Share

Chapter 82

Penulis: V I L
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-18 10:11:14

"Apa yang akan kulakukan? Jawabannya sudah jelas, aku akan menghentikanmu," balasku dengan nada serius.

Dia tertawa terbahak-bahak mendengar balasanku. "Menghentikanku? Itu pun kalau kamu bisa!" serunya meremehkanku.

Kurasakan energi 'Arte' yang meluap dari tubuhnya semakin besar dan kuat. Aku harus segera menghentikannya karena firasatku mengatakan bahwa serangannya kali ini akan sangat berbahaya.

Kakiku beranjak dari tempatnya berdiri, menerjang ke arahnya. Dia masih berdiri tegap di tempatnya dan sedang berkonsentrasi mengumpulkan semua kekuatannya untuk mengeluarkan serangan pemungkasnya.

Aku menciptakan sebilah pedang pada genggaman tangan kananku. Aku melompat ke arahnya dan mengangkat senjata yang ada di genggaman tanganku ke atas kepalaku, bersiap untuk menyerangnya.

Kuayunkan pedangku ke bawah, ke kepalanya. 'Aku tidak tahu apakah strategi ini akan berhasil, tapi kuharap ini bisa berhasil untuk meminimalisir bencana yang akan datang.'

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Broken Vessel   Chapter 83

    Sudah sekitar 20 menit aku terbang menuju Laboratorium Pengendalian Arte, tempat dimana Prof. Horan bekerja, akhirnya aku sampai ke tempat tujuanku setelah melalui banyak rintangan yang mengadangi jalanku.Tak kusangka aku berpapasan dengan mobil Custodia saat sedang dalam perjalanan ke laboratorium. Mereka pun langsung mengejarku dan memanggil bala bantuan, untungnya mereka kehilangan jejakku saat aku memasuki hutan yang ada di kawasan laboratorium.Aku berjalan ke arah gerbang yang berada beberapa meter di depanku dengan tertatih-tatih. Napasku juga tersengal-sengal karena kelelahan. Aku telah menggunakan terlalu banyak energi dan tenaga untuk sampai ke sini. Tubuhku sudah mencapai batasnya.Kulihat sesosok orang yang mengenakan mantel lab putih berlari ke arahku dari balik gerbang itu. Orang yang berlari menghampiriku itu meneriakkan namaku dengan nada kaget dan khawatir. Suara bariton yang memanggil namaku itu terdengar familier di telingaku."Prof. H

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Broken Vessel   Chapter 84

    Orang yang baru saja menasuki ruangan ini memiliki rambut merah jambu yang disisir belah tengah. Dia menolehkan kepalanya ke arahku lalu tersenyum lega.Orang itu adalah Prof. Hora, orang yang sudah menyelamatkanku. Jika tidak ada dia, mungkin aku akan hidup tanpa tangan kanan atau bahkan kehilangan nyawaku karena tidak mendapatkan pertolongan pertama.Prof. Hora melangkahkan kakinya untuk menghampiriku yang terduduk di atas ranjang pasien. Ekspresi kekhawatiran yang dia tampilkan sebelum aku kehilangan kesadaranku telah menghilang."Syukurlah kamu sudah sadar. Tadi kamu tidak sadarkan diri selama kurang lebih 2 jam," ujarnya dengan lega setelah melihatku yang telah siuman."Terima kasih, Prof. Hora," ucapku berterima kasih kepadanya. Dia menganggukkan kepalanya dan memberikan senyuman hangat kepadaku."Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyanya menanyakan kondisiku.Aku mengangkat tangan kananku dan mengarahkannya ke arah Prof. Hora. "Sempurna

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Broken Vessel   Chapter 85

    "Kenapa kamu mendadak menyerangnya? Padahal selama ini kamu diam-diam saja," tanya Prof. Hora menginterogasiku.Aku mengepalkan tanganku dengan erat hingga urat-urat timbul pada permukaan kulit tanganku. Kukerutkan keningku dan menggigit bibir bawahku berusaha menahan luapan amarah yang akan meledak.Kuangkat kepalaku dan melihat ke arah Prof. Hora yang menatapku dengan tatapan serius. Tatapannya itu membuatku merasa dipojokkan dan berada di posisi orang telah melakukan kesalahan."Ini tidak adil, padahal Nona Tabella yang lebih dulu berlaku tidak adil padaku. Kenapa malah aku yang disalahkan?" protesku dengan nada kesal."Selama ini aku sudah bersabar terhadap semua perlakuan Nona Tabella yang selalu memusuhiku dan merendahkanku."Bahkan sekarang dia ingin membuatku menjadi anjingnya dengan memanfaatkan Layla untuk mengendalikan pikiranku," ungkapku sambil menatap tajam ke arah Prof. Hora.Sebenarnya dia tidak ada hubungannya dengan konflik

