Semua Bab Terjerat Sugar Baby: Bab 11 - Bab 20

50 Bab

Babak Belur

 Uzy berhenti di dekat mobil hitam mewah tersebut. “Permisi,” kata Uzy cukup keras. Dua kepala muncul memenuhi panggilannya. Wajah cantik Candy dan wajah seorang bapak-bapak bertubuh kekar terlihat oleh Uzy. “Ehm, maaf. Saya mau ketemu Mbak Candy,” ujar Uzy grogi. “Ya? Ada apa, ya?” tanya Candy. Sepasang mata cantik Candy menyorotkan kebingungan. Dari pandangan matanya, jelas ia merasa Uzy merupakan orang asing. Terang saja, Candy baru pertama kali ini melihat Uzy secara serius. “Boleh bicara berdua saja, Mbak? Urusannya agak pribadi,” kata Uzy sungkan. “Boleh, boleh. Silakan masuk,” sahut Candy. Ia menyilakan Uzy untuk masuk ke ruang tamu. “Tunggu sebentar Pak Doni,” kata Candy pada bapak-bapak yang tadi ikut muncul. 
Baca selengkapnya

Hubungan Batin

“Assalamu’alaikum,” salam Hanif yang sudah kembali.“Zy. Betul itu dompet Pak Ratno. Beliau senang sekali dompet dan kartu-kartu pentingnya kembali. Aku sudah ceritakan bahwa kamu yang menemukannya. Sebagai rasa terima kasih, uang yang ada di dalam dompet beliau hadiahkan buatmu,” lapor Hanif. “Betul itu, Mas?” tanggap Uzy. Matanya berbinar. Kebetulan ia perlu uang buat ongkos dan merawat ibunya di rumah. “Alhamdulillah. Kebetulan saya memang sedang perlu uang, Mas. Barusan adik saya telepon mengabari bahwa Ibu sakit. Saya harus pulang sekarang juga,” ungkap Uzy. “Wah! Alhamdulillah kalau begitu, Zy. Tapi kamu nggak apa-apa pulang dalam kondisi begitu?” tanya Hanif. Kecemasannya terlihat tulus. “Nggak apa-apa, Mas. Saya khawatir dengan kondisi Ibu. Kata adik saya, Ibu memanggil nama saya terus,” ujar Uzy.&nbs
Baca selengkapnya

Rahasia Ibu

“Orang-orang apa, Bu?” desak Uzy yang semakin tak sabar. Tiba-tiba Ibu menangis. Hati Uzy serasa diremas karena merasa bersalah. Ia telah membuat ibunya bersedih. Sudut mata Uzty melirik Lilis, sebagai kode bahwa ia meminta penjelasan. Akan tetapi, Lilis malah asyik memandangi kuku-kuku jari tangannya. Sesekali, ia mencongkel kotoran yang terselip diantara kuku dengan kuku jari kelingking. Dari gaya Lilis saja Uzy sudah tahu bahwa adiknya itu sengaja berpura-pura tak melihat kode yang diberikannya. Uzy mendesah. Ia mengambil sebelah tangan Ibu lalu menggenggam erat-erat. Matanya menatap Ibu penuh kesungguhan. “Bu, maafkan Uzy yang telah berkata keras pada Ibu,” ujar Uzy lembut. Ibu mengusap air di sudut mata dengan punggung tangannya yang bebas, lalu membelai tangan Uzy yang menggenggam tangannya yang lain dengan tangan tersebut. &ldqu
Baca selengkapnya

