jangan pergi lagi ...  aku membutuhkanmu, maafkan aku!" ucap Alex sambil mengecupi rambut indah Flower beberapa kali. Sedangkan Flower hanya mengusap lembut punggungnya. "Tidak akan, Alex. Aku aka
Read more

Bab 47 - Jangan Lakukan Itu

Edlise dan Max sedang berada dalam mobil, dan saat ini, mereka sudah kembali ke London. Semuanya berjalan lancar seperti rencana yang dia susun dan Max senang. Dia melihat bagaimana hancurnya Alex di depan matanya. Jangan heran bagaimana Max bisa melakukan semuanya, julukan THE KING OF LONDON ada pada dirinya. Jadi, baginya semuanya sangatlah mudah, seperti mematahkan sebuah ranting saja. "Ini terakhir kalinya aku merasakan udara kota Paris Edlise ..." lirih Max sambil menatap layar ponselnya seperti kebiasaannya beberapa bulan ini. Dan Edlise tau, apa yang sedang di lakukan tuannya itu. Apalagi, selain menatapi foto seorang wanita yang dia lindungi sampai harus melawan THE KING OF PARIS."Untuk berapa lama, Tuan?" jawab Edlise sambil terus melajukan mobilnya menuju sebuah tempat tersembunyi milik tuannya itu ."Entahlah aku juga tidak tau. Takdir akan menentukannya, Edlise. Lagi pula untuk apa aku menjejakkan kaki ke sana? Rose ku sudah ada bersamaku," ucap Max
Read more

Bab 48 - Namamu Rose

Semua yang berada di sana menutup mulutnya tak percaya, saat wanita di depan mereka benar-benar menjatuhkan tubuhnya. Madam Alice berteriak histeris dan Edlise menyuruh semua bodyguard yang berada di bawah untuk menyiapkan pengaman, untuk beberapa kemungkinan yang bisa terjadi. "Lepaskan aku Maxime. Biarkan aku mati!"  teriak Flower sambil berontak mencoba melepaskan pegangan tangan Max. Ya, Max berhasil menangkap sebelah tangan Flower.  Dan kali ini, dua tangannya sudah ada dalam genggaman Maxime. "Jangan bodoh!" umpat Max, sambil mencoba menarik Flower yang terus memberontak ingin melepaskan cekalan tangan Max, hingga Max kesulitan menariknya. "Aku hanya akan menjadi sampah Maxime! Hiks ... hiks ... Hidupku sudah hancur, tak ada harganya lagi. Dan kali kini, aku akan menghancurkan tubuh menjijikkan ini!" ucapnya sambil terus memberontak. "Kau memang bodoh! Apa kau tau, kau sangat berati bagiku huh?! Sekarang diam! Aku akan mena
Read more

Bab 49 - New Day

Max mengerjapkan matanya beberapa kali.  Hari sudah pagi, dan hari ini matahari bersinar dengan terangnya meskipun semalam hujan turun dengan derasnya. Max memutar lehernya pelan, lalu saat akan mengangkat tangannya, senyum di bibir bergelombangnya terbit. Rose masih terlelap dalam tidurnya dengan berbantalkan separuh dadanya dan memeluk tubuhnya erat. "Kau sangat cantik dan mulai saat ini, kau adalah milikku!" ucap Max sambil mengecup kening Rose lama. Max mengusap lembut pipi Rose, hingga wanita itu menggeliat dalam tidurnya. Dan mata indah itu perlahan terbuka. "Happy New day ... My Rose.” Cup! "Happy New day ... My Maxi. Cup! Balas Rose,  kemudian mengecup pipi. Rose bangkit dan, “Ups ... Aku lupa.”  Rose menarik selimutnya yang melorot saat dia duduk, kemudian menutupi dadanya yang polos dan tersipu malu hingga pipinya memerah. Sedangkan Maxime malah tertawa terbahak, sambil
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status