Semua Bab Mendadak jadi Ibu: Bab 91 - Bab 100
191 Bab
Bab 91
Pagi yang masih sangat sunyi, dan ketiganya masih terjebak dalam satu kamar yang sama dengan Aldo memeluk hangat Lili dan membiarkan Syan terkapar tak berdaya dilantai. Lili perlahan membuka matanya, perutnya terasa begitu berat serasa tertimpa bebatuan."Astaga Aldo," pekik Lili menyadari tangan siapa yang kini sedang memeluknya."Sssttt jangan berisik, ini masih pagi sayang," lenguh Aldo yang semakin mengeratkan pelukannya."Cih, pasangan hina sudah bangun," maki Syan yang sudah kesakitan.Lili berbalik, dan betapa terkejutnya ia melihat kondisi Syan saat ini. Ada darah mengering disekitarnya juga wajah yang nampak sangat pucat. Lili menggoncang tubuh Aldo, berharap laki-laki itu bangun dan segera menolong temannya Syan."Yaudah, biar aku sendiri yang nolongin dia," kesal Lili yang berusaha bangkit dari ranjangnya. Namun baru saja menggerakkan kakinya, namun rasa sakit langsung menyerang seluruh tubuhnya.Aldo terbangun mendengar pekikakan
Baca selengkapnya
Bab 92
Carisa menahan diri untuk tak bertanya lebih lanjut, ia hanya mengikuti kemana dua suster itu akan membawanya melihat Max yang disebutnya. Dan kini ia berhenti didepan ruang rawat anak."Permisi, tapi sebaiknya anda melihat dari luar saja. ""Kenapa," tanya Carisa memicingkan matanya."Kami masuk karena bertugas, kami tidak ingin dipersalahkan untuk sesuatu yang bukan dalam kapasitas kami.""Ehm, pergilah," ketus Carisa.Benar saja, didalam ada Max yang masih setia menemani dan memeluk tubuh Irma. Saat kedua suster itu datang, Max juga Irma bangkit dan memberi ruang bagi kedua suster untuk memeriksa anaknya."Bagaimana keadaan anak saya sus," tanya Max pada kedua suster.Carisa mendengar sendiri dengan telinganya saat Max mengakui gadis kecil itu sebagai anaknya, yang itu berarti itu anak milik Max dengan wanita yang kini sedang dipeluk oleh suaminya.Brak!Semua orang terkejut dengan kedatangan Carisa yang penuh amarah
Baca selengkapnya
Bab 93
Tubuh Carisa terpental cukup jauh, mendarat dengan begitu keras hingga mengakibatkan banyak darah yang keluar dari tubuhnya. Syan begitu histeris, berteriak meronta hingga menjerit melihat kondisi Carisa saat ini."Nona tenang dulu, " seorang suster berusaha menahan Syan yang memberontak ingin berlari menghampiri mamanya.Max terpaku, ia juga sama halnya dengan Syan yang terkejut dengan apa yang saat ini terjadi. Matanya memanas melihat istrinya tergeletak bersimbah darah dijalan, kakinya seakan membeku hingga ia tak sanggup untuk kembali melangkah."Carisa," gumam lirih Max menyebut nama istrinya.Syan berhasil melepaskan diri dari susternya, ia dengan memaksakan dirinya berusaha berlari menghampiri mamanya. Sambil terseok-seok ia melangkah dengan sekuat tenaga, rasanya begitu sakit namun ia menahan semua itu demi sang mama."Mama, mama bangun ma. Mama ini Syan ma, bangun ma."Syan bersimpuh, memangku kepala Carisa yang dengan tubuh yang pe
Baca selengkapnya
Bab 94
Mata Sabrina terbelalak saat melihat wajah Carisa penuh dengan coretan, coretan-coretan yang spidol yang begitu memenuhi wajahnya. Sabrina segera memanggil suster penjaganya, sama terkejutnya dengan Sabrina para suster juga sudah memastikan jika jenazah sudah dibersihkan.Sabrina tak ingin mengurusi lebih lanjut lagi, ia meminta suster tersebut untuk membawakannya sabun semangkuk air juga handuk kecil."Mama, ini Sabrina. Sabrina bersihin dulu ya wajahnya," ucapnya yang begitu gemetar menahan tangisnya."Sayang," panggil Nio yang tiba setelah mendapat kabar dari pelayan rumahnya. Ia begitu mencemaskan istrinya yang begitu terpukul dengan kejadian ini."Hubby sedang apa, aku sedang membantu mama membersihkan wajahnya," seru Sabrina tanpa menatap suaminya.Nio merasa ada yang aneh dengan sang istri, ia berusaha lebih dekat dan melihat jenazah Carisa. Matanya begitu terbelalak ketika menyaksikan sendiri wajah Carisa penuh dengan coretan tinta merah.
