Semua Bab CINTA DARI MASA LALU: Bab 31 - Bab 40

99 Bab

31. MAIN AMAN

Malam ini suasana makan malam di meja makan terasa hening. Tak ada satupun yang bicara. Omah, Opah, Hardin dan Katrina, mereka sibuk dengan makanan mereka sendiri, terlebih mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hardin sudah mengatakan perihal keadaan Katrina kepada Omah dan Opah bahwa Katrina memiliki kelainan pada bentuk rahimnya yang membuatnya kesulitan untuk hamil dan seandainyapun dia kembali hamil hal itu justru akan berakibat buruk bagi kesehatan Katrina sendiri. Dan hal itu jelas membuat Omah dan Opah sangat terpukul. Omahpun menyarankan agar Hardin tidak memberitahukan masalah ini pada Katrina terlebih dahulu. Omah hanya mengkhawatirkan kondisi psikologis menantu kesayangannya itu. Biarkan Katrina merasa lebih tenang setelah cobaan demi cobaan terjadi menimpanya akhir-akhir ini. Omah hanya tidak ingin Katrina terus-menerus dirundung kesedihan. Hardinpun menurut apa ya
Baca selengkapnya

32. MENEMUI REYHAN

Hardin sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Reyhan tapi nomor laki-laki itu tidak aktif-aktif. Membuatnya sedikit mengkhawatirkan kondisi Reyhan. Apalagi setelah Katrina menceritakan perihal kehidupan Reyhan dan adiknya saat ini. Reyhan yang sampai menggadaikan mobilnya demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dan juga membiayai pengobatan keponakannya. Hardin sungguh merasa bersalah. Hingga akhirnya mau tak mau Hardinpun memutuskan untuk mendatangi sendiri Reyhan ke kontrakannya di daerah Cicadas. Sebenarnya berat, tapi mau bagaimana lagi, dia harus bertanggunga jawab atas kesalahannya sendiri. Terlebih perusahaan memang masih sangat membutuhkan keberadaan Reyhan. Siang itu usai menghadiri rapat penting dengan kliennya di Bandung, Hardin langsung melajukan mobilnya menuju kontrakan Reyhan. Hardin sampai di kontrakan
Baca selengkapnya

33. PERTEMUAN KEMBALI

Tak memerlukan waktu lama, Hardin dan Jodie sudah sampai di tempat yang di katakan oleh Jodie.   Sebuah gang kecil dengan nama Gang Belimbing.   "Lo mau turun duluan apa nggak? Gue mau cari tempat parkir dulu, mobil nggak bisa masuk ke sana." Hardin memulai percakapan. Diliriknya Jodie melalui kaca spion di atas kepalanya.   "Eh tunggu-tunggu, kayaknya kita salah deh, bukan disini," Jodie tampak mengecek kembali layar handphonenya.   Hardin berdecak kesal. Dia menjatuhkan tubuhnya ke sandaran jok mobil.   "Udah kelewat deh kayaknya. Di samping Mushola, nggak jauh dari gang belimbing. Tuh musholanya dibelakang
Baca selengkapnya

34. RAHASIA MASA LALU

Luwi berjalan memasuki rumahnya di mana dia kini mendapati Gibran dan Hardin tengah duduk di karpet lantai di depan Tv. Gibran sedang memperlihatkan hasil karya menggambarnya yang selalu mendapat pujian oleh sang Guru di sekolah kepada Hardin. Laki-laki itu terlihat antusias memperhatikan gambar-gambar hasil karya Gibran. Mulut mungil Gibran terus berkicau. Pandangan Hardin kembali tersita pada Luwi, saat wanita itu berjalan melewatinya menuju dapur. Luwi yang sekarang jelas jauh berbeda dengan Luwi yang dia kenal dahulu. Wanita itu terlihat lebih dewasa dan tubuhnya pun terlihat sedikit lebih berisi, tidak kurus seperti dulu. Dan yang jelas, dia terlihat jauh lebih cantik. Luwi kembali dari
Baca selengkapnya

35. DIA, AYAH GIBRAN!

"Biarlah cerita masa lalu kita jadi rahasia kita berdua saja, Luwi." ucap Hardin pada wanita yang kini berada bersamanya di dalam mobil. Saat itu hening langsung menyergap keduanya. Baik Hardin mau pun Luwi tak ada yang bicara. Luwi yang kini hanya terdiam sambil menatap arah jendela yang basah tersiram hujan. Tangannya terkepal meremas ujung pakaiannya. Dadanya kian sesak. Air matanya sudah menggenang memenuhi kelopak matanya. Jangan biarkan air mata ini kembali menetes, ya Allah... Apa salahku? Apa aku ini terlihat sangat hina? Sampai dia begitu tega mengatakan hal itu? Sampai dia berpikir aku akan merusak ruma
Baca selengkapnya

