Home / Fiksi Remaja / Terjerat Sugar Baby / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terjerat Sugar Baby: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

21. Berpamitan

Keduanya tertawa gembira. Mereka lantas berpisah. Milo melanjutkan kepergiannya yang tertunda, sedangkan Uzy berjalan kembali ke arah gedung kampus. Kali ini tujuannya bukan ruangan kelas karena kuliah selanjutnya baru akan dimulai dua jam lagi. Langkah kakinya mengarah ke ruangan UKM Islam. Ia hendak mencari Hanif, orang yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri. Uzy akan mengabari tentang pekerjaan barunya. Uzy melongok melalui jendela ruangan UKM yang terbuka. Ia melihat Hanif tengah membuka mushaf Al Quran di tangannya. Tampaknya, Hanif sedang mengaji. Ada yang berdesir di dalam dada Uzy saat melihat wajah teduh Hanif yang sedang membaca Al Quran. Ada kerinduan di dadanya untuk menjadi seperti Hanif, namun … kesibukan membuatnya sering lupa akan kitab suci tersebut. Uzy melontarkan salam dan Hanif langsung menjawab sambil mengangkat wajah. Hanif tersenyum menlihat sosok Uzy yang berdiri di ambang pintu. Hanif mengundang Uzy unt
Read more

22. Perpisahan

Suara senandung riang dari arah pagar membuat Paman Ali mengangkat wajah dari pot bunga yang tengah ia bongkar tanahnya. Terlihat sosok Uzy yang baru turun dari sepeda onthel butut. Wajah Uzy terlihat amat berseri-seri dan kemerahan, membuat Paman Ali curiga Uzy baru saja diterima pernyataan cintanya. “Hei, Uzy! Tumben pulang-pulang kelihatan senang. Kamu baru dapat uang kaget?” sapa Paman Ali dengan suara cukup lantang. Uzy tidak langsung menjawab, ia hanya memperlebar senyuman sambil menghampiri Paman Ali yang terus memandang ke arahnya. “Bukan, Paman. Saya dapat sesuatu yang lebih baik daripada uang kaget,” ujar Uzy setelah dekat dengan posisi berdirinya Paman Ali. “Apa itu?” Paman Ali terpancing untuk bertanya lebih. “Saya diterima kerja paruh waktu jadi SPG di mal dekat kampus, Paman. Gajinya lumayan, bisa buat biaya sehari-hari dan
Read more

23. Rindu

Jam dinding menunjukkan pukul dua malam. Di kamar kost barunya, Uzy tampak belum tidur. Ia serius menatap sebuah buku yang terbuka di hadapan. Meja belajarnya penuh dengan tumpukan buku, catatan kuliah, dan laptop yang dipinjamkan Yuni untuk mengerjakan tugas makalahnya. Yuni, salah seorang teman seangkatan Uzy yang kaya raya namun malas belajar. Dari Rani, Yuni mengetahui bahwa Uzy menerima jasa pembuatan makalah dan tugas-tugas kuliah lainnya. Saat ini, Uzy tengah fokus mengerjakan beberapa order makalah dan bahkan skripsi kakak tingkatnya. Semenjak diterima bekerja sebagai SPG, waktu senggangnya habis dengan bekerja sampingan dan menerima order pembuatan tugas kuliah. Hari-harinya penuh dengan jadwal yang padat, berpindah cepat dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Uzy menguap. Kantuk mulai melanda. Namun, Uzy memaksakan diri untuk terus mengerjakan order makalah yang ditekuninya. “Sedikit lagi. Setelah ini ba
Read more

