Home / Romansa / Married With The Badboy / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Married With The Badboy: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Bab 21

Di sebuah warung belakang sekolah, Aris nongkrong dengan semua anggota geng-nya, meskipun yang berkumpul hanya sepuluh orang tapi yang lainnya juga memiliki kesibukannya sendiri.Javas menghela nafasnya. Meletakkan secangkir kopi di meja."Udah lama ya kita gak berantem sama geng lain," celetuknya memecah keheningan. Mereka sibuk dengan ponselnya sendiri.Aris mengangguk. Benar apa yang di katakan Javas."Gue terlalu sibuk ngurus OSIS sama Allisya. Jadi lupa deh kalau geng kita seneng tawuran," rasanya ada yang kurang, sudah dua minggu tidak ada masalah dari geng lain yang suka mencari gara-gara.Ponselnya berbunyi, notifikasi lagi dari geng Cakrawala. Ia lupa geng itu pernah mengajaknya balapan beberapa hari yang lalu.GavinAnggota lo nyari masalah sama geng gue. Lo tau? Temen gue sekarang sekarat masuk rumah sakit. Sebagai gantinya, siap-siap aja.09:00 amAris menatap bengis satu-persatu anggotanya."Jawab! Siap
Read more

Bab 22

Saat ini, Aris mengumpulkan semua anggota gengnya.Apalagi Aris mengajak semuanya bolos, sangat aneh dan heran. Aris yang melarang untuk bolos, sekarang berubah.Arif menghampiri Aris. Ia duduk di sebelah cowok itu."Ris, lo kan ketua OSIS. Masa ngajak kita bolos, gak salah?" tanya Arif sedikit hati-hati, tatapan Aris tajam siap menikam siapa saja.Aris menoleh. "Gue mau menyampaikan hal penting ke kalian semua," nadanya terdengar serius."Apa? Jangan bilang lo mau balas perbuatan Gavin kemarin," celetuk Javas, biasanya Aris tak akan tinggal diam. Pasti keesokannya mengantur strategi untuk menyerang geng Cakrawala.Aris menggeleng. Bukan itu. Yang jelas, ini akan menyakiti seluruh anggota geng-nya."Gue mau geng kita bubar," ucap Aris dengan sekali tarikan nafas."Apa? Ris, lo gila!" Arif tak terima."Ris, lo jangan ngaco deh!" Javas marah."Gue serius. Geng kita, bubar aja. Dan markas ini, gak guna lagi," Aris me
Read more

Bab 23

Di sebuah warung belakang sekolah, Aris nongkrong dengan semua anggota geng-nya, meskipun yang berkumpul hanya sepuluh orang tapi yang lainnya juga memiliki kesibukannya sendiri.  Javas menghela nafasnya. Meletakkan secangkir kopi di meja.  "Udah lama ya kita gak berantem sama geng lain," celetuknya memecah keheningan. Mereka sibuk dengan ponselnya sendiri.  Aris mengangguk. Benar apa yang di katakan Javas.  "Gue terlalu sibuk ngurus OSIS sama Allisya. Jadi lupa deh kalau geng kita seneng tawuran," rasanya ada yang kurang, sudah dua minggu tidak ada masalah dari geng lain yang suka mencari gara-gara.  Ponselnya berbunyi, notifikasi lagi dari geng Cakrawala. Ia lupa geng itu pernah mengajaknya balapan beberapa hari yang lalu.  Gavin Anggota lo nyari masalah sama geng gue. Lo tau? Temen gue sekarang sekarat masuk rumah sakit. Sebagai gantinya, siap-siap aja.09:00 am Aris menatap bengis sa
Read more

