Semua Bab Ksatria Pengembara Season 1: Bab 1031 - Bab 1040

1822 Bab

48. Bagian 6

“Cakra Baskara...”. ucap orang-orang yang ada didekat Eyang Mandalaksana saat mengenali pusaka tersebut. Sebuah senjata berbentuk panah keemasan, tapi memiliki bentuk bulat diujungnya, dengan delapan runcingan di sekeliling sisinya yang menyerupai mata tombak.“Siapa orang yang menitipkan ini padamu?”. kali ini Eyang Mandalaksana yang langsung angkat bicara kepada Bintang.“Maaf eyang, saat ini hamba belum bisa memberitahukannya kepada eyang” ucap Bintang. Hingga semua wajah ditempat itu berubah. Baru kali ini ada orang yang mengatakan penolakan seperti itu, hal ini tentu bisa memancing amarah Eyang Mandalaksana dan bisa mengeluarkan titah dewa atau kutukan dewa seperti yang terjadi pada emas dan permata milik Pangeran Blambang Sewu.“Lalu tujuan apa lagi yang kau bawa kemari?” ucap Eyang Mandalaksana.“Sebenarnya hamba ingin mengikuti sayembara ini, tapi hamba tahu hamba tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-03
Baca selengkapnya

48. Bagian 7

Dari Bukit Bayangan kita melompat ke suatu tempat yang jauh, yaitu Gunung Bromo. Malam itu Bintang tampak sedang tenggelam di alam zikirnya dikamar yang telah disiapkan untuknya.“Sett...”. sebuah benda melesat cepat masuk dari jendela Bintang yang terbuka.“Tapp...”. dengan tenang Bintang menangkap benda melesat itu dengan jepitan kedua jarinya. Rupanya benda tersebut adalah sebuah anak panah yang dihulunya ada sehelai kertas.Bintang membuka kertas dan membacanya. Lalu pandangan Bintang mengarah pada jendelanya yang terbuka. “Serrr...”. dalam sekejap saja tubuh Bintang sudah lenyap ditempatnya, melesat dikegelapan malam.Di suatu tempat diantara keremangan malam, terlihat sesosok tubuh semampai tengah berdiri. Tak lama sosok Bintang sudah tiba ditempat itu. Walau dari belakang, Bintang mengenali sosok semampai yang ada dihadapannya.“Ada apa gerangan kiranya gusti Roro Putri ingin bertemu dengan hamba?&rd
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-03
Baca selengkapnya

48. Bagian 8

Keesokan harinya, Eyang Mandalaksana mengumpulkan semuanya disebuah tanah lapangan dihalaman belakang istana kediaman Eyang Mandalaksana. Sebuah gelanggang arena telah dipersiapkan, arena gelanggang yang berukuran cukup besar. 10x10 M istilah bahasa modernnya. Semua rombongan terlihat duduk ditempat-tempat yang telah dipersiapkan.“Baiklah... Siapa yang ingin maju duluan untuk mengikuti sayembara ini?”. ucap Jagat Lanang membahana ditempat itu.“Aku!”. Pangeran Blambang Sewu tampak bangkit dari tempat duduknya.“Huuppp.”. dengan gerakan yang sangat ringan sekali Pangeran Blambang Sewu melompat naik ke gelanggang pertarungan.Guriwa tampak maju kedepan dan menjura hormat dihadapan Eyang Mandalaksana dan eyang putri. “Huppp...” dengan gerakan yang sangat ringan Guriwa melesat naik ke panggung pertarungan, bagaikan seekor burung, gerakan Guriwa sangat ringan sekali, berbanding terbalik dengan tubuhnya yang besa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-03
Baca selengkapnya