24. Pertemuan Kembali

“Rumah Candy dijaga ketat oleh satpam sekarang. Aku enggak yakin kamu bisa dengan mudah mencari maupun sekadar melihat wajahnya.” “Enggak masalah, Yan. Aku benar-benar ingin melihat Candy. Aku kangen banget sama dia dan ingin tahu bagaimana dia sekarang.” Uzy memaksa. “Aku ngerti perasaanmu, Zy. Tapi kamu harus ngerti juga kalau Candy tidak lagi sama seperti dulu. Dia tidak lagi bebas ditemui siapa saja. Apalagi dengan statusnya yang rumit sebagai …..” Yandi sengaja tak melanjutkan ucapannya. Ia yakin Uzy sudah tahu maksudnya. “Aku enggak akan gangguin dia, kok. Mana berani aku. Cukup sekali aku dihadiahi bogem mentah. Tolong beri tahu aku alamatnya, Yandi. Aku janji hanya akan melihatnya dari kejauhan.” Uzy terus mendesak. “Pokoknya aku sudah ngasih peringatan, lho ya. Ini keputusanmu, jadi jika kamu kenapa-kenapa aku enggak ikut-ikutan, B
Read more

25. Candu

“Akhirnya!” Uzy berseru lega tatkala melihat jam dinding di toko “Sikil” telah menunjukkan pukul 9 malam. Waktunya tutup toko. Uzy sudah menantikan saat-saat ini sejak setengah jam yang lalu.  Uzy berlari menuju ruang ganti, melepas seragam SPG-nya dengan tergesa-gesa. Dia tampak sedikit terburu-buru dan gelisah, berbeda dengan suasana santai yang biasanya ia tunjukkan setelah jam kerja selesai. Teman SPG-nya, Rudi, memandang Uzy dengan keheranan. "Eh, Uzy, kenapa terburu-buru banget sih pulangnya? Biasanya kan santai-santai aja setelah jam kerja selesai. Ngopi dulu yuk, kayak biasanya." Uzy, masih dengan napas agak terengah-engah, tersenyum kecut sekilas. "Ah, Rudi, kamu tahu kan dulu aku selalu santai pulang setelah kerja? Tapi sekarang ada satu hal yang harus aku lakukan!" Rudi terlihat penasaran. Ia menatap Uzy dengan rasa ingin tahu. "Apa sih yang harus kamu
Read more

26. Menguntit

"Iya, nih. Aku sering begadang karena nongkrong setelah jam kerja di mal." Milo langsung menyipitkan mata dan menatap Uzy dengan rasa curiga yang tak disembunyikan. "Nongkrong setelah jam kerja? Apa kamu sekarang sering main? Kayaknya gaya hidupmu udah berubah, ya?" Uzy terkejut dengan keceplosannya sendiri, dia tidak menyangka akan mengungkapkan hal itu. "Eh, enggak kok, Mil. Hanya kebetulan saja ada beberapa teman yang ngajak nongkrong. Enggak ada yang gawat, kok." Milo tidak puas dengan jawaban itu dan tetap menatap Uzy dengan penuh kekhawatiran. "Zy, sebagai teman, aku tahu kamu sejak pertama kita jadi mahasiswa. Jangan ragu untuk berbagi dan meminta bantuan jika kamu memiliki masalah. Kita bisa mencari solusi bersama." Uzy merasa tersentuh dengan kepedulian Milo. "Terima kasih, Mil. Sebenarnya, aku sedang mencoba mencari tahu keberadaan seseorang. Aku pe
Read more

27. Janji

Mata kuliah pagi ini dimulai pukul 7. Dosen yang mengajar bernama Pak Ari, lelaki yang sudah menduda itu termasuk favorit para mahasiswa. Kuliahnya selalu semarak dan penuh dengan para mahasiswa yang antusias, termasuk Uzy. Uzy duduk di baris depan agar dapat mendengarkan materi dengan baik. Namun, tubuhnya telah mengkhianati kehendaknya. Mata bengkak akibat kurang tidurnya terlihat sangat mengantuk. Tangannya yang lelah terhentak-hentak saat mencoba menahan rasa kantuk yang begitu kuat. Pak Ari yang sedang memberikan materi melihat keadaan Uzy dan menghentikan pembicaraannya sejenak. "Uzy, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat sangat mengantuk di kelas ini." Pak Ari menegur dengan suara yang cukup keras. Sontak, tatapan seisi kelas beralih ke Uzy. Beberapa mahasiswa tidak dapat menahan tawanya, sedangkan yang lain saling berbisik-bisik dengan geli. Hanya Milo yang tetap diam dengan wajah datar, memperhatikan dengan
Read more