Baca selengkapnya
Bab 95
Aldo gelap mata, ia tak bisa menerima perlakuan Sabrina yang terlalu kasar kepadanya. Dengan dikuasai emosi Aldo mengulurkan tangannya, mencekik dengan kuat leher Sabrina. Syan histeris, ia berteriak meminta Aldo melepaskan saudarinya namun sayangnya tak pernah didengar oleh Aldo."Lepaskan istriku!"Nio begitu murka melihat istrinya diperlakukan dengan begitu kasar, matanya memanas menahan amarah ketika melihat dengan matanya sediri tangan Aldo mencekik istrinya hingga wajah istrinya memerah."Menjauh dari istri saya," mendorong kasar tubuh Aldo hingga terpental kebelakang dengan begitu kerasnya."Siapa  loe ini, berani sekali mendorong gue," bentak Aldo yang tak mengenali siapa Nio didepannya."Saya adalah suami dari wanita yang sedang anda sakiti tadi! Berani sekali tangan anda menyentuh istri saya."Aldo bangkit, ia merapikan pakaiannya yang begitu berantakan akibat terjatuh barusan. Dengan tak sukanya ia menatap Sabrina yang kini s
Baca selengkapnya
Bab 96
Irma tak bisa terima dengan Max yang begitu terpuruk dengan kepergian Carisa istrinya, bagaimanapun juga ia jugalah istrinya dan masih ada Cica anak mereka yang harus Max perhatikan. Dan ini adalah satu minggu selepas kepergian Carisa, dan Max masih mengabaikan Irma juga anaknya yang masih berada di rumah sakit. "Halo mama tersayang aku," sapa Max yang masuk kedalam ruang sang adik.Irma hanya menatap sekilas putranya kemudian memalingkan mukanya, entah mengapa melihat Matius putranya hanya menambah rasa kesalnya saat ini."Mau apa lagi kamu kesini," ketus Irma pada putranya."Kenapa begitu kesal sih mah, ada anaknya datang harusnya disambut dong," santai Matius duduk bersila."Udahlah Matius, katakan apa maumu sekarang. Jangan bertele-tele lah.""Apasih mah, aku hanya datang mengunjungi mamaku saja. Apa ada yang salah ?"Irma tak menyahuti putranya, kini ia menyibukkan dirinya dengan menyuapi sang putri dengan buah apel yang su
Baca selengkapnya
Bab 97
Hari ini ada sebuah acara disekolah Sasa, acara diaman kedua orangtua murid diwajibkan untuk hadir mendampingi sang putra putrinya. Tangan Sabrina sudah sepenuhnya pulih dari lukanya, dan Nio bertambah begitu posesif kepada putri juga istrinya."Hubby, ayo buruan dong," teriak Sabrina yang begitu tak sabar saat menunggu sang suami turun dari kamarnya."Mama, hubby lama ini," adunya kepada Bulan dengan wajah cemberutnya.Sabrina begitu anggun dengan dress putih tulang yang digunakannya, dengan flat shoes pemberian Marshel yang menambah keanggunan Sabrian saat ini."Jangan cemberut aja, cantiknya ilang loh," hibur Bulan pada menantunya."Tapi hubby lama ma," rajuknya dengan begitu gemas."Aduh sayang, kamu kenapa menggemaskan gini sih," gemas Bulan pada Sabrina.Entah kenapa makin kesini Sabrina makin menggemaskan, terlebih saat ia menggunakan baju yang memperlihatkan perut buncitnya yang masih begitu mini."Hubby," teriak Sabrin
Baca selengkapnya
