Semua Bab Broken Vessel: Bab 81 - Bab 90
152 Bab
Chapter 81
Pemuda itu melemparkan tinjuannya ke arahku. Kuhindari serangannya dengan bergerak mendekatinya lalu menyerang balik, tetapi seranganku menembus tubuhnya. 'Bagaimana caraku menyerangnya kalau dia seperti hantu begini?!'Dia kembali menyerangku dengan tinjuannya. Aku melompat mundur untuk menghindari serangannya. Tinjuannya itu gagal mengenaiku dan malah mengenai lantai. Muncullah kawah berdiameter 1 meter pada permukaan lantai itu.Setelah mengamati teknik bertarungnya selama ini, aku sampai pada sebuah kesimpulan. Dia tipe penyerang jarak dekat dan sulit untuk diserang. Daya hancurnya juga mengerikan sekali melihat bagaimana dia bisa melenyapkan dimensi kegelapanku dan membolongi lantai apartemennya."Sombong sekali kamu sampai bisa melamun saat bertarung denganku!" serunya yang kini berada tepat di hadapanku. Dia menarik tangan kanannya ke belakang untuk memperkuat serangannya.Aku menciptakan perisai bayangan untuk memblokir serangannya lalu melompat k
Baca selengkapnya
Chapter 82
"Apa yang akan kulakukan? Jawabannya sudah jelas, aku akan menghentikanmu," balasku dengan nada serius.Dia tertawa terbahak-bahak mendengar balasanku. "Menghentikanku? Itu pun kalau kamu bisa!" serunya meremehkanku.Kurasakan energi 'Arte' yang meluap dari tubuhnya semakin besar dan kuat. Aku harus segera menghentikannya karena firasatku mengatakan bahwa serangannya kali ini akan sangat berbahaya.Kakiku beranjak dari tempatnya berdiri, menerjang ke arahnya. Dia masih berdiri tegap di tempatnya dan sedang berkonsentrasi mengumpulkan semua kekuatannya untuk mengeluarkan serangan pemungkasnya.Aku menciptakan sebilah pedang pada genggaman tangan kananku. Aku melompat ke arahnya dan mengangkat senjata yang ada di genggaman tanganku ke atas kepalaku, bersiap untuk menyerangnya.Kuayunkan pedangku ke bawah, ke kepalanya. 'Aku tidak tahu apakah strategi ini akan berhasil, tapi kuharap ini bisa berhasil untuk meminimalisir bencana yang akan datang.'
Baca selengkapnya
Chapter 83
Sudah sekitar 20 menit aku terbang menuju Laboratorium Pengendalian Arte, tempat dimana Prof. Horan bekerja, akhirnya aku sampai ke tempat tujuanku setelah melalui banyak rintangan yang mengadangi jalanku.Tak kusangka aku berpapasan dengan mobil Custodia saat sedang dalam perjalanan ke laboratorium. Mereka pun langsung mengejarku dan memanggil bala bantuan, untungnya mereka kehilangan jejakku saat aku memasuki hutan yang ada di kawasan laboratorium.Aku berjalan ke arah gerbang yang berada beberapa meter di depanku dengan tertatih-tatih. Napasku juga tersengal-sengal karena kelelahan. Aku telah menggunakan terlalu banyak energi dan tenaga untuk sampai ke sini. Tubuhku sudah mencapai batasnya.Kulihat sesosok orang yang mengenakan mantel lab putih berlari ke arahku dari balik gerbang itu. Orang yang berlari menghampiriku itu meneriakkan namaku dengan nada kaget dan khawatir. Suara bariton yang memanggil namaku itu terdengar familier di telingaku."Prof. H
Baca selengkapnya
Chapter 84