Keinginan Lilis

“Ehe ... Aku nggak enak ngomongnya,” kata Lilis seraya cengengesan. “Apa karena ada Ibu? Anggap saja Ibu nggak ada,” seloroh Ibu. Lilis tertawa-tawa. Namun setelah itu ia tetap bungkam. “Punya apa sih, Lis? Mas jadi penasaran, nih,” desak Uzy tak sabar. Lilis memilin-milin rambutnya yang panjang sebahu. Matanya berkelana ke langit-langit kamar, seolah sedang mempertimbangkan ucapan Uzy. “Paling juga punya pacar,” celetuk Ibu mengagetkan. “Haaa ... Kok Ibu bisa tahu?” Mata Lilis terbelalak sempurna. Mulutnya juga ikut menganga. Ekspresi wajahnya sangat lucu dan imut di mata Uzy. “Betul, kan,” cetus Ibu seraya tersenyum. “Dari mana Ibu tahu, sih. Kan Ibu nggak pernah antar dan jemput aku sekolah,” desak Lilis penasaran. 
Baca selengkapnya

Move On, Uzy!

Uzy pulang menggunakan bus antarkota. Berangkat pukul empat sore, ia tiba di rumah Paman Ali menjelang maghrib, pada pukul setengah enam. Kedatangannya disambut gembira oleh Paman Ali dan istri pamannya. Bahkan, Bibi memasakkan menu istimewa kesukaan Uzy, udang asam manis. Uzy makan bersama keluarga Paman Ali, termasuk bersama Zeo.“Makan yang banyak, biar kamu pinter dan cepet lulus,” ujar Bibi sambil menambahkan lauk udang ke piring Uzy.“Iya, Bi. Terima kasih.” Uzy menjawab takzim.“Bagaimana keadaan ibumu?” tanya Paman Ali.Uzy menceritakan penyakit dan kondisi terkini dari keadaan ibunya secara ringkas. Paman Ali juga menanyakan kabar Lilis. Uzy pun menceritakan perkembangan Lilis adiknya. Usai makan, Uzy pamit ke kamarnya untuk beristirahat.Uzy yang merasa gerah langsung memutuskan untuk mandi. Azan Maghrib berkumandang dari kejauhan, bertepatan dengan kaki Uzy yang melangkah keluar dari kamar mandi. Uzy langsung menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.Usai shalat, Uzy
Baca selengkapnya

Lowongan Kerja

Uzy melamun di perpustakaan saat mengerjakan makalah buat Rani. Sebelah tangannya bertopang di dagu, sementara tatap matanya nanar ke arah dinding perpustakaan yang kusam dan berdebu. Dalam kondisi itulah Milo menemukan Uzy di salah satu sudut perpustakaan.Uzy tidak melihat saat Milo datang mengendap-endap dari belakang dan menyapanya dengan cara tak biasa.“Hei! Serius banget, Zy? Lagi ngapain, nih?” sapa Milo seraya menepuk meja di depan Uzy, sampai Uzy terlonjak kaget karena bunyi tepukan di meja cukup keras.“Hah, ngangetin aku aja kamu, Mil! Aku lagi ngerjakan makalah buat Rani, nih. Lumayan dapat uang lelah.” Uzy menjawab sambil merendahkan suara, takut isi percakapan mereka didengarkan oleh petugas perpustakaan.Tanpa sepengetahuan Uzy, ada sepasang telinga yang mendengar pembicaraan antara dirinya dan Milo. Sosok itu tidak terlihat oleh Uzy karena berada di balik lemari buku yang ada di samping Uzy.“Kamu cari tambahan uang saku lagi? Bukannya kamu sudah kerja sama Masku? Apa
Baca selengkapnya

Uzy Melamar

Keesokan harinya, kebetulan Uzy tidak ada kuliah pagi. Ia memutuskan untuk pergi ke mal yang ditunjukkan oleh Milo kemarin untuk melamar pekerjaan. Uzy berjalan dengan langkah mantap menuju mal yang hanya berjarak 500 meter dari kampus mereka. Pusat perbelanjaan yang menurut Milo sedang membuka lowongan pekerjaan paruh waktu. Toko yang Milo maksud berada di lantai 2. dalam waktu singkat, Uzy sudah sampai di depan toko yang ia cari. Ia memasuki area toko “Sikil” dengan perasaan gugup namun juga penuh semangat. Di dalam toko, suasana terdengar riuh dengan suara-suara pelanggan yang sibuk berbelanja. Uzy menghampiri meja informasi yang berada di bagian depan toko. “Permisi, saya ingin menanyakan tentang lowongan pekerjaan yang tersedia di sini.” Uzy tersenyum sopan. Wanita cantik bermake-up tebal mendongak, lalu menebar senyum ramah. “Tentu, ada beberapa lowongan
Baca selengkapnya