Bab 34

Di hari minggu ini, Aris mengajak Allisya jogging. "Lebih seru lagi kalau ada Aqila sama Kaila kak," Allisya tak mau terjebak moment awkard apalagi romantis dengan Aris. "Gak usah sya. Aku kan pingin sama kamu aja. Udah pernah juga ngajak mereka berdua makan bareng. Kenapa? Takut baper sendirian?" Aris mencolek dagu Allisya, cewek itu berpaling menyembunyikan semburat merah di pipinya. Allisya menggeleng. "Gak kok, siapa juga yang baper. Kak Aris aja gak gombalin aku."Duduk di taman setelah lari mengelilingi kompleks rumah, Allisya yang akan membeli es krim mendapat larangan keras dari Aris. "Sya jangan minum es kalau habis olahraga. Air putih aja ya?"Allisya menghela nafasnya, jika perhatian Aris demi kesehatannya maka ia akan menurut. "Kamu disini aja, aku beliin air minum. Jangan beli macem-macem," nasehat Aris. 'Bawel sih, tapi lebih perhatian daripada Daniel. Meskipun kak Aris gak ngel
Read more

Bab 25

Allisya tidak bisa tidur, entah kenapa badannya tidak enak.  "Masa iya aku sakit? Kan gak salah makan," ucapnya. Pola makannya selalu di perhatikan sang mama dan Aris jika di sekolah.  Pandangannya berkunang-kunang. Allisya duduk, memijat pangkal hidungnya.  "Huh, pusing banget. Mana sih minyak telonnya?" Allisya berjalan sempoyongan menuju laci lemarinya.  "Sshh. Gak kuat, apa aku harus panggil mama?"  "Gak deh. Nanti mama ke ganggu lagi sama aku. Shh, aku gak kuat," mata Allisya terpejam, ia pingsan.  *** "Allisya! Ayo sarapan nak," Inez mengetuk pintu kamar Allisya.  Tak ada sahutan.  Inez membuka pintunya. Ia terkejut melihat Allisya tidur di lantai.  "Allisya! Kok tidur di lantai sih sayang. Ayo bangun, gak sekolah kamu?" Inez menepuk pipi Allisya beberapa kali, tapi anaknya itu tak bangun juga.  Inez panik. "Nak! Bangun! Sayang," Inez memapa
Read more

Bab 26

"Oh ya, nanti kalian istirahat duluan aja ke kantin. Aku mau nyusul kak Aris di lapangan futsal," ucap Allisya setelah ia selesai menulis materi pelajaran di papan tulis.  Kaila mengernyit heran. "Kok gitu? Emangnya kak Aris tanding futsal ya?" "Kita boleh ikutan gak?" sahut Aqila, lumayan liat cogan.  Allisya menggeleng. "Jangan, aku kesana kan biar kak Aris ada yang bawain handuk sama minum gitu. Hehe," Allisya terkekeh garing.  "Hmm, yang jomblo mah bisa apa atuh," sahut Kaila miris, entah kapan dirinya bisa di kagumi para laki-laki. Mungkin menunggu Daniel dan Luna bermusuhan.  "Mohon bersabar kai, mungkin suatu saat kita dapet cowok yang bener," ucap Aqila berdoa, ah semoga saja.  Kaila mengangguk. "Aamiin," siapa tau tipenya persis seperti Aris.  *** Dengan senyum yang mengembang, Allisya membawakan minuman dingin untuk Aris. Ia juga membawa saputangannya sendiri.  Di lap
Read more

Bab 27

Suasana kelas 11 Ips 1 ramai. Apalagi jamkos-nya Matematika. Beberapa mulai pesta, ada juga yang mengerjakan tugas dari guru BK, dan memilih bermain game.  Kaila mengetukkan penggaris ke papan tulis. Semuanya pun mingkem.  "Penting banget! Kurang seminggu lagi kita ujian! Hebat banget kan?" sambil mengumumkan, Kaila menambah kepanikan seisi kelas juga.  "Ini nyata kan la?" "La! Jangan becanda deh. Masa secepat itu sih?" "Duh, mana nilai PR gue masih bolong-bolong lagi. Bantuin dong. Ya?" "Nih. Makannya apa-apa kerjain sendiri. Nyontek terus!" Kaila mengangguk. "Jadi kalian belajar aja. Soalnya ada yang kkm-nya 80," rasanya berat menyampaikan pencapaian nilai itu.  "Apa?" "Sejarah," jawab Kaila tenang.  "Gila! Ya kali sejarah kita dapat 80?" Allisya terkekeh mendengar keluhan mereka. "Itu sih gak belajar dulu. Paling cuman sejarah tokoh sama bangunannya aja," tapi itu terk
Read more