Orang yang baru saja menasuki ruangan ini memiliki rambut merah jambu yang disisir belah tengah. Dia menolehkan kepalanya ke arahku lalu tersenyum lega.Orang itu adalah Prof. Hora, orang yang sudah menyelamatkanku. Jika tidak ada dia, mungkin aku akan hidup tanpa tangan kanan atau bahkan kehilangan nyawaku karena tidak mendapatkan pertolongan pertama.Prof. Hora melangkahkan kakinya untuk menghampiriku yang terduduk di atas ranjang pasien. Ekspresi kekhawatiran yang dia tampilkan sebelum aku kehilangan kesadaranku telah menghilang."Syukurlah kamu sudah sadar. Tadi kamu tidak sadarkan diri selama kurang lebih 2 jam," ujarnya dengan lega setelah melihatku yang telah siuman."Terima kasih, Prof. Hora," ucapku berterima kasih kepadanya. Dia menganggukkan kepalanya dan memberikan senyuman hangat kepadaku."Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyanya menanyakan kondisiku.Aku mengangkat tangan kananku dan mengarahkannya ke arah Prof. Hora. "Sempurna
Baca selengkapnya
Chapter 85
"Kenapa kamu mendadak menyerangnya? Padahal selama ini kamu diam-diam saja," tanya Prof. Hora menginterogasiku.Aku mengepalkan tanganku dengan erat hingga urat-urat timbul pada permukaan kulit tanganku. Kukerutkan keningku dan menggigit bibir bawahku berusaha menahan luapan amarah yang akan meledak.Kuangkat kepalaku dan melihat ke arah Prof. Hora yang menatapku dengan tatapan serius. Tatapannya itu membuatku merasa dipojokkan dan berada di posisi orang telah melakukan kesalahan."Ini tidak adil, padahal Nona Tabella yang lebih dulu berlaku tidak adil padaku. Kenapa malah aku yang disalahkan?" protesku dengan nada kesal."Selama ini aku sudah bersabar terhadap semua perlakuan Nona Tabella yang selalu memusuhiku dan merendahkanku."Bahkan sekarang dia ingin membuatku menjadi anjingnya dengan memanfaatkan Layla untuk mengendalikan pikiranku," ungkapku sambil menatap tajam ke arah Prof. Hora.Sebenarnya dia tidak ada hubungannya dengan konflik
Baca selengkapnya
Chapter 86
"Fungsi awal eksperimen penciptaan 'Arte' pengendali pikiran adalah untuk menggunakan 'Arte' itu untuk mengoreksi dan merehabilitasi pelaku kejahatan di masyarakat," tutur Prof. Hora."Akan tetapi, kenapa sekarang fungsinya malah melenceng seperti yang Layla katakan?" lanjutnya dengan heran. Kelihatannya Prof. Hora benar-benar tidak tahu apa pun mengenai masalah ini.Aku terdiam dan mulai menyimpulkan informasi yang kudapat dari Prof. Hora. Aku membuka mulutku untuk menyatakan kejanggalan yang kutemukan. "Ini aneh, padahal Profesor sendiri yang menjalankan eksperimen itu."Bagaimana bisa Profesor tidak tahu kalau fungsinya berubah menjadi seperti itu?" tanyaku. Dipikir berkali-kali pun hal ini sangat janggal. Sebagai Ketua Asosiasi Arte, tidak mungkin Prof. Hora tidak tahu apa-apa karena dialah orang yang memimpin pelaksanaan eksperimen itu.Prof. Hora terdiam mendengar pertanyaanku yang meragukannya. Dia menurunkan tangan kanannya dari mukanya lalu merem
Baca selengkapnya
Chapter 87
Prof. Hora menarik tangan kananku dan meletakkan sesuatu ke dalamnya tanpa menjelaskan apa-apa. Benda yang Prof. Hora berikan kepadaku memiliki ukuran yang kecil, bahkan lebih kecil dari genggaman tanganku.Kulihat benda apa yang dia berikan kepadaku. Benda itu berbentuk lingkaran dengan lubang pada tengahnya seperti sebuah cincin. Cincin itu berwarna perak dan memiliki ukiran mantra sihir yang terukir pada permukaan metal itu."Apa ini?" tanyaku sambil menerawang cincin yang diberikan oleh Prof. Hora kepadaku. Aku tidak begitu mencurigai apa yang diberikannya kepadaku, tetapi tidak ada salahnya untuk terlebih dahulu memastikan benda apa itu sebelum menggunakannya."Cincin pernikahan kita," canda Prof. Hora yang membuatku melemparkan tatapan jijik kepadanya. Tidak kusangka dia masih dapat bergurau di situasi yang serius seperti ini. Selain itu, selera humornya benar-benar aneh, ya."Aku masih lurus," balasku sambil tersenyum miring. Prof. Hora tertawa ter
