Home / Pendekar / Ksatria Pengembara Season 1 / Chapter 921 - Chapter 930

All Chapters of Ksatria Pengembara Season 1: Chapter 921 - Chapter 930

1822 Chapters

43. Bagian 7

Keesokan harinya di Bukit Langit, tempat kediaman tiga datuk, dedengkot aliran putih yang saat ini dianggap sebagai pemimpin aliran putih.Puluhan bahkan ratusan pendekar aliran putih telah berdatangan ke Bukit Langit untuk membahas tentang balas dendam yang mereka lakukan kepada Raja Iblis Gunung Merapi Dan Raja Iblis Rembulan. Baik itu pendekar yang sudah memiliki nama besar ataupun kecil, bahkan hampir semua dedengkot aliran putih ikut menghadiri undangan pertemuan tersebut.Begitu banyaknya undangan yang datang, sampai-sampai rapat tersebut tidak jadi diadakan didalam rumah karena tidak kuat untuk menampung jumlah undangan, hingga rapat dialihkan ke tengah halaman depan yang cukup luas.Suasana hiruk pikuk terdengar disana sini, entah apa yang dibicarakan tapi suasananya sangat riuh sekali. Tak lama, 3 sosok tubuh muncul dari dalam bangunan, 3 sosok kakek yang tampak mengenakan Mengenakan pakaian panjang dan tebal yang menutupi sekujur tubuh mereka, sebuah t
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

43. Bagian 8

Lalu semua pandangan langsung tertuju ke arah Benua, peramal sakti yang ramalannya tidak pernah meleset.  Seorang kakek dengan tubuh kurus renta dengan pakaian yang begitu sederhana sebuah tongkat usang yang sudah begitu tua, dikepalanya tampak sebuah batok kelapa kering yang entah sudah seberapa lama berada diatas kepalanya, wajahnya tampak begitu lusuh, rambutnya sudah terlihat memutih.Yang dipandang justru terlihat cengar cengir tak karuan sambil memutar tongkat usangnya ketanah, sedangkan tangan yang satunya lagi tampak berhitung jari, entah apa yang dihitung yang pasti bukan menghitung hutang yang tadi ditinggalkannya di warung sebelum sampai ke puncak Bukit Langit.Wajahnya yang tersenyum cengar cengir, tiba-tiba saja terlihat serius, berkali-kali tongkat usangnya di putar-putar ditanah dan jari jemarinya yang terus berhitung. Bila dihitung-hitung hampir 12x kakek kurus renta ini melakukan hal yang sama, hingga para pendekar-pendekar yang ada disitu ada yan
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

43. Bagian 9

Sore sudah datang menjelang, semburat kemerahan mega langit mengiringi langkah Bintang dan Bujang saat mau memasuki pintu gerbang sebuah desa. Kedua-duanya tampak berhenti dipintu gerbang desa.“Ini desa kelima yang kita lewati Bintang, aku yakin disinipun ada begalnya”. Ucap Bujang lagi, Bintang hanya tersenyum tipis.Benar saja, belum lagi mereka melangkah, belasan orang berpakaian hitam dan berwajah garang telah menghadang langkah keduanya.“Berhenti! kalau tidak nyawa kalian melayang!”. salah seorang yang sepertinya adalah pimpinan orang-orang yang berpakaian hitam tersebut.“Biar aku kali ini yang menanganinya Bintang”. Ucap Bujang seraya melangkah maju, padahal Bintang belum menjawabnya.“Kalian yang harus menyingkir kalau masih ingin melihat matahari besok!”. ucap Bujang dengan keras, Bujang memang terlihat menaruh dendam yang sangat besar kepada lawan-lawannya.Salah seorang yang berpak
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

