Semua Bab Sebentuk Hati untuk Jingga: Bab 71 - Bab 80

86 Bab

Chapter 71 - Hamil?

Pucat pasi menghiasi wajah ayu Jingga. Sejak pagi tadi, badannya memang terasa aneh. Dia ingin tidak berangkat ke warung. Namun, tanggung jawab yang besar mengalahkan keegoisannya. Wanita itu tetap saja berangkat meskipun kondisinya tidak memungkinkan. Sejak berada di warung, seperti ada yang ingin meronta keluar dari mulurnya, tetapi ketika dia berusaha memuntahkannya, tidak satu pun yang keluar. Lidahnya pahit, kepalanya pening, dan tubuhnya terasa begitu lelah. Akan tetapi, bukan Jingga namanya jika menyerah pada keadaan. Dia tetap saja membersihkan dan mengurus warung dengan baik. Sekuat tenaga Jingga berusaha menjaga mood-nya. Sayang, kedatangan Miko yang menyebabkan kekacauan seketika membuat tubuh Jingga makin lelah dan kepalanya makin pening.Kini, Jingga berada di kamarnya bersama Angkasa yang sedang memijit-mijit kakinya. Selama berpacaran dengan Jingga, Angkasa tidak pernah melihat istrinya selemah ini. Tiap sakit pun, Jingga tak pernah sampai
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-09
Baca selengkapnya

Chapter 72 - Hamil Muda

Jingga berbaring di kasur yang sedikit keras dan berwarna putih itu. Di depannya terdapat sebuah layar monitor yang kini memperlihatkan sebuah benda berwarna putih sebesar kacang polong. Benda itu terlihat seperti bulan sabit kecil dengan detak jantung perlahan. Di beberapa bagian dari layar monitor itu terdapat angka-angka yang menunjukkan tentang usia kandungan dan hari perkiraan lahir si jabang bayi.Wajah Angkasa semringah ketika mengetahui bahwa istrinya sedang hamil dan usia kandungan sudah menginjak enam minggu. Tak jauh berbeda dengan Jingga. Ada sukacita yang seketika menghampiri dirinya ketika mendapati sosok sebesar kacang polong berada di rahimnya.Karena ini pertama kalinya bagi mereka, maka sepasang suami istri itu melakukan konsultasi dengan dokter kandungan. Ada banyak pertanyaan yang mereka ungkapkan kepada dokter itu dan sang dokter menjawabnya dengan tepat, jelas, dan rinci. Pada akhir konsultasi, Angkasa ingin menanyakan tentang hubung
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-09
Baca selengkapnya

Chapter 73 - Wisuda Nila

Sebuah benda kotak dengan layar monitor yang bergerak-gerak menerbitkan senyum di wajah sepasang suami istri. Apalagi ketika dokter yang berada di hadapan mereka memberitahukan bahwa semuanya berjalan dengan baik; detak jantung normal, perkembangan janin bagus, dan sebagainya. Akan tetapi, wajah perempuan itu berubah sedikit kecewa ketika dokter belum juga mengetahui jenis kelamin calon bayi itu. Beruntung, Dokter laki-laki berwajah tampan, putih, dan bersih itu tetap bersabar dan memberitahukan kepada sepasang suami istri itu bahwa jenis kelamin akan bisa diketahui saat usia kendungan memasuki empat bulan ke atas. Bahkan, di beberapa kasus, hingga akan melahirkan pun, terkadang jenis kelamin bayi tidak diketahui.Angkasa mengangguk-angguk tanda mengerti. Namun, tidak demikian dengan Jingga. Gurat kekecewaan masih tampak pada wajah manisnya. Siapa pun tahu bahwa dia sangat ingin mengetahui jenis kelamin calon bayinya. Sepenting itu, meski orang lain mungkin mengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Chapter 74 - Dilamar Aldo