Baca selengkapnya
Chapter 88
Prof. Hora melangkah melewatiku, berjalan menuju pintu. Tangannya menggenggam gagang pintu, tetapi dia tidak langsung menarik gagang pintu itu untuk membukanya.Prof. Hora membalikkan badannya dan melihat ke arahku. "Aku akan memeriksa keadaan di luar, kamu gunakan cincin itu untuk mengubah penampilanmu," ujarnya.Aku menganggukkan kepalaku mengerti. Aku membayangkan model rambutku belah samping kanan dan berwarna hitam sedangkan iris mataku berwarna cokelat.Tak lupa kubayangkan diriku mengenakan mantel lab putih seperti peneliti yang bekerja di fasilitas ini. Dengan begitu, penyamaranku akan tampak lebih natural.Prof. Hora menatapku dari atas ke bawah lalu tersenyum. "Kamu terlihat seperti peneliti sungguhan. Pasti tidak akan ada orang yang akan mengenalimu," ujarnya kepadaku.Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum puas. Seperti efek dari cincin itu bekerja padanya sehingga dia melihatku seperti apa yang kubayangkan sebelumnya.Prof. Ho
Baca selengkapnya
Chapter 89
Setelah hampir 1 jam berpura-pura menjadi seorang peneliti di Laboratorium Pengendalian Arte sambil menunggu para personel pasukan elit negara dan Custodia meninggalkan gedung ini, akhirnya aku bisa pergi dari tempat ini.Sebelum aku pergi dari laboratorium itu, aku menanamkan beberapa bayanganku pada beberapa tempat sebagai penghubung untuk berteleportasi ke sana seandainya terjadi hal mendesak yang mengharuskanku untuk datang ke laboratorium.Selain itu, Prof. Hora memberikanku hadiah terakhir sebelum aku meninggalkan tempat kerjanya. Barang terakhir yang dia berikan kepadaku adalah sebuah pedang sihir.Kutatap sebilah pedang yang tersimpan dalam sarungnya yahg kuletakkan di samping kiriku. Pedang sihir itu bertingkat legenda dan sangat berharga. Aku tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan senjata legendaris dari Prof. Hora.Terkadang kebaikan hatinya itu membuatku bertanya-tanya, 'Apa dia tulus berbuat baik padaku? Atau dia mengharapkan imbalan dari pe
Baca selengkapnya
Chapter 90
Ada 5 orang berbadan besar berdiri mengelilingi sedan kuning ini. Masing-masing dari mereka memiliki setidaknya sebuah senjata tajam.Orang-orang itu tampak menyerukan sesuatu, tetapi suara mereka tidak terdengar jelas karena semua jendela mobil ini tertutup rapat.Mereka memberikan isyarat seperti menyuruh kami untuk turun dari kendaraan yang kami tumpangi. Kaki mereka dengan kasarnya menendang-nendang bodi mobil hingga kendaraan beroda empat ini berguncang akibat ulah mereka.Aku berdecak kesal karena perlakuan mereka yang tidak punya etika. Kugenggam pedang yang berada di samping kiriku dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku meraih handle pintu mobil untuk keluar dari kendaraan ini.Tiba-tiba suara dari supir taksi ini menghentikan aku. "Tu-tuan ... ja-jangan keluar ... berbahaya." Dia memperingatiku dengan suara yang bergetar dan terbata-bata.Orang yang mengendarai sedan kuning ini tampak begitu ketakutan. Aku dapat melihat dirinya yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status