28. Puncak

Dua bulan telah berlalu. Semenjak mendapatkan pencerahan dari Milo, Uzy tak lagi mendatangi rumah Candy. Setiap kali rasa rindu melanda, Uzy mengalihkan perhatian dan fokusnya pada pekerjaan dan tugas-tugas kuliahnya. Dengan cara itu, Uzy berhasil menekan perasaannya kepada Candy. Sore itu, Uzy berangkat bekerja dengan suasana hati yang riang. Cuaca yang cerah dan indah menambah rasa gembira di hati Uzy. Langkah kaki Uzy amat ringan saat memasuki toko sepatu “Sikil” yang sudah amat diakrabinya seperti akrabnya saudara kandung sendiri. Ia siap untuk memulai hari kerjanya. Ketika ia melintasi area penjualan, salah satu rekannya, Rina, mendekatinya dengan senyum ramah. "Hai Uzy! Baru datang, ya? Tadi Pak Beny mencarimu. Katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganmu." Uzy merasa penasaran dan sedikit gugup mendengar kabar itu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahu yang tumbuh di
Read more

29. Permintaan Ibu

Acara wisuda Uzy sudah berakhir dua jam yang lalu. Kini, ibunya dan Lilis tengah beristirahat di sebuah kamar hotel kelas melati. Uzy ingin membawa keluarganya itu ke kamar kostnya, namun sayangnya kamar itu terlalu kecil untuk menampung tiga orang. Oleh karena itulah, Uzy akhirnya menyewakan sebuah kamar hotel buat ibu dan adiknya. Uzy merogoh uang tabungannya demi memberikan tempat bermalam yang nyaman bagi keluarganya.“Di hotel enak ya, Mas. Kasurnya empuk dan lembut banget,” celetuk Lilis sambil mengelus-elus bantal di bawah kepalanya dengan ekspresi senang. Bibirnya tak berhenti tersenyum, bahkan sepasang matanya memejam menikmati kelembutan kain pada bantal.Uzy tersenyum melihat reaksi adiknya saat menginap di hotel. Uzy maklum, inilah pertama kalinya Lilis masuk hotel, sehingga tingkahnya terkesan kampungan. “Ini belum seberapa lho, Lis. Banyak kasur yang lebih empuk di hotel yang lebih mewah,” ujar Uzy.Ibunya Uzy terbatuk kecil. Posisinya yang semula berbaring di samping Li
Read more

30. Orang Dari Masa Lalu

Ibu dan Lilis hanya dua hari saja di Yogyakarta. Selepas itu, mereka pulang kembali ke Klaten. “Lilis tidak bisa lama-lama bolos sekolah.” Lilis mengemukakan alasan. Uzy memaklumi keadaan. Ia mengantarkan ibu dan adiknya ke stasiun bus untuk pulang. Setelah perpisahan yang terasa haru, bus pun berangkat membawa ibu dan adik Uzy kembali ke kota mereka. Uzy berjalan keluar dari stasiun dengan sejuta rencana masa depan berkelebat di dalam benaknya. “Sepertinya tabunganku sudah cukup buat beli motor baru. Dengan motor, aku bisa lebih leluasa bepergian, tidak selalu harus menggunakan angkot begini,” bisik hati Uzy sambil merenung di tepi jalan, saat menunggu angkot yang lewat untuk pulang kembali ke kost. Dengan pikiran itu, Uzy tidak jadi pulang. Ia justru masuk ke sebuah dealer sepeda motor untuk bertanya-tanya tentang koleksi motor yang terbaru. 
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status