Bab 98
Selly begitu marah, ia tak terima sebab Matius tak pernah datang mengunjunginya dalam beberapa hari ini. Ia merasa kini Matius begitu berbeda, perubahan sikap yang begitu ketaran yang membuat Selly menyadari perubahan itu."Akhh! Sialan, siapa yang berani menggoda kekasihku," teriaknya menghancurkan setiap barang didalam kamarnya."Darling, ada apa ini? Kenapa kamar kamu begitu berantakan," seru Lastri melihat-lihat isi kamar putrinya."Apa Matius sudah datang mah," tanya Selly buru-buru menghampiri mamanya."Pelan-pelan, kaki kamu bisa kena pecahan kaca darling. Lagian kamu juga baru pulih, jangan sembarangan bergerak atau cedera kamu akan kambuh lagi."Selly membalikkan dirinya, ia mendudukan dirinya dengan begitu kesal diatas ranjang miliknya. Wanita itu hanya menginginkan kekasihnya, Selly hanya membutuhkan Matius untuk menemaninya.Namun dalam beberpa hari ini ponsel Matius berada diluar jangkauan ketika Selly berusaha menghubunginya. E
Baca selengkapnya
Bab 99
Antonio begitu bahagia melihat tawa anak juga istrinya, ia juga ikut bahagia menunggu kedatangan calon buah hatinya."Pelan-pelan nak, awas kena perut mama loh ya,"seru Nio ketika melihat ibu dan anak tersebut sedang bersenda gurau.Mendengar ucapan sang papa membuat Sasa teringat dengan calon adiknya, ia bangkit dan duduk dengan tegap didepan sang mama. Sabrina menggerutkan dahinya melihat Sasa yang tiba-tiba terdiam dan duduk dengan begitu seriusnya didepannya"Kenapa sayang," tanya Sabrina."Mah, adiknya tau nggak ya kalau aku itu kakaknya," tanya Sasa dengan wajah seriusnya.Sabrina tertawa mendengar pertanyaan tak masuk akal dari anaknya tersebut, ia tertawa hingga mengeluarkan air matanya. Sungguh lucu Sasa yang menyakan akan hal itu."Aww," pekik Sabirna tiba-tiba.Nio melihat istrinya kesakitan memegangi perutnya, ia berlari dan segera mendekati keduanya. Mengelus perut Sabrina ia mencoba membuat istrinya itu menjadi rileks.
Baca selengkapnya
Bab 100
Irma benar-benar tak tahan dengan perlakuan Max terhadapnya, namun ia juga tak bisa memaksanya dengan semua keinginannya. Entah kini apa yang harus dilakukannya kali ini untuk membujuk Max agar kembali seperti dulu lagi.Irma kembali kerumah sakit dengan wajah lesunya, mood nya benar-benar hancur saat ini. Namun tiba-tiba saja ia menyeringai dengan penuh kelicikan diwajahnya. Nio sedang menemani Sasa untuk membeli minuman untuk sang mama, sedang Sabrina menunggu dilobby rumah sakit seorang diri sambil menunggu semua bawaan suami juga anaknya."Haus banget lagi," mengelus tenggorokannya. Prok,, pork,, prok,,Suara tepuk tangan mengalihkan pandangan Sabrina, didepannya kini berdiri Irma yang tersenyum penuh kesenangan diwajahnya."Hahhh," menghela nafasnya dengan begitu malas."Apa-apaan itu tadi," sungut Irma."Nafas.""Ngapain nafas gitu.""Nafas juga nafas saya ini, kenapa anda yang ribet deh."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status