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Broken Vessel   Chapter 86

    "Fungsi awal eksperimen penciptaan 'Arte' pengendali pikiran adalah untuk menggunakan 'Arte' itu untuk mengoreksi dan merehabilitasi pelaku kejahatan di masyarakat," tutur Prof. Hora."Akan tetapi, kenapa sekarang fungsinya malah melenceng seperti yang Layla katakan?" lanjutnya dengan heran. Kelihatannya Prof. Hora benar-benar tidak tahu apa pun mengenai masalah ini.Aku terdiam dan mulai menyimpulkan informasi yang kudapat dari Prof. Hora. Aku membuka mulutku untuk menyatakan kejanggalan yang kutemukan. "Ini aneh, padahal Profesor sendiri yang menjalankan eksperimen itu."Bagaimana bisa Profesor tidak tahu kalau fungsinya berubah menjadi seperti itu?" tanyaku. Dipikir berkali-kali pun hal ini sangat janggal. Sebagai Ketua Asosiasi Arte, tidak mungkin Prof. Hora tidak tahu apa-apa karena dialah orang yang memimpin pelaksanaan eksperimen itu.Prof. Hora terdiam mendengar pertanyaanku yang meragukannya. Dia menurunkan tangan kanannya dari mukanya lalu merem

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Broken Vessel   Chapter 87

    Prof. Hora menarik tangan kananku dan meletakkan sesuatu ke dalamnya tanpa menjelaskan apa-apa. Benda yang Prof. Hora berikan kepadaku memiliki ukuran yang kecil, bahkan lebih kecil dari genggaman tanganku.Kulihat benda apa yang dia berikan kepadaku. Benda itu berbentuk lingkaran dengan lubang pada tengahnya seperti sebuah cincin. Cincin itu berwarna perak dan memiliki ukiran mantra sihir yang terukir pada permukaan metal itu."Apa ini?" tanyaku sambil menerawang cincin yang diberikan oleh Prof. Hora kepadaku. Aku tidak begitu mencurigai apa yang diberikannya kepadaku, tetapi tidak ada salahnya untuk terlebih dahulu memastikan benda apa itu sebelum menggunakannya."Cincin pernikahan kita," canda Prof. Hora yang membuatku melemparkan tatapan jijik kepadanya. Tidak kusangka dia masih dapat bergurau di situasi yang serius seperti ini. Selain itu, selera humornya benar-benar aneh, ya."Aku masih lurus," balasku sambil tersenyum miring. Prof. Hora tertawa ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Broken Vessel   Chapter 88

    Prof. Hora melangkah melewatiku, berjalan menuju pintu. Tangannya menggenggam gagang pintu, tetapi dia tidak langsung menarik gagang pintu itu untuk membukanya.Prof. Hora membalikkan badannya dan melihat ke arahku. "Aku akan memeriksa keadaan di luar, kamu gunakan cincin itu untuk mengubah penampilanmu," ujarnya.Aku menganggukkan kepalaku mengerti. Aku membayangkan model rambutku belah samping kanan dan berwarna hitam sedangkan iris mataku berwarna cokelat.Tak lupa kubayangkan diriku mengenakan mantel lab putih seperti peneliti yang bekerja di fasilitas ini. Dengan begitu, penyamaranku akan tampak lebih natural.Prof. Hora menatapku dari atas ke bawah lalu tersenyum. "Kamu terlihat seperti peneliti sungguhan. Pasti tidak akan ada orang yang akan mengenalimu," ujarnya kepadaku.Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum puas. Seperti efek dari cincin itu bekerja padanya sehingga dia melihatku seperti apa yang kubayangkan sebelumnya.Prof. Ho

