Home / Romansa / Istri Kedua / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Kedua : Chapter 11 - Chapter 20

100 Chapters

Istri Kedua

Merry langsung menyusul suaminya, Merry begitu takut jika Edbert akan marah besar padanya. Langkah Edbert begitu cepat, bahkan Merry sampai harus berlari untuk mensejajarkan langkah suaminya. Edbert seolah tidak perduli akan hal itu, dia tetap saja melangkah dalam diam. Setelah sampai di parkiran, Edbert langsung masuk ke dalam mobilnya. Merry pun langsung masuk dan duduk di samping suaminya, Merry nampak terengah-engah. Dia tak menyangka jika Edbert akan mendiamkannya. "Benahi dandananmu," ucap Edbert tanpa menolehkan wajahnya ke arah Merry. Merry terlihat kebingungan mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya, karena Edbert tiba-tiba saja menyuruh dirinya untuk membenahi dandanannya "Maksudnya?" "Kita akan ke rumah mommy, kita harus meminta izin untuk pergi ke luar negeri," jawab Edbert. Merry memang meminta Edbert untuk menikah kembali, tetapi tidak secepat ini. Tidak harus tinggal di luar negeri juga, pikirnya."Harus sekarang? Harus secepat ini?" "Tentu, aku ingin kita tin
Read more

Langkah Pertama

Satu minggu sudah Merry berada di Singapura, tapi Merry belum bisa membuat suaminya tidur satu kamar dengan Indira. Merry mulai resah, kalau Edbert tidak mau tidur satu kamar dengan Indira dan bahkan tidak mau menyentuhnya, lalu kapan mereka akan punya keturunan, pikir Merry. "Apa yang saat ini harus aku lakukan, Tuhan?" tanya Merry kepada dirinya sendiri.Malam pun telah menjelang, tetapi Edbert masih berada di ruang kerjanya. Sedangkan Indira sudah masuk ke dalam kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Edbert memang tidak pernah menemui Indira, tetapi dia selalu memberikan pekerjaan pada Indira. Setumpuk berkas yang harus Indira selesaikan dalam setiap harinya. Itu merupakan salah satu cara dari Edbert agar Indira tidak merasa bosan karena harus tinggal jauh di negeri orang tanpa punya sahabat, itu adalah cara yang efektif, menurut Edbert.Berbeda dengan Merry, wanita itu belum bisa tidur. Merry terlihat sangat gelisah. Dia sedang memikirkan bagaimana car
Read more

Kekhawatiran Merry

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, tapi pintu kamar Indira masih terlihat tertutup dengan rapat. Merry terlihat sangat khawatir, dia merasa takut jika Edbert akan betah di kamar Indira dan tidak berniat untuk satu kamar lagi dengan dirinya. Merry terlihat mondar-mandir di depan kamar Indira, dia ingin sekali masuk dan melihat sedang apa suaminya di dalam bersama Indira. Akan tetapi, dia berpikir kembali. Inilah keinginannya, inilah yang dia minta kepada suaminya. Dia tidak bisa berbuat hal yang nantinya malah akan mempermalukan dirinya. Rasanya, dia tidak berani masuk ke dalam kamar Indira. Walaupun, hanya untuk sekedar mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh suaminya di dalam sana. Setelah merasa capek dengan pikirannya sendiri, Merry pun memutuskan untuk pergi ke pinggir pantai. Dia ingin menenangkan pikirannya. Sampai di bibir pantai, Merry langsung duduk sambil menenggelamkan kaki telanjangnya di dalam air asin yang terasa sangat dingin. "Ya Tuhan! Ternyata rasanya sanga
Read more