The Apprentice

Hanya si pemuda yang membalas sapaan Uzy. “Silakan.” Uzy duduk di sebelah pemuda itu. “Terima kasih. Mas, melamar kerja di sini juga kan, ya?” kata Uzy berbasa-basi. “Iya, Mas. Mas juga?” balas si pemuda dengan basa-basi yang sama. Padahal sudah jelas mereka semua berada di tempat itu karena alasan yang sama. “Iya, Mas. Semoga kita diterima.” Uzy mengakhiri basa-basi basi di antara mereka berdua. Tak lama kemudian, muncul Dody dari balik pintu tertutup yang bertuliskan “Hanya Untuk Karyawan” di depannya. Wajahnya cerah. Senyum terkembang di bibir Dody. “Silakan masuk, semua.” Dody memanggil. Seketika, empat pelamar yang duduk di bangku bangkit. Mereka seperti berlomba untuk masuk lebih dulu ke dalam ruangan yang pintunya telah dibuka lebar oleh Dody.   Setelah se
Baca selengkapnya

19. Melayani Gadis Cantik

Si gadis cantik bak sosialita menghentikan langkah, mengibaskan rambut hitam panjang berkilau melewati bahu indahnya, lalu melirik ke arah toko dengan dahi berkerut, menilai toko sepatu di depannya. “Oh, ya? Apa spesialnya koleksi sepatu di toko ini?” Uzy mengambil brosur dan menunjukkan beberapa gambar sepatu yang telah ia pelajari secara singkat sebelumnya. “Kami menawarkan berbagai merek ternama dan desain terkini yang pasti akan memikat perhatian kakak. Bukan hanya itu, kami juga memberikan diskon spesial untuk pembelian hari ini. Selain mendapatkan sepatu berkualitas, Kakak juga bisa mendapatkan penawaran menarik!” Si gadis cantik melirik brosur di tangan Uzy. “Diskon spesial, ya? Tapi saya enggak ada rencana beli sepatu baru.” Uzy tak putus asa. Masih dengan penuh semangat, ia menambahkan. “Tenang saja, Kak! Kakak bisa melihat-lihat dulu, tidak harus membeli. Siapa tahu, ad
Baca selengkapnya

20. Jujur

“Mas Uzy, saya senang memberitahukan bahwa Anda diterima bekerja sebagai SPG di toko kami! Selamat!” Dody mengulurkan tangan untuk dijabat kepada Uzy. Seketika, wajah Uzy yang semula murung berubah menjadi cerah. “Wah! Terima kasih, Pak Dody! Saya sangat senang mendengarnya!” Uzy menerima jabat tangan Dody dan mengguncangkannya agak terlalu kencang, saking gembiranya. “Kamu sudah menunjukkan sikap yang baik dan luar biasa persuasif selama tes tadi. Kami yakin kamu akan menjadi seorang SPG yang hebat!” Dody tidak lagi memanggil Uzy dengan sapaan “Anda”, tetapi telah berubah menjadi “Kamu”. Uzy pun memerhatikan perubahan kecil ini. “Terima kasih, Pak. Saya berusaha yang terbaik. Saya juga akan bekerja keras untuk memenuhi harapan toko, Pak.” “Oh, ya. Saya lihat kamu masih kuliah, ya? Salut. Saya suka anak muda pekerja keras.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status