“Candy apa?” Syok Putra bertanya, meragukan telinga yang entah masih berfungsi dengan baik atau tidak. “Candy … tidak mungkin melakukan hal seperti itu.” Meski kalimat terlontar dengan ragu, tapi Putra berani menjamin kata-katanya ini. Candy memang marah akhir-akhir ini dan dia berubah menjadi lebih kasar, tapi menampar Bianca? Bukan niat hati meragukan ungkapan Bianca, tapi Putra tidak dapat mempercayai hal itu. Candy bahkan tidak kenal Bianca, mengapa dia bisa sampai menamparnya? “Kau tidak percaya padaku?” lirih Bianca, mata memanas saat tangan menyentuh pipi. “Menurutmu aku berbohong padamu?” tanyanya menyudutkan. “Tidak, bukan begitu maksudku,” sangkal Putra yang kemudian menerangkan, “Candy hanya tidak mungkin melakukan hal seperti itu dan aku yakin itu.” Semakin Putra membela Candy, semakin lirih raut wajah yang Bianca pampang. Dia berujar, “Tapi dia sudah melakukannya. Kau pingsan semalam, kau tidak lihat betapa jahat dia mengusirku.” Bianca m
Read more