Home / Pernikahan / Cinta Dalam Perjodohan / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Cinta Dalam Perjodohan: Chapter 81 - Chapter 90

113 Chapters

Kesedihan Bertubi-tubi.

Ketiga wanita di sampingnya merasa bingung menanggapi Sayyidah, mereka saling bertatapan satu sama lain. Mereka tahu betapa hancur perasaan gadis di hadapannya itu. “Gue minta maaf sama lo Ran, Cell ... dengan bodohnya gue berharap bisa merebut hati Sofyan dari kalian," ungkap Sayyidah penuh penyesalan. “Udah Say, semuanya nggak berguna sekarang. Kita harus bersatu menjadi teman dan saling merangkul untuk mengingatkan serta membantu sesama teman yang membutuhkan,” ungkap Celline. Sayyidah manggut-manggut menanggapinya dengan ekspresi sendu. *****Sepanjang perjalanan ke rumah dengan sebuah taksi online, Sayyidah menggelengkan kepalanya berulang kali seraya mengerjapkan mata, ia berusaha menyadarkan diri ... mungkin saja yang ia alami hanya sebuah mimpi buruk yang terjadi. “Aww!” jerit Sayyidah saat mencubit lengannya sendiri. “Kenapa Kak?” seru pengemudi taksi kepadanya dengan panik. “Nggak papa P
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

Bersatu Kembali

Seorang laki-laki yang sedang bertransaksi dengan seorang pedagang tiba-tiba konsentrasinya buyar.“APA Bi?!” Abbas tersentak kaget saat mendapat kabar tentang istrinya dari Bi Sari.“Baik Bi, saya akan berusaha mencarinya. Terima kasih banyak.”“Assalamuallaikum.”Klik! “Maaf Pak, saya tinggal dulu. Tolong sisihkan kain yang saya perlukan, ya?!” pinta Abbas.“Ohgitu ... oke Mas.” Penjual kain yang biasa berlapak di pasar Tanah Abang tersebut mengiyakan.Lagipula Abbas sudah menjadi pelangganan barunya beberapa bulan ini, setelah pemuda itu memutuskan terjun dalam berbisnis di bagian pakaian muslim.Setelah mematikan teleponnya, Abbas buru-buru pamit kepada sang penjual yang sudah bekerjasama dengannya. Ia segera mengemudikan mobil yang ia bawa.“Ya Allah ... mungkin ini salah satu hikmah membeli beberapa kain
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

Mimpi

“Huft!” Sayyidah mendengus kesal, ingin rasanya ia memprotes sikap dingin Abbas kepadanya, akan tetapi untuk moment seperti ini tidak baik rasanya ia langsung menunjukkan jati diri setelah berpisah beberapa bulan lamanya. Beringsut Sayyidah membaringkan tubuhnya di atas ranjang. “Apakah aku akan menjadi wanita seutuhnya untukmu, Bas? Apa kamu akan tetap menduakanku? Atau malah kamu hanya kasihan kepadaku,” gumam Sayyidah menerka-nerka. Kedua netranya tak berkedip menatap dinding yang kosong. “Sayyidah, ayo minum dulu biar hangat!” Gadis itu membeliak mendengar suara berat sang suami di sisinya. Sayyidah segera memutar tubuhnya, rupanya Abbas telah membawa dua gelas yang mengepul di atas nampan. “Wedang jahe, biar lebih hangat setelah hujan-hujanan.” Abbas menyodorkan satu gelas dengan tatakan piring kecil di bawahnya kepada Sayyidah. Tubuhnya mendarat di samping sang istri, perlahan ia menyeruput sed
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

Perjalanan Kembali

Mobil yang Abbas kendarai berhenti di  sebuah rumah kecil yang sangat Sayyidah kenali.Seketika gadis itu menoleh kepada sang suami yang sedang melepas sabuk pengaman di sampingnya.“Kita pamitan dulu sama Pak Rahman dan Bi Sari,” tukasnya tanpa menolehkan pandangannya kepada sang istri.“Iya Bas,” jawab Sayyidah saat melihat suaminya sudah membuka pintu mobil lebih dulu.Dua insan yang telah menemaninya beberapa waktu belakangan ini telah berdiri di depan pintu menyambut kedatangan mereka berdua.Abbas segera menyalami Pak Rahman sembari memberikan sebuah bingkisan.“Ya Allah ... kenapa repot-repot segala, Tuan?” ujar Pak Rahman.“Nggak repot Pak, ‘kan saya nggak di suruh ngangkat beban segunung,” seloroh Abbas di ikuti gelak tawa Pak Rahman dan Bi Sari.Sayyidah masih merasa canggung terhadap keduanya setelah kejadian ku
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

Hidup Itu Misteri

Seketika Abbas mengangkat kepala dengan senyum yang tersungging di bibirnya.“Sayyidah ... aku sangat merindukanmu.” Abbas mendekap tubuhnya dalam pelukan.“Aku merindukan tingkah konyolmu ini bocil.” Sang suami mengusap pucuk kepalanya dengan gemas.“Memangnya aku anak kecil?” protes Sayyidah. Memang ia akui hanya dengan Abbas ia bisa bebas mengekspresikan diri menjadi siapapun. Menjadi anak kecil, gadis manja, wanita rempong, bahkan ibu-ibu galak yang super judes pun bisa.“Bukan, kamu gadis cantikku. Udah kamu jangan nangis lagi, ya?!” Abbas mengusap air mata yang membasahi pipi Sayyidah.“Kita lanjutkan perjalanan?” Sayyidah manggut-manggut mengiyakan.Lalu Abbas kembali membaca do’a Safar dan di aamiinkan oleh sang istri sebelum mobil yang mereka tumpangi melaju lagi.“Sayyidah, boleh aku
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