Kedua pasang mata itu saling berhadapan dan memancarkan sesuatu yang begitu intim serta bahagia. Ada rasa terima kasih yang begitu dalam pada diri Nila ketika melihat Ayah dan ibunya. Keberhasilannya sebagai seorang mahasiswi dengan nilai tertinggi membuatnya memeluk kedua orang tuanya dengat lekat. Mereka saling bertangisan, demikian pula Jingga.Jingga sangat bangga pada adik perempuan satu-satunya itu. Dia tidak menduga bahwa Nila telah bekerja sangat keras untuk mencapai nilai yang tinggi itu. Padahal selama ini Jingga terlalu meremehkan adiknya. Sejujurnya, ia malah sering berpikir nilai Nila pasti hanya rata-rata saja sebab menurut pengamatannya, Nila ini terlalu sering main gak jelas, nongkrong di luaran sambil pacaran dengan Aldo. Pokoknya selalu tampak tak begitu fokus pada kuliahnya. Namun, terbukti perkiraannya tersebut salah besar. Rupanya di balik sikap acuhnya, dia tetap sangat berusaha untuk jadi yang terbaik, bertanggung jawab dengan tugas pribadinya.Ingat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Chapter 75 - Sosok Bima

Siang itu terasa begitu terik. Truk-truk pengangkut barang, serta kendaraan-kendaraan besar lainnya memenuhi jalanan yang cukup macet. Sesekali, orang yang berada di balik kemudi itu membunyikan klaksonnya untuk mengurai kemacetan atau sekadar memperingatkan pengendara-pengendara lain agar tidak ngawur selama berada di jalan.Rasa bosan tiba-tiba menyerang orang itu. Ia menyalakan radio, lalu memilih channel yang ingin dia dengarkan. Sebuah suara yang begitu merdu kemudian terdengar dari channel itu. Orang yang sejak tadi sibuk memperhatikan jalan itu sedikit mengernyit, lalu melihat channel radio yang baru saja dia nyalakan.Laki-laki itu kemudian tertawa sedikit ketika menyadari bahwa suara yang ada di balik radio itu adalah suara yang selama ini dikenalnya, yaitu Sundari, salah satu temannya sewaktu kuliah.Angkasa—orang yang berada di belakang kemudi itu—tersenyum ketika mengingat masa-masa berkawannya dengan Sundari, seorang gadis Jawa yang penurut dan kal
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Chapter 76 - Love at the First Sight

Dua orang itu saling memandang. Mata mereka saling beradu. Wajah mereka menampakkan sebuah kekaguman yang mendalam satu dengan yang lainnya. Ada getaran-getaran aneh pada perasaan kedua orang berbeda jenis kelamin itu sejak pandangan pertama. Bima dengan tubuhnya yang tinggi besar, berkacamata, berpenampilan rapi, dan kulit sawo matang, begitu menarik perhatian Nindy. Sejak dulu, dirinya memang suka dengan laki-laki yang seperti Bima; tinggi besar, rapi, serta kulit yang cokelat.Demikian pula dengan Bima, sejak matanya bertemu dengan mata Nindy, sudah ada perasaan aneh yang menyusup dalam hatinya. Nindy sangat mirip dengan mantannya ketika masa sekolah. Namun, bagi Bima, Nindy lebih cantik dan imut. “Nggak disuruh masuk?” Pertanyaan Angkasa menyadarkan Nindy dari lamunan. Ia sedikit gugup ketika lupa mempersilakan kakak sepupunya masuk. “Masuk,” kata Nindy mempersilakan mereka bertiga masuk.“Nin, nih, kenalin, temennya Mas Angkasa pas sekolah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Chapter 77 - Keseriusan Bima

Hari telah menjelang sore, tetapi hujan yang turun sejak pagi belum juga reda. Sementara dua orang laki-laki yang sejak tadi duduk berhadapan masih terdiam dengan memikirkan banyak kemungkinan.“Koen wes yakin, tah, ambek Nindy?”[1] tanya Angkasa ketika teman masa sekolahnya itu berencana akan menjadikan Nindy sebagai kekasihnya, bahkan sebagai calon istrinya.“Yakin. Tapi aku saiki wes gak golek pacar meneh. Goleke bojo. Nindy kiro-kiro gelem gak, yo, karo aku?”[2] tanya Bima yang kemudian diliputi keraguan.“Semoga ae gelem. Nindy iku areke angel. Tapi sekali cocok, langsung gas terus, gak atek mandeg.”[3] “Ah, begitu rupanya. Yo wes, tak cobak e. Doakan, yo.”[4]“Semoga berhasil, Bro,” ucap Angkasa sambil menepuk-nepuk pelan punggung sahabatnya itu.Dua hari sejak pertemuannya dengan Angkasa, Bima berinisiatif untuk cuti dari pekerjaannya dan secara tiba-tiba menjemput Nindy di rumahnya. Mobil berwarna putih itu tiba-tiba ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Chapter 78 - Bed Rest