48. Bagian 9

Tak lama, Pangeran Blambang Sewu sudah kembali keatas gelanggang pertarungan dengan pakaian mewah baru. Sosok gagah dan perkasa Pangeran Blambang Sewu begitu diperihatkan olehnya.“Siapa lagi yang akan kulawan?”. ucap Pangeran Blambang Sewu dengan angkuhRoro Putri Srikandi tampak berdiri dari tempatnya dan menjura hormat pada Eyang Mandalaksana dan eyang putri yang tampak merestuinya. Dengan anggun langkah gemulai Roro Putri Srikandi berjalan kearena gelanggang pertarungan.“Apakah pertarungan ini perlu dilakukan gusti Roro calon istriku, apakah tidak sayang dengan kulitmu yang mulus itu terluka nanti”. Ucap Pangeran Blambang Sewu tersenyum nakal.“Silahkan saja coba kalau kau mampu”. Ucap Roro Putri sinis.“Baik, ini seranganku”. Ucap Pangeran Blambang Sewu seraya melancarkan satu serangan kecil dan memburu kedepan. Roro Putri terlihat masih berdiri tenang ditempatnya hingga semakin membuat Pangeran
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-03
Baca selengkapnya

48. Bagian 10

“Kau takkan lolos dari Selendang Naga menghancurkan batu karangku ini” ucap Roro Putri seraya terus melancarkan serangan Selendang Naganya kearah Pangeran Blambang Sewu.Selendang merah atau yang disebut Selendang Naga milik Roro Putri terus memburu sosok Pangeran Blambang Sewu. Ledakan-ledakan terus terjadi disana sini.“Sett...settt...”. tiba-tiba saja Pangeran Blambang Sewu melepaskan beberapa senjata rahasia kearah Roro Putri. Roro Putri yang menyadari hal itu segera melindungi dirinya dengan putaran selendang membentuk angin puyuh disekeliling tubuhnya.“Trangg...trang...trangg..”. terdengar benturan beberapa kali terjadi dari senjata rahasia yang dilepaskan oleh Pangeran Blambang Sewu saat berbenturan dengan Selendang Naga.Begitu reda, terlihat beberapa pisau kecil sudah berceceran dilantai, rupanya senjata rahasia ini yang tadi digunakan oleh Pangeran Blambang Sewu te
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-03
Baca selengkapnya

48. Bagian 11

MALAM kembali dalam menyelimuti alam, hawa dingin mulai terasa, terutama ditempat-tempat tinggi dari permukaan laut, salah satu tempat itu adalah Gunung Bromo. Seperti malam sebelumnya, malam itupun Roro Putri Srikandi meminta Bintang untuk menemuinya.“Pangeran Yudha Persada tadi telah mengundurkan diri dari sayembara”“Ya, hamba juga melihatnya tadi”“Seorang pangeran, tapi berjiwa priyayi” ucap Roro“Mengalah bukan berarti kalah” balas Bintang.“Setelah melihat pertarungan tadi, apakah raden masih berniat melanjutkan niat untuk mengikuti sayembara?” ucap Roro seraya menatap kearah Bintang yang saat itu hanya menatap kosong kedepan.“Hamba sudah berjanji kepada begawan, apapun yang terjadi hamba akan berusaha memenangkan sayembara ini”“Apa raden yakin bisa mengalahkanku?”. pancing Roro lagiBintang tersenyum. “Kalah menang belum bisa di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-04
Baca selengkapnya

48. Bagian 12

Bintang dan Roro Putri Srikandi sudah saling berhadapan di gelanggang pertarungan yang telah dipersiapkan. Kalau biasanya para peserta sayembara harus menghadapi tantangan menghadapi Guriwa atau Jagat Lanang sebelum menghadapi Roro, tapi kali ini secara khusus Roro Putri ingin langsung berhadapan dengan lawannya yaitu Bintang. Sepertinya halnya eyang putri, Roro Putripun terlihat sangat bersemangat hari ini.“Bersiaplah raden, tapak bromoku tak kenal ampun”. Ucap Roro Putri seraya memasang kuda-kuda tapak bromonya.“Mari...”. Bintang hanya menyambutnya dengan lembut.“Hiyatttt!”. Roro melancarkan serangan mautnya kearah Bintang. Tapi Bintang masih berdiri tenang ditempatnya, sesaat sebelum serangan itu datang, Bintang membuka langkahnya, bukannya menangkis atau menghindar, Bintang justru mengikuti kemana serangan Roro mengincar dirinya. Gerakan Bintang begitu lembut dan mantap, mengikuti setiap alur serangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-04
Baca selengkapnya

