"Assalamu'alaikum, Mir, Mira." Terdengar salam di ujung pintu, aku yang sedang merendam pakaian kotor tergesa-gesa segera menemui si empu suara. "Waalaikumsalam. Oh Ibu, masuk, Bu," ajakku setelah membukakan pintu. "Lama bener bukain pintunya, baru bangun kamu, ya?" sentak Ibu mertua. "Nggak, Bu, Mira tadi—" "Alah alasan! Jadi istri itu jangan malas, belum juga punya anak, bagaimana kalau sudah punya anak, bisa mati tak terurus anakmu," sela Ibu. "Mana Hasan?" lanjutnya lagi dan melangkahkan kaki masuk. "Bang Hasan, kerja, Bu." Kupersilakan Ibu untuk duduk. "Loh, bukannya ini Sabtu, ya? Kenapa Hasan masuk kerja?""Mira nggak tahu, Bu. Bang Hasan bilang ada yang harus di kerjakan di pabrik." "Duh, ini kursi kok gini amat, ya, sampe sobek begini sarungnya," ucapnya sambil menyentak sarung kursiku. Bagaimana tidak sobek? Kursi tersebut adalah kursi yang ada di rumah orangtua Bang Hasan yang usianya mungkin sudah sama dengan usia adik iparku. Bukan karena baiknya Ibu mertua, tapi k
Read more