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Broken Vessel   Chapter 89

    Setelah hampir 1 jam berpura-pura menjadi seorang peneliti di Laboratorium Pengendalian Arte sambil menunggu para personel pasukan elit negara dan Custodia meninggalkan gedung ini, akhirnya aku bisa pergi dari tempat ini.Sebelum aku pergi dari laboratorium itu, aku menanamkan beberapa bayanganku pada beberapa tempat sebagai penghubung untuk berteleportasi ke sana seandainya terjadi hal mendesak yang mengharuskanku untuk datang ke laboratorium.Selain itu, Prof. Hora memberikanku hadiah terakhir sebelum aku meninggalkan tempat kerjanya. Barang terakhir yang dia berikan kepadaku adalah sebuah pedang sihir.Kutatap sebilah pedang yang tersimpan dalam sarungnya yahg kuletakkan di samping kiriku. Pedang sihir itu bertingkat legenda dan sangat berharga. Aku tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan senjata legendaris dari Prof. Hora.Terkadang kebaikan hatinya itu membuatku bertanya-tanya, 'Apa dia tulus berbuat baik padaku? Atau dia mengharapkan imbalan dari pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Broken Vessel   Chapter 90

    Ada 5 orang berbadan besar berdiri mengelilingi sedan kuning ini. Masing-masing dari mereka memiliki setidaknya sebuah senjata tajam.Orang-orang itu tampak menyerukan sesuatu, tetapi suara mereka tidak terdengar jelas karena semua jendela mobil ini tertutup rapat.Mereka memberikan isyarat seperti menyuruh kami untuk turun dari kendaraan yang kami tumpangi. Kaki mereka dengan kasarnya menendang-nendang bodi mobil hingga kendaraan beroda empat ini berguncang akibat ulah mereka.Aku berdecak kesal karena perlakuan mereka yang tidak punya etika. Kugenggam pedang yang berada di samping kiriku dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku meraih handle pintu mobil untuk keluar dari kendaraan ini.Tiba-tiba suara dari supir taksi ini menghentikan aku. "Tu-tuan ... ja-jangan keluar ... berbahaya." Dia memperingatiku dengan suara yang bergetar dan terbata-bata.Orang yang mengendarai sedan kuning ini tampak begitu ketakutan. Aku dapat melihat dirinya yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20

Bab terbaru

  • Broken Vessel   Chapter 151 (End)

    Ekspresi mukanya yang menahan kesakitan perlahan berubah menjadi lega karena akan segera terbebas dari siksaan api itu. "Terima kasih, Trystan ...," ucapnya berterima kasih kepadaku.Setetes air mata keluar dari mata kanannya lalu jatuh ke kobaran api di bawah dan lenyap tak bersisa. "Semoga di kehidupan selanjutnya ... kita tidak akan bermusuhan lagi." Layla mengucapkan kata-kata terakhirnya sebelum aku mengakhiri hidupnya di tempat dan saat ini juga.Kejadian itu terputar-putar di kepalaku puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali terulang di dalam kepalaku. Ingatan itu masih menghantui pikiranku hingga hanya ingatan itu saja yang menjadi satu-satunya hal yang memenuhi pikiranku.Satu bulan telah berlalu sejak saat itu, aku dapat keluar dari alam bawah sadar Layla dan kembali ke dunia nyata dengan selamat, tanpa luka sedikit pun. Bagiku waktu 1 bulan itu terasa begitu lama seolah-olah terhenti.Aku berdiri di depan makam yang sederhana. Aku berjongkok di dep

  • Broken Vessel   Chapter 150

    "Kamu tidak percaya padaku? Aku janji aku benar-benar akan mengeluarkanmu dari sini kalau waktunya tiba," tanya Layla yang diikuti dengan mengucapkan janji yang tidak kuketahui apakah dia dapat memegang janjinya atau malah mengingkarinya.Saat aku hendak membalas perkataannya, tiba-tiba langit biru berawan yang ada di sekeliling kami berubah menjadi jingga. Langit itu berwarna jingga bukan karena senja telah tiba, melainkan karena kobaran api yang muncul di mana-mana.Tidak hanya langit di sekeliling kami saja yang dilahap oleh api, Layla yang berdiri di hadapanku ikut terbakar. "Kyaaa! Panas!!" Dia langsung menjerit kesakitan ketika kobaran api itu melahap dirinya. Kulihat kulit sekujur tubuhnya mengalami luka bakar yang parah."Sebenarnya apa yang terjadi?" gumamku yang keheranan. Aku tidak tahu kenapa situasi di alam bawah sadarnya mendadak berubah menjadi seperti neraka. 'Apa ini hukuman dari Dewa atas perbuatan-perbuatan Layla yang tidak manusiawi itu?'

