Home / Pendekar / Ksatria Pengembara Season 1 / Chapter 931 - Chapter 940

All Chapters of Ksatria Pengembara Season 1: Chapter 931 - Chapter 940

1822 Chapters

43. Bagian 17

“Blezzhhhgg”. tiba-tiba pula batu-batuan tersebut langsung terbakar oleh Lahar Merapi yang mengeluarkan aura panas yang sangat menyengat.“Coba kau tahan serangan, Hujan Lahar Merapiku ini!”. ucap Raja Iblis Gunung Merapi lagi dengan keras.Bintang yang melihat serangan dahsyat yang akan dilancarkan oleh Raja Iblis Gunung Merapi, langsung mengedarkan pandangannya kesekitar.“Akan banyak makan korban bila sampai serangan Hujan Lahar Merapi ini kubiarkan”. Batin Bintang lagi menyadari keadaan disekitarnya yang begitu banyak pendekar-pendekar aliran hitam yang masih tak sadarkan diri ataupun yang tertotok.Tak menunggu lama, Bintang langsung merapatkan kedua telapak tangannya didepan dada, sebuah bayangan putih keperakan muncul diatas kepala Bintang. Perlahan bayangan putih keperakan itu langsung menyelimuti sekujur tubuh Bintang dan berputar-putar membentuk pertahanan. Bintang sedang menggunakan
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

43. Bagian 18

“Kita hadapi berdua” ucap Raja Iblis Gunung Merapi lagi, Raja Iblis Rembulan tak menjawab tapi menganggukkan wajahnya.Sementara itu Bintang, tampak tengah membantu Bujang Sakti mengobati luka dalamnya, Dewa Kera sendiri yang baru saja menyelesaikan pertarungannya, langsung melompat kehadapan Bintang dan Bujang Sakti untuk menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi. Tak lama Bintang menyudahi tindakannya mengobati luka dalam Bujang Sakti.“Dewa Kera, jaga Bujang, mereka biar aku yang hadapi” ucap Bintang seraya bangkit berdiri.“Baik guru”. Ucap Dewa Kera tanpa membantah, Bintang sendiri maju kehadapan Raja Iblis Gunung Merapi dan Raja Iblis Rembulan.Menghadapi kedua dedengkot aliran hitam ini, Bintang tak ingin setengah-setengah lagi, Bintang merapatkan kedua tangannya membentuk mudra. Kedua telapak tangan Bintang bersinar, sinar yang rupanya berasal dari dua lambang yang kini muncul ditelapak tangan kanan dan kiri
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

43. Bagian 19

“Pancasona...”. batin Bintang lagi, Bintang baru mengerti kenapa serangannya tak ada yang bisa melukai kedua dedengkot aliran hitam ini.Raja Iblis Gunung Merapi dan Raja Iblis Rembulan sama-sama terlihat menghimpun kekuatan.“Zggghhhh.” ditangan Raja Iblis Gunung Merapi terangkum pukulan dahsyat yang disebut Puncak Merapi berwarna merah.“Zggghhhh.” ditangan Raja Iblis Rembulan terangkum pukulan dahsyat yang disebut Neraka Es berwarna hitam.Melihat kedua dedengkot aliran hitam yang telah merapal pukulan dahsyat masing-masing, Bintangpun tak ingin main-main lagi. Kedua tangan Bintang membentuk mudra, secara perlahan kedua tangan itu terbuka.“Plasshhhh”“Plashhhh”Hampir bersamaan dikedua tangan Bintang muncul dua berkas cahaya yang berlainan warna, bila ditangan kiri muncul cahaya berwarna merah, ditangan kanan Bintang muncul cahaya berwarna biru. Inilah pukulan Ma
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