43. Bagian 10

Malam tiba saat Bintang dan Bujang tiba didepan sebuah rumah makan disebuah desa, walau banyak pendekar aliran hitam didesa itu yang berlalu lalang, tapi Bintang dan Bujang tampak tak acuh, mereka masuk begitu saja kedalam sebuah warung, didalam warung juga sudah banyak orang-orang yang menurut Bintang adalah tokoh-tokoh aliran hitam dan para begal yang bercampur baur.Masuknya Bintang bersama Bujang membuat mereka menjadin pusat perhatian, tapi cuma sesaat, kemudian suara kembali hiruk pikuk ditempat itu, Bintang bersama Bujang memilih tempat yang paling pojokan.Tak lama kemudian seorang aki-aki tua datang membawakan minuman.“Mau pesan apa den?”“Apa saja yang enak ki, tolong cepat ya ki, perutku sudah lapar sekali dari tadi”. Ucap Bujang tanpa malu-malu lagi.“Baik-baik den...”. ucap aki-aki tua itu lagi.“Sebaiknya aden-aden jangan lama-lama didesa ini, bahaya!”. sebelum pergi si aki-aki t
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

43. Bagian 11

Malam datang menjelang, Rembulan bersinar terang malam itu, Bintang-Bintangpun bertaburan di kaki langit hingga semakin menambah indahnya malam itu. PUNCAK GUNUNG MERAPI, sebuah api unggun besar menyala, ratusan orang tampak memenuhi puncak Gunung Merapi, melihat gelagat mereka adalah tokoh-tokoh aliran hitam. Begitu ramainya dan hiruk pikuknya tempat itu membuat jumlah orang-orang yang berada di puncak Gunung Merapi tak dapat dipastikan.Di sebuah rumah yang tak cukup besar juga tak cukup kecil, serombongan orang tampak keluar dan yang berada paling depan adalah sosok seorang wanita tua dengan rambut yang sudah memutih semua, tapi walaupun begitu bias kejelekan, eh..kecantikan dimasa mudanya masih terlihat jelas, kedua matanya tajam, semakin tajam dengan celak mata dibawa pelopak matanya, saat nyengir, terlihat barisan giginya yang sudah menghitam semua, mengenakan pakaian hitam yang tampak lusuh, ditangannya tampak tergenggam sebuah tongkat berkepala tengkorak. Dialah MAK J
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

43. Bagian 12

Mentari belum lagi menampakkan dirinya, tapi bias cahayanya sudah menyeburat keluar menerangi alam. Kokok ayam jantanpun sudah saling sahut sahutan sejak dari tadi. Di sebuah hutan di kaki Gunung Merapi sebelah selatan, tampak seorang yang tengah khusuk berzikir, sebilah pedang terbungkus kain putih tampak terletak rapi disebelahnya. Dia tak lain adalah Bintang adanya.Sementara itu tak jauh dari Bintang tampak sosok seekor kera yang tengah mempermainkan batang lidi pada hidung seorang bertubuh besar yang tengah tertidur lelap. Sosok tidur tersebut itu tak lain adalah Bujang Sakti.Sedangkan sosok kera yang tengah mempermainkan hidungnya itu tak lain adalah sang Dewa Kera. Teman dan juga murid Bintang, hubungan keduanya cukup rumit untuk dijelaskan. Dewa Keralah yang Bintang maksud semalam kepada Bujang untuk menangani bangsa lelembut sekutu Mak Jonggrang, karena Bintang ingat dulu saat bersama Dewa Kera yang sangat suka menghajar para bangsa siluman atau lelembut. Unt
last updateLast Updated : 2022-03-14
Read more

43. Bagian 13

“Aku Raksasa Rantai Neraka” ucap sosok besar dihadapan Bujang. Benar saja, Raksasa Rantai Neraka tampak meraih rantai yang ada dibelakang pinggangnya. Rantai yang begitu besar terlihat begitu ringan ditangan Raksasa Rantai Neraka.Tapi Bujang tak gentar, langkahnya maju beberapa langkah kehadapan Raksasa Rantai Neraka. Sementara itu Raksasa Rantai Neraka tampak memutar-mutar rantai itu diatas kepalanya, semakin lama semakin cepat.“Mati kau!”“Wuuttt”. rantai besar itu langsung diayunkan kearah Bujang, gerak rantai bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya. Bujang hanya bergerak sedikit kesamping hingga rantai itu lewat dihadapannya.“Duarrr..”. tanah yang dihantam rantai tersebut langsung meledak, dapat dibayangkan betapa kuatnya ayunan rantai tersebut hingga menimbulkan ledakan yang cukup hebat, kalau saja tadi tubuh Bujang yang terkena hantaman rantai tersebut, pasti akan langsung hancur.&ldquo
last updateLast Updated : 2022-03-14
Read more