"Kita pulang sekarang, ya, Sayang," bujuk Angkasa ketika melihat Jingga yang kelelahan.Wajah Jingga terlihat pucat pasi, dan keringat dingin juga mengalir di pelipisnya. Angkasa begitu mengkhawatirkan keadaan sang istri. Maklum saja, dokter sudah memperingatkan kepada Jingga agar tidak terlalu lelah dalam usia kandungannya sekarang. Namun, apa boleh buat, Jingga memang keras kepala.Saat dia mendengar tentang rencana pertunangan sang Adik, dia bersikeras ingin membantu Nila untuk mempersiapkan semuanya. Meskipun baik Nila maupun keluarganya yang lain telah memberikan peringatan kepada Jingga, tetapi bukan Jingga namanya jika tidak keras kepala."Nanti dulu, Sayang. Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan," tolak Jingga lembut."Sayang, kondisi kamu tidak memungkinkan. Coba lihat wajahmu sudah pucat bagaikan mayat," balas Angkasa sedikit kesal.Terkadang Angkasa benar-benar merasa Jingga terlalu keras kepala. Dia bahkan mengingat m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Chapter 79 - Ngidam Ajaib

Setelah sampai di rumah, Jingga langsung disuruh beristirahat oleh suaminya. Jingga tentu saja tidak bisa menolak. Terlebih Angkasa juga selalu mengingatkan akan kejadian yang barusan dia alami. Dan Jingga tidak mau hal tersebut sampai terulang kembali. Jingga sedang berusaha memejamkan mata ketika Angkasa berpamitan dengannya. Suaminya tersebut akan segera mencarikan ayam bakar madu yang Jingga inginkan. Jingga merasa sangat beruntung, ternyata dalam diamnya Angkasa, dia terus saja memperhatikan kondisi dan kemauan Jingga."Hati-hati, ya, Sayang. Aku juga pesan teh hangatnya dari sana, ya. Kalau bisa jangan terlalu manis tehnya," kata Jingga sambil tersenyum."Beres, Sayang. Aku pergi sekarang. Kamu jangan terlalu banyak bergerak, ya. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu lagi," sahut Angkasa.Jingga hanya mengangguk tanda dia sudah memahami apa yang disampaikan oleh suaminya. Angkasa segera mengecup kening Jingga dan beranjak pergi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Chapter 80 - Keinginan Bumil Aneh

Hanya setetes air mata yang terjatuh dari sudut mata Jingga, tetapi dapat meluluh lantakkan semua perasaan yang ada pada diri Angkasa. Sebabnya tentu saja, dia tak sanggup jika melihat Jingga menangis. Angkasa kemudian segera menghampiri Jingga, mengusap air mata yang menetes di pipinya, kemudian mengecup kening sang istri mesra."Kita berangkat sekarang," kata Angkasa tanpa pikir panjang.Biarlah dia yang mengalah lagi demi kebahagiaan sang istri. Memeriksa keadaan mobil, bisa sambil berjalan nanti. Untuk urusan kedai dan izin kepada keluarga, bukankah bisa didapat dalam perjalanan dan diurus melalui sambungan telepon?Angkasa lagi-lagi harus kuat, tabah, dan juga mengalah. Dia tak mampu jika melihat air mata Jingga menetes karena dirinya. Dalam hal yang terjadi barusan, Angkasa mengira dialah yang telah membuat Jingga menangis. Padahal yang sesungguhnya, Jingga menangis karena pemikirannya sendiri. Namun, Jingga juga tak menolak ajakan suaminya. Wanita y
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status