Kesedihan Merry

Setelah mengetahui kondisi kesehatannya yang semakin memburuk, Merry terlihat enggan untuk pulang. Rasanya, dia ingin pergi saja meninggalkan suaminya. Sebagai wanita, dia merasa hancur sehancur-hancurnya. Karena hal yang paling berharga untuk seorang istri adalah bisa memuaskan suami di atas ranjang, memberikan servis terbaik untuk suaminya dan tentunya memberikan keturunan. Jika seorang istri tidak bisa memasak, banyak Resto yang menawarkan makanan serba enak. Jika seorang istri tidak bisa merapikan rumah, banyak yayasan yang menawarkan jasa asisten rumah tangga. Lalu, bagaimana dengan istri yang tidak mampu memenuhi kebutuhan suaminya di atas ranjang? Bagaimana dengan seorang istri yang tidak mampu memberikan suaminya seorang keturunan? Sudah pasti, istri tersebut bisa dikategorikan sebagai wanita tidak berguna, pikir Merry. Wanita yang diciptakan hanya untuk menjadi beban berat bagi suaminya.Pada kenyataannya, Merry memang tidak bisa melakukan kewajibannya sebagai seorang istr
Read more

Ungkapan Hati

POV Indira Aku tidak tahu dengan apa yang ada di dalam pikiranku saat ini, kenapa dengan mudahnya aku menyanggupi untuk menjadi istri kedua dari seorang Edbert Law. Pria kaya, dingin, arogan dan terkenal suka bergonta-ganti wanita.Bahkan aku rela berbohong kepada sahabatku sendiri, sahabat yang selalu mendukung aku di kala senang mau pun susah. Sahabat terbaikku, sahabat yang selalu memberikan aku dukungan.Oh, Melly. Maafkan aku, aku bahkan berkata pada Melly jika aku di tugaskan kembali di kantor cabang yang berada di kota kami, sungguh aku tidak bermaksud jahat terhadap sahabat aku itu.Melly pun dengan mudahnya memercayai aku, karena memang selama ini aku tidak pernah berbohong sekali pun kepadanya. Saat pertama aku pergi ke luar negeri, aku sangat takut. Aku takut sesuatu hal yang buruk akan terjadi padaku, tapi ternyata itu hanya ketakutanku yang tidak nyata tetapi beralasan. Kak Merry sangat baik kepadaku, bahkan dengan mudahnya dia memperbolehkan suaminya untuk menikah deng
Read more

Kecapean

Edbert benar-benar menghabiskan waktu bersama dengan istri keduanya, dia menghabiskan waktu dengan Indira sampai sore hari menjelang. Dia benar-benar merasa sangat puas dengan servis yang Indira berikan, Indira sampai merasakan lemas pada tubuhnya. Bahkan, lututnya terasa kopong. Menurut Indira, Edbert benar-benar selalu ingin dipuaskan. Dia begitu perkasa, begitu kuat dalam memainkan batang kenikmatan miliknya. Terkadang Indira sampai bertanya-tanya di dalam hatinya, apa yang dia makan sehingga suaminya bisa sekuat itu dalam bercinta? Sebenarnya, dengan melakukan permainan selama dua kali saja, Indira sudah merasa lemas. Akan tetapi, saat Edbert memancingnya dan memberikan sentuhan-sentuhan lembutnya, hal itu membuat Indira tidak berdaya dan ingin melakukannya lagi. Edbert bahkan sudah seperti psikotropika yang bisa membuat Indira candu, dia benar-benar bisa membuat Indira merasa ketergantungan padanya. Indira menjadi khawatir jika Edbert sering meminta hak'nya dan sering bersam
Read more

Operasi

"Ngga bisa sekarang aja?" tanya Edbert penuh harap."Aku---""Jangan tolak aku, aku karena aku sangat menginginkan kamu," ucap Edbert penuh harap.Kembali malam ini menjadi malam yang panjang untuk keduanya, tentunya setelah Indira melaksanakan makan malam terlebih dahulu.Karena Edbert tidak mau membuat istrinya pingsan saat dia sedang menggauli istrinya tersebut, Indira hanya bisa pasrah. Selain suka dia merasa jika dirinya sudah dibayar untuk itu.Keesokan harinya.Pagi-pagi sekali Edbert sudah mengantarkan Merry ke rumah sakit, karena Merry harus mendapatkan perawatan terlebih dahulu sebelum dilakukan operasi. Saat tiba di Rumah Sakit, Merry langsung diajak ke dalam ruangan yang sudah disiapkan khusus untuknya. Bahkan, Edbert meminta ruangan yang sangat nyaman untuk istrinya.Tentu saja pihak rumah sakit pun menyanggupinya, karena Edbert membayarnya dengan sangat mahal. Dia ingin memberikan hal yang terbaik untuk istrinya."Semangat, Sayang. Aku yakin operasinya akan berjalan deng
Read more