  • Broken Vessel   Chapter 149

    "Sepertinya aku bisa menebak kenapa dulu kamu bilang begitu," ujarku sambil melepaskan pegangan tanganku dari pergelangan tangan Layla.Layla menarik tangan kanannya dan memegangi pergelangan tangannya yang memerah, padahal aku tidak sekuat itu memegang pergelangan tangannya hingga dapat semerah itu.Layla mengangkat kedua alisnya dan menantangku. "Kalau begitu, coba tebak kenapa dulu aku bilang begitu."Bibirku melengkung ke atas mendengar Layla menantangku seperti itu. Aku pun menimpali perkataannya dengan tebakanku yang kuyakin 100% benar."Dulu aku mencintaimu karena kamu mengendalikanku untuk jadi begitu, kan? Makanya semenjak aku sudah berhenti mempercayaimu, aku tidak lagi mempunyai perasaan suka padamu karena aku sudah terlepas dari kendalimu."Layla terdiam mendengar jawabanku. Dia tidak membantah tebakanku. Tampaknya apa yang kutebak itu tepat sasaran, makanya dia tidak dapat menyanggah perkataanku.Aku tersenyum sinis kepada Layla

  • Broken Vessel   Chapter 148

    Layla tersenyum mendengar pertanyaanku. Dia pun menjawab rasa heran dan penasaranku. "Sepertinya kamu lupa kalau kita bisa menggunakan kekuatan kita melewati batas yang seharusnya. Yah, yang pasti bakal ada efek sampingnya." Hampir saja aku lupa dengan hal itu, 'melewati batas', yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan 'Arte'-nya melewati batas tingkat absolutnya. Tentunya akan ada efek samping yang mengikuti setelah digunakannya kemampuan untuk melewati batas itu. Seperti saat aku menggunakan 'Arte'-ku untuk melenyapkan Kapten Giedrius yang tingkat absolutnya berada di atasku, energiku langsung terkuras banyak hingga hampir tidak bersisa. Menggunakan 'Arte' sampai melewati batas dengan berlebihan dapat memberikan efek samping yang fatal, bahkan dapat membuat penggunanya mati. Contohnya, Alcyone, anak perempuannya kakek Fero dan nenek Nevada. "Kenapa kamu sampai melewati batas kekuatanmu? Kamu tahu 'kan risikonya sebesar apa kalau kamu menggunakann

  • Broken Vessel   Chapter 147

    "Sekarang semua orang yang kamu kendalikan sudah mati, kali ini apa yang akan kamu lakukan?" tanyaku kepada Layla.Layla menyeringai mendengar pertanyaanku. "Semua orang katamu? Kamu salah, Trystan. Mereka bahkan belum mencapai seperempat dari total orang yang sudah kukendalikan," balasnya.Aku terdiam mendengar jika ratusan orang itu tidak sampai seperempat dari keseluruhan orang yang dikendalikannya. Itu berarti, ada ribuan orang yang telah dikendalikan olehnya.'Benar juga, penduduk kota Boreus saja jumlahnya lebih dari 5.000 orang. Jumlah orang yang sudah dikendalikannya lebih banyak dari yang kukira.'Layla beranjak dari tempatnya berdiri. Dia melangkahi tubuh-tubuh tak bernyawa yang berserakan di atas lantai.Entah apa tujuannya berjalan menghampiriku. Aku menciptakan sepasang pedang yang melayang di sisi kiri dan kananku, bersiaga jika dia akan melakukan sesuatu terhadapku.'Dia tidak akan bisa mengendalikan pikiranku lagi karen