Muhasabah Diri

Abbas tampak merenggangkan pelukannya, sebuah kecupan mendarat di kening Sayyidah.Cukup lama Abbas menikmati perasaanya dalam waktu yang terus berjalan mengitari kedua sejoli itu.“Ukhibuki fillah,” ucap Abbas usai melepas pagutan dari kepala istrinya.Sayyidah merasakan situasi dimana ia pernah membayangkan dulu saat Marwah bercerita.“Kelak jika kamu menikah dengan laki-laki yang sholeh, jika dia mencintaimu maka dia akan mengayomi dan menyayangimu sepenuh hati, kalaupun ia belum mencintaimu ... maka ia akan tetap memperlakukanmu dengan baik selayaknya seorang istri,” ucap Marwah kala itu.“Bas, jangan tinggalin aku! Hiks ... hiks ... hiks ....” Tangis Sayyidah terdengar pilu.“Aku ingin selalu di sisimu," pintanya lagi.Abbas semakin mengeratkan pelukannya dalam tubuh sang istri seiring rasa kebimbangan di hatinya.“Maafkan aku Sayyidah,
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more

Jangan Isrof!

 Tampak seorang wanita berdiri di depan kompor lengkap dengan sebuah kain celemek yang terikat di pinggul dan menyantel di lehernya.Abbas memicingkan netranya untuk melihat lebih jelas, seketika ia melebarkan pupilnya saat melihat sosok wanita itu adalah istrinya.Ia berjalan menghampiri Sayyidah seraya mengukir senyuman di bibirnya.“Kamu lagi ngapain pagi-pagi di sini?” Tubuh gadis itu memutar, menatap suara laki-laki yang bertanya kepadanya.“Hmmm ... itu, a-aku lagi masak buat sarapan kita,” ucapnya dengan gugup.“Mau aku bantu?” Abbas menawarkan diri.“Nggak usah!” Sayyidah melambaikan kedua tangannya segera.Sontak ia mendorong tubuh suaminya, lalu mendudukkannnya di sebuah kursi yang tersedia tak jauh dari sana.Ia beranjak lagi menuju dapur. Namun, Sayyidah nampak bingung dengan menggarukan kepalanya, lalu menghampiri
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more

Berbagi

Halaman area pondok putri menjadi ramai di siang hari, para santriwati berbaris rapi untuk mengantri mendapatkan seporsi baso sapi.Sayyidah mengembangkan senyumnya saat satu persatu dari santri itu mengucap rasa syukur.“Syukron Mba Sayyidah,” ucap santriwati berseragam putih biru kepadanya.“Sama-sama,” balasnya dengan tersenyum simpul. Hingga habis semua barisan yang mengantri, gadis itu begitu bangga dan bahagia melihat para santriwati makan ramai-ramai di depan teras kamar mereka.“Ya Allah ... ternyata melihat orang lain bahagia, sangat begitu memuaskan ketimbang merasakan kebahagiaan sendirian,” gumam Sayyidah seraya mengusap peluh keringat di dahinya.“Assalamuallaikum Mba Sayyidah,” sapa seorang wanita berdaster hijau kepadanya, kain yang ia kenakan menjuntai panjang hingga menutupi jari kakinya.“Wa’allaikumussalam.&rd
last updateLast Updated : 2022-03-19
Read more

Keputusan Abbas

Sahabatnya menghela nafas panjang dengan mata terpejam, nada pasrah berhembus dari ketenangan yang ia tunjukan.“Lo bener-bener nggak papa berbagi dengan Kaka gue?” ujar Zahra. Namun, wanita yang menjadi lawan bicaranya hanya bergeming.“Say, jawab gue!” Zahra mengguncangkan bahunya meminta penjelasan.“Gue nggak tau Za, gue udah lewatin perasaan sama yang lo tanyakan sekarang. Bahkan beberapa hari ini kebimbangan gue udah sampai level akut kayanya, tapi ... dengan sikap tenang Abbas dalam bercengkrama dengan gue, perilaku dia yang sama sekali tidak berubah dari dulu, tetap manis dan menyenangkan,” ungkap Sayyidah.“Jadi sekarang lo udah rela?” tanya Zahra lebih jeli.“Bukan gitu, gue rasa dan gue yakin banget sikap dingin yang terkadang muncul pada diri Abbas akhir-akhir ini mungkin karena dia berfikir keras untuk mengambil keputusan yang tentu berat.” Sayyid
last updateLast Updated : 2022-03-20
Read more

Panggil Aku Abi

Sayyidah menangkap kehadiran Abbas yang berdiri di depan ruangan. Sayyidah menatapnya dengan bola mata nanar. Namun, bukan kesedihan yang akan tumpah dari sudut matanya, akan tetapi sebuah kebahagian yang tercipta karena rasa cinta yang semakin kuat untuk Abbas. Perlahan Sayyidah mengampiri Abbas, saat lebih dekat ia segera berlari menyambar tubuh suaminya. “Terima kasih Bas, hiks ... hiks ... hiks ....” Sayyidah menumpahkan semua perasaan yang ia pendam di dada sang suami. “Ehem! Pokoknya habis ini harus bikin ponakan baru buat kita,” kelakar Zahra menyudahi pelukan Sayyidah dan Abbas.Keduanya tertunduk malu di hadapan Zahra, Halimah dan kedua orang tuanya. “Semoga kalian segera mendapatkan momongan, ya, Nak!” Umi Sofia menghampiri Sayyidah, ia mengusap bahu Sayyidah dengan lembut. “Aamiin, terima kasih Umi.” Sayyidah tak bisa menahan perasaannya untuk memeluk siapa saja orang di hadapannya. Ia mendekap wanita dewasa i
last updateLast Updated : 2022-03-25
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status