Perhatian Istri Kedua

Saat sedang asyik menatap wajah suaminya, Indira melihat Merry yang mulai menggeliatkan tubuhnya. Dengan cepat Indira mengambil bantal sofa dan membenarkan letak tidur suaminya. Indira tidak mau jika Merry melihat Edbert yang sedang tertidur dengan sangat nyaman di pelukan Indira, dia takut hal itu akan menyinggung Merry.Karena Indira sangat tahu, jika hal itu bahkan bisa membuat hati Merry sakit. Indira sadar jika dia hanya istri kedua, istri yang dinikahi hanya untuk mengandung dan melahirkan keturunan untuk keluarga Law. Dia benar-benar harus merasa sadar diri, dia tidak boleh merasa memiliki suaminya. Walau kenyataannya, sikap Edbert terasa sangat manis kepadanya. Untuk sesaat dia tatap wajah suaminya, Edbert terlihat sangat tampan saat tertidur, sampai tanpa sadar Indira mengecup kening Edbert lalu setelahnya barulah menghampiri Merry. 'Aku harus bersikap biasa saja, tidak boleh ada cinta untuk suami kak Merry. Ingat Indira, kamu hanya wanita bayaran. Wanita yang dibayar untu
Read more

Jadi Istri Yang Baik

Edbert mengajak Indira ke sebuah Restoran yang berada di sebrang rumah sakit, karena dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan Merry. Saat tiba di Resto, Edbert memperlakukan Indira dengan penuh perhatian."Mau pesan apa, hem?" tanya Edbert. "Apa saja, Tuan. Saya pemakan segala," jawab Indira dengan senyum manisnya. Edbert sangat suka dengan senyuman Indira, Indira terlihat lebih manis dengan senyumannya. Bahkan, Edbert ingin sekali untuk bisa terus melihat senyum Indira yang terlihat sangat manis itu. "Tuan," panggil Indira sambil mengibaskan tangannya. "Ah, iya," jawab Edbert sambil menatap Indira. Indira menjadi salah tingkah dibuatnya, karena pria itu menatap dirinya dengan tatapan memuja. Pria itu terlihat begitu mengagumi dirinya."Jadinya mau pesan apa?" tanya Indira yang merasa tidak tahan ketika Edbert sudah menatap dirinya seperti itu. Tatapan mata itu seakan menembus sampai ke dasar hatinya. "Pesan kamar aja, boleh?" goda Edbert. Wajah Indira langsung memerah mendengar
Read more

Kesedihan Merry 2

Selepas kepergian Edbert, Indira langsung pergi ke kamar mandi. Dia berwudhu kembali, setelahnya Indira langsung melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik. Tidak lupa setelah itu dia berdoa dan berdzikir. Dia berharap jika semuanya akan baik-baik saja. Dia berharap jika semuanya akan berjalan sesuai dengan harapannya, dia juga bersyukur. Karena Merry memperlakukan dirinya dengan baik. Walaupun Merry yang menginginkan pernikahannya dengan Edbert, setidaknya Indira tahu jika Merry pasti merasa cemburu. Akan tetapi, Merry selalu bisa bersikap baik dan menyembunyikan rasa cemburunya. Indira bukannya tidak tahu, Indira juga seorang perempuan. Dia sangat tahu dengan apa yang Merry rasakan, tetapi Indira sudah bertekad jika ia melahirkan nanti, Indira tak akan menganggu keluarga Edbert dan Merry lagi. Dia akan pergi sejauh mungkin. "Semoga aku cepat hamil ya Allah, semoga aku bisa cepat melahirkan agar bisa segera pergi dengan jauh." Indira mengelus perutnya yang masih rata. Indira
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status