  • Broken Vessel   Chapter 146

    Aku menaikkan salah satu alisku karena heran melihat Layla tiba-tiba tertawa seperti itu. "Apa yang lucu sampai membuatmu tertawa begitu?" tanyaku dengan nada serius.Setelah tertawa dengan nyaring selama beberapa detik, akhirnya tawanya itu reda juga. Dia menyeka air mata yang menggenang pada sudut matanya lalu menjawab pertanyaanku. "Haha, ... itu karena kamu terlalu bodoh sampai-sampai bisa membuatku tertawa begini."Layla mengembalikan ketenangannya dan berhenti tertawa. Dia menatapku dengan instens dan tersenyum menyeringai. "Kamu pikir hanya karena aku bersedia untuk mati di tanganmu berarti aku juga bersedia untuk menyerah dan berhenti mengendalikan mereka?"Bodoh, kamu terlalu naif sampai-sampai kelihatan seperti orang tolol," hina Layla sambil memandang rendah aku.Kepalan tanganku semakin kuat hingga kuku jariku menggali ke dalam kulit telapak tanganku. Tak kurasakan lagi rasa sakit yang menusuk telapak tanganku dan lengan kananku yang terluka.

  • Broken Vessel   Chapter 145

    Rasa sakit pada lengan kananku semakin menusuk-nusuk. Aku mengkesampingkan rasa sakit itu dan memfokuskan perhatianku sepenuhnya pada Aquilo yang berdiri tak jauh di depanku. Dia telah bersiap untuk menyerangku lagi.'Sebisa mungkin aku harus menahan kekuatanku supaya dia tidak sampai terluka parah atau bahkan mati. Membuatnya pingsan sudah cukup.' Aku berpikir keras memikirkan bagaimana aku akan menghentikan dia dengan luka seminim mungkin.Kulihat Aquilo melemparkan serangan jarak jauh ke arahku lagi dan langsung beranjak dari tempatnya dan menerjang ke arahku. Aku melompat mundur untuk menjaga jarakku darinya.Kuciptakan 4 buah anak panah yang terbuat dari kegelapan yang dipadatkan. Salah satu dari keempat anak panah itu terbang ke arah misil 'Arte' yang dilemparkan oleh Aquilo. Kedua serangan jarak jauh itu saling bertubrukan dan menimbulkan ledakan kecil.Satu anak panah lainnya melesat ke arah Aquilo, tetapi dia dapat menghindarinya dengan mudahnya.

  • Broken Vessel   Chapter 144

    Kuhindari serangannya dengan melompat mundur untuk berjaga jarak darinya, mengantisipasi ledakan yang ditimbulkannya. Muncul ledakan yang tidak begitu besar dari tinjuannya yang mengenai udara kosong itu.Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini. 'Padahal dia tinggal di Kota Boreus, bagaimana bisa dia ada di Ibu Kota saat ini?'Aquilo kembali menerjang ke arahku dan melayangkan tinjuan lainnya. Aku mengepalkan tangan kiriku dan membalas tinjuannya dengan tinjuku. Kekuatan kami saling beradu dan menimbulkan ledakan yang cukup besar.Sebuah luka goresan muncul pada pipi kanan Aquilo. Efek dari ledakan itu menyebabkan luka kecil pada wajahnya. Cairan merah keluar dari luka itu dan mengalir menuruni lekukan mukanya.Di sisi lain, tidak ada luka baru yang timbul pada diriku karena sedetik sebelum ledakan itu terjadi, aku menciptakan perisai kegelapan untuk melindungi diriku.Kulihat Aquilo hendak menyerangku sekali lagi tanpa memberikan aku wa

  • Broken Vessel   Chapter 143

    "Apa nanti kamu tidak akan menyesal karena sudah membunuhku?" tanya Layla yang kini membuka kedua matanya untuk melihatku.Aku terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan itu. Sebuah senyuman kecil terbentuk pada bibirku."Mungkin iya, mungkin tidak," jawabku dengan tidak pasti. Aku ingin menjawab jika aku tidak akan menyesalinya, tetapi di lubuk hatiku yang terdalam, sepertinya aku akan menyesal.Aku membuka mulutku lagi dan berkata, "Tidak peduli apa aku akan menyesal atau tidak, aku akan tetap membunuhmu untuk mengakhiri perang ini."Mendengar perkataanku, Layla kembali memejamkan kedua matanya dan tersenyum tipis. "Begitu, ya ... oke, kamu bisa membunuhku sekarang," ujarnya yang sudah siap untuk menyerahkan hidupnya padaku.Aku menggenggam erat gagang pedang hitam di tanganku. "Pada akhirnya kisah kita berakhir seperti ini, Layla," gumamku dengan suara kecil. Kuayunkan pedang ini ke kanan untuk memotong lehernya Layla.Sekali lagi sebuah s

DMCA.com Protection Status