36. REYHAN VS JODIE

Jodie mundar-mandir sejak tadi di depan teras kontrakan Luwi. Dimana Luwi kini duduk di hadapannya di kursi kayu di depan teras. "Kenapa lo nggak bilang daritadi sih? Waktu laki-laki sialan itu masih ada disini! Argghh! Gue pengen remukin wajahnya sampe nggak berbentuk! Kalau perlu gue kebiri sekalian alat kelaminnya biar dia nggak seenak jidatnya memperlakukan seorang wanita kayak sampah! Brengsek!" Maki Jodie di depan teras itu. Dia berdiri sambil berkacak pinggang dihadapan Luwi. Dia benar-benar kesal pada laki-laki bernama Hardin itu. "Pokoknya gue mau lo kasih tau gue dimana tempat tinggal tuh cowok, biar gue samperin dia sekarang juga, dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya selama ini sama lo dan Gibran! Jangan dibiarin gitu aja! Enak banget hidupnya, aman, nyaman, damai dan sentosa tanpa beban sama istrinya,
Baca selengkapnya

37. PERCAKAPAN DI TERAS

"Maaf sekali lagi. Mungkin tadi gue cuma sedikit syok ngeliat lo tiba-tiba ada di kamar mandi," ucap Reyhan pada Jodie. Kini mereka sedang duduk di teras kontrakan Reyhan. Mereka baru saja selesai memakan makanan yang Reyhan beli tadi. Berhubung Gibran sudah tidur jadi jatah Gibran dimakan oleh Jodie. Dan dia sangat menyukai rasanya. Ini kali pertama Jodie mencicipi makanan khas Indonesia yang bernama bakso. "Nggak apa-apa. Semua yang lo bilang itu bener kok. Nggak salah. Gue yang salah. Jadi cewek terlalu gampangan," Jodie tersenyum pahit. Jujur, ini pertama kalinya Jodie mengenal sosok laki-laki yang sangat-sangat menghormati wanita. Seolah dia itu adalah dewa yang tidak memiliki nafsu duniawi. Tidak seperti mantan-mantan Jodie kebanyakan. Mereka yang ser
Baca selengkapnya

38. TELEPON DARI KISYA

Hari ini adalah hari pertama Reyhan bekerja di kantor percetakan di daerah Kiaracondong, Bandung.  Maklum karena kantor ini masih berupa ruko bukan gedung, jadi karyawannya pun hanya sedikit. Dan hal itu membuat Reyhan mudah dikenali sebagai seorang karyawan baru. Sebuah hal yang langsung menjadi buah bibir di seantero ruko. Kehadiran Reyhan di kantor itu seolah menjadi pusat perhatian terutama bagi kaum hawa. Terlebih lagi disaat Reyhan datang membawa sebuah Grand Livina putihnya yang baru saja dia tebus pagi ini sebelum berangkat bekerja. Tak lupa Reyhan juga menebus Handphonenya sekalian. Semalam Luwi sudah menceritakan perihal kedatangan Hardin ke kontrakan mereka. Dan juga memberikan uang yang dibilang sebagai gajinya bulan lalu.
Baca selengkapnya

39. PERTEMUAN DI KAFE

Hardin sudah menunggu kedatangan Reyhan sejak tiga puluh menit yang lalu. Dia sudah menghabiskan satu gelas Moccacino yang dia pesan. Kini dia mulai memesan minuman kedua. Sudah berkali-kali dia melirik arah jam di tangan kirinya. Sepertinya Hardin mulai bosan. Kalau saja bukan karena perintah Opah rasanya malas sekali bertemu dengan laki-laki itu. Meski dia sendiri menyadari semua ini terjadi bukan atas kesalahan Reyhan. Hanya saja egonya sebagai laki-lakilah yang lebih mendominasi. Bagaimana pun Reyhan dan Katrina itu dulu pernah saling mencintai dan kini setiap kali memikirkan hal itu kepalanya kian terasa mendidih. Seandainya saja bisa, Hardin lebih memilih tinggal di Jakarta bersama Katrina, setidaknya Katrina dan Reyhan bisa tinggal di lokasi yang berbeda. Tapi, Hardin sadar bahwa dirinya lebih mengkhawatirkan keadaa
Baca selengkapnya

40. DINNER

Cafe Burangrang adalah salah satu cafe yang ada di dusun bambu, Lembang, Bandung. Sebuah cafe dengan desain interior unik yang menyajikan suasana indahnya gunung burangrang dari kejauhan. Cafe ini menyajikan masakan khas sunda yang beragam. Dan juga wahana permainan anak yang sangat menarik. Gibran terlihat sangat antusias menyantap makanannya. Sepertinya sudah lama sekali dia tidak pernah makan enak. "Om nanti kalau makanan Gibran sudah habis, Gibran boleh ya main kesana," ucap Gibran seraya menunjuk ke sebuah wahana mainan anak-anak berupa perosotan, trampolin dan rumah-rumahan besar, bahkan ada juga labyrinthnya. Reyhan mengiyakan seraya mengacungkan ke dua ibu jarinya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status