43. Bagian 20

“Gondola, ayo kita tinggalkan tempat ini cepat!”. ucap Raja Iblis Rembulan lagi.“Huuupp”. hampir bersamaan Raja Iblis Gunung Merapi dan Raja Iblis Rembulan saling melompat terbang untuk segera meninggalkan tempat itu, tapi ;“Yudha Manggala, heeaaa!” saat itu pula Bintang mendorong kedua tangannya kedepan, tapak dan tinju, dari telapak tangan kiri Bintang keluar bayangan seekor naga berwarna hijau, sedangkan tinju tangan kanan Bintang keluar bayangan seekor harimau raksasa berwarna putih.Raja Iblis Gunung Merapi dan Raja Iblis Rembulan kalah cepat, saat bayangan naga dan harimau milik Bintang menghampiri keduanya.“Aaakhhhhh!”. Raja Iblis Gunung Merapi menjerit keras saat cahaya keemasan yang membentuk bayangan naga yang keluar dari tapak tangan Bintang membelit tubuhnya.“Aaaakhhh!”. tak lama Raja Iblis Rembulan menjerit keras saat cahaya keemasan yang membentuk bayangan seekor
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

43. Bagian 21

Sementara itu Bintang dengan penuh haru langsung meraih tangan ibundanya dan memeluk dan menciumnya dengan erat.“Bunda... Bintang pulang...”. terdengar suara lirih Bintang.Wanita tua dengan wajah pucat ini tampak terbangun dari tidurnya saat merasakan ada yang memeluk dan mencium tangannya yang kurus.“Kanda”. terdengar suara lemah dan lirih dari wanita ini.Patih Setyo Pinangan tampak dengan cepat membantu sang istri untuk bangkit dari tempat tidurnya.“Siapa yang datang kanda?” ucap sang istri lirih.“Orang yang selama ini dinda rindukan, anak kita”. ucap patih Setyo Pinangan lagi hingga membuat wanita tua itu terhenyak bagaikan baru tersadar dari mimpinya.“Ini Bintang bunda..Bintang sudah pulang”. ucap Bintang lagi. Sang wanita terlihat semakin terhenyak.“Bb...bin...Bintang”. ucapnya terbata-bata.“Benar bunda... ini Bintang”. Ucap
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

44. Kembalinya Ksatria Pengembara

Puncak Gunung Merapi luluh lantah, dari kaki gunung sampai ke puncak gunung, ratusan sosok terlihat tergeletak tak berdaya, sementara itu dipuncak ratusan orang pendekar aliran putih tengah berkumpul, mengelilingi seorang pendekar aliran hitam yang terlihat sangat ketakutan tengah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di puncak Gunung Merapi beberapa waktu yang lalu.“Ksatria Pengembara kau bilang, jangan bohong kau!”. Bentak Sigila Tuak keras.“Hh... Hamba tidak bohong... Hamba berani sumpah!”. Ucapan ini membuat semua pandangan mengarah kearah Baruna (Dewa Tanpa Bayangan) yang merupakan kakek Bintang.Kakek Baruna sendiri tampak berjalan mendekati pendekar aliran hitam tersebut.“Apa benar yang kau katakan tadi?”. tanya kakek Baruna lagi.“Bb.. Benar... Hamba tidak bohong”Kakek Baruna bangkit berdiri dan berbalik. “Serrr..”. langsung melesat tanpa me
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

44. Bagian 2

“Bocah gendut tak tahu sopan santun, bukankah guruku lebih tua beberapa tahun darimu, sudah sepantasnya kau memanggilnya kakak, seperti kau memanggilku kakak.. jika kau tak mau dengar, jangan panggil aku kakak lagi”. Ucap Dewa Kera bersungut-sungut. Bujang Sakti tampak bingung, hingga ;“Baik... Baik kak kera... Kak Bintang”. Ucap Bujang Sakti dengan wajah cemberut sambil memakan buah-buah yang ada ditangannya.Bintang tersenyum dan menarik nafas panjang seraya berjalan kearah sebuah kursi yang berada tak jauh darinya, Dewa Kera langsung mengambil duduk dilantai dihadapan Bintang, Bujang Sakti ikut-ikutan berbaring disebelah Dewa Kera.“Ceritakan guru..” ucap Dewa Kera tak sabar.Akhirnya Bintangpun menceritakan tentang pengembaraannya selama ini yang kurang lebih 10 tahun meninggalkan Tanah Jawa, sepanjang Bintang bercerita, tak sedikitpun Dewa Kera mengedipkan matanya, seolah-olah cerita Bintang sangat menarik baginya
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

