Share

43. Bagian 20

last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-15 01:05:11

“Gondola, ayo kita tinggalkan tempat ini cepat!”. ucap Raja Iblis Rembulan lagi.

“Huuupp”. hampir bersamaan Raja Iblis Gunung Merapi dan Raja Iblis Rembulan saling melompat terbang untuk segera meninggalkan tempat itu, tapi ;

“Yudha Manggala, heeaaa!” saat itu pula Bintang mendorong kedua tangannya kedepan, tapak dan tinju, dari telapak tangan kiri Bintang keluar bayangan seekor naga berwarna hijau, sedangkan tinju tangan kanan Bintang keluar bayangan seekor harimau raksasa berwarna putih.

Raja Iblis Gunung Merapi dan Raja Iblis Rembulan kalah cepat, saat bayangan naga dan harimau milik Bintang menghampiri keduanya.

“Aaakhhhhh!”. Raja Iblis Gunung Merapi menjerit keras saat cahaya keemasan yang membentuk bayangan naga yang keluar dari tapak tangan Bintang membelit tubuhnya.

“Aaaakhhh!”. tak lama Raja Iblis Rembulan menjerit keras saat cahaya keemasan yang membentuk bayangan seekor

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 1   43. Bagian 21

    Sementara itu Bintang dengan penuh haru langsung meraih tangan ibundanya dan memeluk dan menciumnya dengan erat.“Bunda... Bintang pulang...”. terdengar suara lirih Bintang.Wanita tua dengan wajah pucat ini tampak terbangun dari tidurnya saat merasakan ada yang memeluk dan mencium tangannya yang kurus.“Kanda”. terdengar suara lemah dan lirih dari wanita ini.Patih Setyo Pinangan tampak dengan cepat membantu sang istri untuk bangkit dari tempat tidurnya.“Siapa yang datang kanda?” ucap sang istri lirih.“Orang yang selama ini dinda rindukan, anak kita”. ucap patih Setyo Pinangan lagi hingga membuat wanita tua itu terhenyak bagaikan baru tersadar dari mimpinya.“Ini Bintang bunda..Bintang sudah pulang”. ucap Bintang lagi. Sang wanita terlihat semakin terhenyak.“Bb...bin...Bintang”. ucapnya terbata-bata.“Benar bunda... ini Bintang”. Ucap

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-15
  • Ksatria Pengembara Season 1   44. Kembalinya Ksatria Pengembara

    Puncak Gunung Merapi luluh lantah, dari kaki gunung sampai ke puncak gunung, ratusan sosok terlihat tergeletak tak berdaya, sementara itu dipuncak ratusan orang pendekar aliran putih tengah berkumpul, mengelilingi seorang pendekar aliran hitam yang terlihat sangat ketakutan tengah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di puncak Gunung Merapi beberapa waktu yang lalu.“Ksatria Pengembara kau bilang, jangan bohong kau!”. Bentak Sigila Tuak keras.“Hh... Hamba tidak bohong... Hamba berani sumpah!”. Ucapan ini membuat semua pandangan mengarah kearah Baruna (Dewa Tanpa Bayangan) yang merupakan kakek Bintang.Kakek Baruna sendiri tampak berjalan mendekati pendekar aliran hitam tersebut.“Apa benar yang kau katakan tadi?”. tanya kakek Baruna lagi.“Bb.. Benar... Hamba tidak bohong”Kakek Baruna bangkit berdiri dan berbalik. “Serrr..”. langsung melesat tanpa me

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Ksatria Pengembara Season 1   44. Bagian 2

    “Bocah gendut tak tahu sopan santun, bukankah guruku lebih tua beberapa tahun darimu, sudah sepantasnya kau memanggilnya kakak, seperti kau memanggilku kakak.. jika kau tak mau dengar, jangan panggil aku kakak lagi”. Ucap Dewa Kera bersungut-sungut. Bujang Sakti tampak bingung, hingga ;“Baik... Baik kak kera... Kak Bintang”. Ucap Bujang Sakti dengan wajah cemberut sambil memakan buah-buah yang ada ditangannya.Bintang tersenyum dan menarik nafas panjang seraya berjalan kearah sebuah kursi yang berada tak jauh darinya, Dewa Kera langsung mengambil duduk dilantai dihadapan Bintang, Bujang Sakti ikut-ikutan berbaring disebelah Dewa Kera.“Ceritakan guru..” ucap Dewa Kera tak sabar.Akhirnya Bintangpun menceritakan tentang pengembaraannya selama ini yang kurang lebih 10 tahun meninggalkan Tanah Jawa, sepanjang Bintang bercerita, tak sedikitpun Dewa Kera mengedipkan matanya, seolah-olah cerita Bintang sangat menarik baginya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Ksatria Pengembara Season 1   44. Bagian 3

    Malam datang menjelang, sinar sang bulan bersinar terang malam itu, Bintang-Bintangpun bertaburan tak terhingga. Bukit Bayangan terlihat sunyi sepi, sesekali suara jangkrik dan kodok terdengar, semakin menambah syahdunya malam itu. Keindahan malam itu rupanya tak dirasakan oleh dua orang yang tengah berjaga-jaga dipintu gerbang rumah yang ada dipuncak Bukit Bayangan, sesekali yang bertubuh gemuk menepuk jidadnya yang dihinggapi nyamuk.“Banyak sekali nyamuk malam ini kak kera”. Ucap yang bertubuh gemuk yang tak lain adalah Bujang Sakti adanya.“Ah kau ini, jangan banyak mengeluh, tidur saja sana”“Bagaimana bisa tidur kak kera, nyamuk begini banyak”Dewa Kera seakan tak perduli, pandangannya sesekali menyipit menatap jauh kedepan.“Apa benar yang dikatakan Bintang, kalau malam ini kita akan kedatangan banyak tamu?”. Ucap Bujang Sakti lagi sambil garuk-garuk kepala.Tiba-tiba saja Dewa Kera melo