43. Bagian 14

Tak ada reaksi dari Bintang bahkan saat cahaya merah itu semakin mendekat. Tepat disaat cahaya merah itu hampir sampai, Bintang mengangkat tangan kanannya dan membuat gerakan memutar, hebatnya lagi cahaya merah tersebut justru mengikuti gerakan perputaran tangan Bintang.“Kukembalikan!”. ucap Bintang seraya mendorong tangannya. “Wusshhh..!”. cahaya merah milik Mak Jonggrang justru berbalik kearah Mak Jonggrang sendiri jauh lebih cepat dari sebelumnya, inilah salah satu kehebatan jurus Pusaran Matahari dari Cermin Agung Matahari Rembulan milik Bintang.“Awass!”. Mak Jonggrang yang sangat kaget melihat lawannya berhasil membalikkan pukulannya segera berteriak keras seraya melompat menghindar.“Plasshhh..!”. tapi terlambat bagi beberapa lelembut yang saat itu berada didekat Mak Jonggrang, pukulan Lahar Gunung Merapi langsung membakar mereka.“Aakhhhhh!”. jeritan-jeritan ke
last updateLast Updated : 2022-03-14
Read more

43. Bagian 15

Kali ini Bintang melayani serangan para lawannya, Bintang memainkan jurus “Kelana Pemabuk”. Akibatnya para lawan-lawannya menjadi bingung. Karena serapat apapun kepungan mereka, tetap saja Bintang yang bergerak-gerak seperti orang mabuk dan orang gila itu mampu menyelinap di antara senjata mereka. Bahkan kadang-kadang Bintang lenyap dan muncul di belakang mereka sambil menepuk tubuh mereka. Kini sadarlah mereka bahwa lawan mereka kali ini bukanlah orang sembarangan.“Des...des...desss” sekali-kali Bintang melancarkan serangan balasan, hingga beberapa orang tokoh-tokoh aliran hitam itu harus terjengkang menerima akibatnya.Puncak Gunung Merapi benar-benar menjadi ajang pertempuran hebat antara 3 orang hebat menghadapi puluhan orang tokoh aliran hitam yang masih tersisa. Kita lihat pertarungan yang pertama antara Dewa Kera menghadapi para bangsa lelembut, walau dikeroyok sedemikian rupa, tapi Dewa Kera masih dengan santai bertarung dengan
last updateLast Updated : 2022-03-14
Read more

43. Bagian 16

“Namanya Ksatria Pengembara, dia adalah murid Raja Penidur kakang” ucap Mak Jonggrang lagi, hingga kontan membuat wajah kakek merah berubah. Bahkan wajah kakek putihpun ikut berubah.“Raja Iblis Gunung Merapi Dan Raja Iblis Rembulan hari ini aku akan menuntut balas atas kematian Bopoku, Raja Penidur”. Ucap Bujang Sakti keras.“Ha ha ha...! bocah gendut, apa kau ingin menyusul Bopomu ha!! kalau begitu dengan senang hati aku akan mengabulkannya”. Ucap kakek putih lagi tertawa.“Kita lihat saja kakek gebluk”. Ucap Bujang Sakti mengejek.Bujang Sakti merapatkan kedua tangannya membentuk mudra. “Werrrrr”. tiba-tiba saja sosok Bujang Sakti memancarkan hawa dingin yang amat sangat, begitu kuatnya pancaran tenaga dalam yang dikerahkan oleh Bujang Sakti sampai-sampai membuat angin yang berhembus ditempat itu berubah kencang. Angin dingin menerpa tempat itu. Bujang Sakti tahu siapa yang dihadapannya saat i
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more
PREV
1
...
9192939495
...
183
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status