44. Bagian 3

Malam datang menjelang, sinar sang bulan bersinar terang malam itu, Bintang-Bintangpun bertaburan tak terhingga. Bukit Bayangan terlihat sunyi sepi, sesekali suara jangkrik dan kodok terdengar, semakin menambah syahdunya malam itu. Keindahan malam itu rupanya tak dirasakan oleh dua orang yang tengah berjaga-jaga dipintu gerbang rumah yang ada dipuncak Bukit Bayangan, sesekali yang bertubuh gemuk menepuk jidadnya yang dihinggapi nyamuk.“Banyak sekali nyamuk malam ini kak kera”. Ucap yang bertubuh gemuk yang tak lain adalah Bujang Sakti adanya.“Ah kau ini, jangan banyak mengeluh, tidur saja sana”“Bagaimana bisa tidur kak kera, nyamuk begini banyak”Dewa Kera seakan tak perduli, pandangannya sesekali menyipit menatap jauh kedepan.“Apa benar yang dikatakan Bintang, kalau malam ini kita akan kedatangan banyak tamu?”. Ucap Bujang Sakti lagi sambil garuk-garuk kepala.Tiba-tiba saja Dewa Kera melo
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

44. Bagian 4

Belum lagi pembicaraan itu berlanjut, tiba-tiba saja dari arah luar terdengar suara riuh.“Mereka sudah tiba, ayo Setyo, kita keluar, biarkan Bintang disini bersama Ratih”. Ucap kakek Baruna lagi berjalan terlebih dahulu meninggalkan kamar itu, Setyo Pinangan yang masih bingung semakin bingung dengan ucapan kakek Baruna, tapi dia tidak membantah untuk mengikuti kakek Baruna meninggalkan kamar itu.Alangkah terkejutnya Setyo Pinangan saat tiba diluar, dihalaman rumah yang memang cukup luas itu, telah berkumpul ratusan orang pendekar.“Tenang semuanya..”. tiba-tiba saja kakek Baruna mengeluarkan ucapan lembut tapi keras, membahana diempat penjuru. Tak salah, Aji Membelah Suara 4 Penjuru Angin dipergunakan kakek Baruna.Semua terdiam menantikan apa yang akan diucapkan oleh kakek Baruna selanjutnya.“Kabar yang kita dengar dari begundalnya Mak Jonggrang ternyata memang benar, cucuku Bintang telah kembali... tapi s
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

44. Bagian 5

PAGI datang.“Kreaakk..”. pintu kamar terbuka. Sosok Setyo Pinangan dan kakek Baruna masuk. Tepat disaat Bintang akan membuka balutan dimata sang bunda.“Romo..”“Kakek”. Ucap Bintang terkejut dengan kehadiran kakek Baruna, Bintang langsung bersimpuh menghormat. Kakek Baruna dengan cepat mengangkat tubuh Bintang, ditatapnya wajah Bintang dengan pandangan mata berbinar.“Kau pulang juga akhirnya cucuku..”. Ucap kakek Baruna dengan suara bergetar.“Maafkan Bintang yang baru pulang sekarang kek”. Ucap Bintang lagi.Tak menunggu lama, kakek Baruna memeluk Bintang dengan erat.“Kanda... Apakah kakek sudah pulang?”. tiba-tiba saja terdengar suara yang rupanya berasal dari bundanya Bintang.Bintang, kakek Baruna dan Setyo Pinangan segera mendekati Ratih. Bundanya Bintang.“Iya Ratih, ayah sudah pulang, bagaimana keadaan dinda sekarang?”. Ucap Se
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more
PREV
1
...
9293949596
...
183
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status