48. Bagian 13

Masuknya Selendang Naga kedalam pertarungan, cukup membuat Bintang mulai kerepotan menghadapi serangan ketiga lawannya, apalagi terkadang Roro menggunakan Jejak Buananya untuk menyerang Bintang dari berbagai tempat. Serangan Selendang Naga memang cukup merepotkan pergerakan Bintang dengan jurus kelana pemabuknya, ditambah lagi serangan gencar Guriwa dan Jagat Lanang, benar-benar membuat Bintang kerepotan.Pada suatu kesempatan, Bintang melompat tinggi menghindari serangan Jagat Lanang, tapi saat itu pula serangan Selendang Naga menyambarnya.“Naga melilit!”. ucap Roro, seketika tubuh Bintang langsung terlilit oleh Selendang Naga. Saat itu pula serangan CAKAR PANCANAKA milik Guriwa datang, Roro Putri sangat terkejut melihat hal itu.“Kakang Guriwa, jangan!”. teriak Roro seraya cepat melonggarkan lilitan Selendang Naganya ditubuh Bintang, tapi terlambat seranga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-04
Baca selengkapnya

48. Bagian 14

Eyang putri terlihat bangkit berdiri.“Bintang, gunakan pedangku ini...wuuuttt!” eyang putri melemparkan sebilah pedang bergagang emas kearah Bintang, kecepatan lemparan eyang putri, bukan sembarang orang bisa menangkapnya. “Tapp...”. dengan satu tangan Bintang berhasil menangkap pedang tersebut. Bintang menatap kagum pedang indah ditangannya. Bintang tampak menggerakkan pedang ditangannya, ternyata bilah pedang ditangannya sangat lentur.“Pedang lentur...”. ucap Bintang tersenyum. Karna senjata pedang seperti ini memang sangat cocok untuk Bintang yang menguasai jurus pedang lentur.“Terima kasih eyang putri”. Ucap Bintang menjura pada eyang putri yang hanya melempar senyum.“Berikan kami tontonan yang menarik Bintang”. Ucap eyang putri.“Mari kita lanjutkan kisanak...”. ucap Brata telah siap dengan kedua pedangnya.“Cring....mari...!” Binta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-04
Baca selengkapnya

48. Bagian 15

Rembulan tampak bersinar redup malam itu. Seperti malam sebelumnya, malam itupun Roro Putri Srikandi meminta Bintang untuk menemuinya. “Selamat ya kakang”. Ucap Roro Putri tersenyum kepada Bintang. Wajah Bintang berubah saat mendengar Roro Putri menyebutnya dengan sebutan kakang, tapi Bintang tak marah. Roro Putri tampak senang melihat Bintang tak marah dipanggil kakang olehnya.“Terima kasih tadi gusti Roro telah mengalah pada hamba”. Ucap Bintang hingga mengejutkan Roro, Roro teringat saat tadi dia melepaskan Bintang dari lilitan selendangnya.“Apakah kakang sudah siap besok untuk ujian memanah denganku?”. ucap Roro lagi. Bintang terlihat menarik nafas panajng.“Hamba belum pernah belajar memanah, apalagi memanah”. Ucap Bintang singkat.“Kakang mau, Roro ajarkan”.“Jika gusti Roro tidak keberatan”“Tentu saja tidak, kakang”. Ucap Roro seraya berjalan mengam
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
102103104105106
...
183
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status