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Ksatria Pengembara Season 1   44. Bagian 4

    Belum lagi pembicaraan itu berlanjut, tiba-tiba saja dari arah luar terdengar suara riuh.“Mereka sudah tiba, ayo Setyo, kita keluar, biarkan Bintang disini bersama Ratih”. Ucap kakek Baruna lagi berjalan terlebih dahulu meninggalkan kamar itu, Setyo Pinangan yang masih bingung semakin bingung dengan ucapan kakek Baruna, tapi dia tidak membantah untuk mengikuti kakek Baruna meninggalkan kamar itu.Alangkah terkejutnya Setyo Pinangan saat tiba diluar, dihalaman rumah yang memang cukup luas itu, telah berkumpul ratusan orang pendekar.“Tenang semuanya..”. tiba-tiba saja kakek Baruna mengeluarkan ucapan lembut tapi keras, membahana diempat penjuru. Tak salah, Aji Membelah Suara 4 Penjuru Angin dipergunakan kakek Baruna.Semua terdiam menantikan apa yang akan diucapkan oleh kakek Baruna selanjutnya.“Kabar yang kita dengar dari begundalnya Mak Jonggrang ternyata memang benar, cucuku Bintang telah kembali... tapi s

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Ksatria Pengembara Season 1   44. Bagian 5

    PAGI datang.“Kreaakk..”. pintu kamar terbuka. Sosok Setyo Pinangan dan kakek Baruna masuk. Tepat disaat Bintang akan membuka balutan dimata sang bunda.“Romo..”“Kakek”. Ucap Bintang terkejut dengan kehadiran kakek Baruna, Bintang langsung bersimpuh menghormat. Kakek Baruna dengan cepat mengangkat tubuh Bintang, ditatapnya wajah Bintang dengan pandangan mata berbinar.“Kau pulang juga akhirnya cucuku..”. Ucap kakek Baruna dengan suara bergetar.“Maafkan Bintang yang baru pulang sekarang kek”. Ucap Bintang lagi.Tak menunggu lama, kakek Baruna memeluk Bintang dengan erat.“Kanda... Apakah kakek sudah pulang?”. tiba-tiba saja terdengar suara yang rupanya berasal dari bundanya Bintang.Bintang, kakek Baruna dan Setyo Pinangan segera mendekati Ratih. Bundanya Bintang.“Iya Ratih, ayah sudah pulang, bagaimana keadaan dinda sekarang?”. Ucap Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Ksatria Pengembara Season 1   44. Bagian 6

    “Bagaimana menurut kakek?”. Ucap Bintang kepada kakek Baruna lagi, belum lagi kakek Baruna menjawab, tiba-tiba saja semerbak harum santer tercium ditempat itu. Begitu harum sampai memancing perhatian semua orang yang ada ditempat itu untuk mencari-cari dimana asal harum semerbak tersebut.“Lihat disana!”. tunjuk salah seorang pendekar kearah kaki bukit, dikejauhan terlihat sebuah rombongan berkuda tengah menaiki Bukit Bayangan dengan cepat. Semakin dekat semakin terlihat rombongan tersebut terdiri dari 4 orang pasukan berkuda berada dipaling depan, seolah-olah tengah mengawal sesuatu, sedangkan dibelakangnya tampak sebuah kereta kencana yang begitu megah, disebelah kusir, tampak duduk seorang gadis jelita yang masih muda belia, dibelakangnya tampak pula kereta kuda yang berisi 10 orang wanita, dibelakangnya tampak pula sebuah pedati yang ditarik oleh 2 ekor sapi besar yang membawa 2 peti besar, dibelakangnya tampak pula sebuah pedati yang tampak dipenu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Ksatria Pengembara Season 1   44. Bagian 7

    Sosok berikutnya juga tak kalah cantik jelita, mengenakan pakaian putih beralur emas, juga menggunakan kerudung selendang putih untuk menutupi kepalanya, kulitnya begitu cantik dan begitu mulus terlihat tanpa noda.“Hamba Yuan Ming Zhu memberi hormat kepada para pendekar”. Lagi-lagi para pendekar yang ada ditempat tercekat saat sosok putri Yuan Ming Zhu berbalik kearah para pendekar dan memberi salam.“Ss...seorang dewi”. Ucap salah seorang pendekar yang berkali-kali harus menengak air liur mereka melihat kecantikan dan kemolekan sosok putri Yuan Ming Zhu.Sosok berikutnya adalah sosok seorang wanita cantik yang memiliki kulit begitu putih bak salju, begitu manis tiada ketolongan, wanita satu ini tampak mengenakan pakaian biru beralur putih.“Hamba Kim Si Hyang memberi hormat kepada para pendekar” ucap Kim Si Hyang dengan lembut yang langsung dibalas oleh para datuk dan dedengkot aliran putih yang ada didekatnya, putri

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-17

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 14

    “Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 13

    Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 12

    Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status