Bab 28

Akhirnya satu minggu itu terlewati dengan mudahnya. Saatnya ujian bukan perasaan yang tak ada kepastiannya. Curhat lagi.  Kaila nangis bohongan. Tempat duduknya terpisah jauh dari Aqila.  Kaila duduk di lantai. Membujuk Aqila agar namanya di ubah saja.  "Ya kali, udah bagus Aqila di ubah jadi apa? Karmila?"  Kaila terkekeh. "Karmila kan orang gila yang pernah ngejar lo dulu. Gimana tuh kabarnya sekarang?" Aqila berdecak kesal. "Tanya aja sendiri sana," Aqila fokus kembali membaca mata pelajaran yang di ujikan saat ini, apalagi kalau bukan PKN.  "Jangan marah la. Becanda kok. Masa gue gak bisa nyontek sama siapa-siapa?"  Kringg...kringg Bel masuk berbunyi. Bersamaan dengan Allisya datang dengan langkah penuh semangatnya. Allisya selisih satu bangku dengan Aqila.  Guru pengawas pun juga ikutan datang dengan langkah yang mendebarkan. Di tangannya sudah ada tiga map yang terdiri da
Read more

Bab 39

Selama perjalanan, hanya keheningan dan sepinya malam. Allisya tak berani membuka pembicaraan. "Kamu kenapa bisa ketemu sama Luna sya? Aqila sama Kaila kok gak sama kamu?" tanya Aris memecah keheningan. Allisya gugup, haruskah ia jujur?"Aqila sama Kaila kan pulang duluan sama kak Javas dan kak Arif. Aku masih nyapu kelas kak," jawab Allisya menunduk, ia tak berani memandang mata Aris yang menyipit mencari tau kejujuran. Aris mengernyit. "Bukannya Javas sama Arif lagi ada jam kuliah ya? Tumben banget mau jemput Aqila sama Kaila."Allisya menggeleng. "Aku gak tau kak. Aku takut Luna mencelakai aku. Bahkan kalau kak Aris gak datang, mungkin aku udah mati sekarang."Aris meraih jemari Allisya. "Aku akan selalu ada buat kamu sya. Mulai sekarang, aku bakalan jemput kamu."Allisya menoleh. "Tapi gimana sama kuliah dan kerjaan kakak? Aku gak papa bisa naik taksi atau ojek. Aku gak mau ngerepotin kak Aris."Inilah yan
Read more

Bab 40

Ting!Satu pesan lagi. Luna membacanya dengan teliti. "Daniel nyuruh orang buat kunci duplikatnya kafe? Lagi otw?" Luna mengetikkan dengan cepat agar anak buahnya itu segera mencegah orang suruhan Daniel sebelum sampai di kafe. "Tapi sayangnya Dewi Fortuna berpihak sama aku. Tunggu saja kabar baiknya besok, Allisya. Kamu pasti akan di keluarkan dari sekolah tanpa ada rasa hormat, hahaha," Luna tertawa jahat, biarkan saja Allisya menderita menerima pembalasan dendamnya. ***Beni memacu motornya dengan mengebut, ia harus sampai secepatnya. Daniel, pasti sudah menunggu di kafe itu. Tapi di tengah perjalanan, sekelompok pria menghadangnya. Dengan jumlah 8 orang membuat Beni bingung harus melawannya atau kabur. "Lo mau kemana? Gak izin dulu nih sama bos kita? Ini wilayah kami.""Maaf," Beni turun dari motornya. "Jalanan ini itu bebas siapa aja mau lewat. Jalan umum, memangnya kalian berhak apa? Gue yaki
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status