Semua Bab Akibat Cinta Terlarang: Bab 11 - Bab 20

50 Bab

Hubungan terlarang

Pagi itu, seperti biasa Mia menyiapkan sarapan untuk suami dan mertuanya. Mengambilkan nasi di piring untuk mertuanya, juga buat Gilang suaminya.Menikmati sarapan pagi sambil berbincang hangat, tak ada yang mencurigakan semua terlihat biasa dan normal, akan tetapi di bawah meja, kaki Mia menjelajahi kaki sang mertua."Uhuk!" Pria tua itu terbatuk, tak kuat menahan geli akibat ulah nakal menantunya.Mia dengan sigap mengambilkan minum, Dirga menatap tajam agar tak melakukan itu di depan Gilang, wanita itu malah tersenyum genit."Sayang, nanti makan siang kita ketemu yuk," ujar Gilang sebelum berangkat."Aku capek, emang mau ngapain?" Mia mulai malas bepergian dengan Gilang."Ada deh, aku mau belikan sesuatu buat kamu," jawab Gilang sambil tertawa."Apa sih? Kalau nggak penting aku di rumah aja, capek tahu." Mia tak tertarik dengan tawaran Gilang."Kalau kubilang sekarang bukan surprise dong.""Ih ... kamu pakai acara sur
Baca selengkapnya

Rasa yang berbeda

"Sayang, setelah wisuda, kita program hamil yuk." Gilang sudah sangat merindukan hadirnya seorang anak dalam rumah tangga mereka, akan tetapi Mia sendiri masih enggan untuk memiliki momongan. Dia masih ingin menikmati kebebaaan."Hamil?"Wajah Mia berubah murung, dia belum siap untuk memiliki anak saat ini."Iya, apa kamu belum siap punya anak?""Bu--bukan, tapi ini terlalu cepat buatku. Aku masih ingin menikmati hidupku," keluh Mia.Semenjak berhubungan dengan Dirga, Mia menggunakan KB untuk mencegah kehamilan, kalau sampai hamil dia tidak tahu itu hasil dari hubungan dengan Dirga atau Gilang."Aku anak tunggal, aku ingin kita punya anak yang banyak, biar keluarga kita ramai.""Mmm ... nanti dulu lah, Sayang. Kamu juga baru merintis bisnis untuk anak kita bisa pikirkan nanti," tolak Mia dengan lembut."Baiklah, Sayang. Tapi kamu jangan KB ya!" Gilang memberi peringatan.Sore hari sepulang dari kampus Mia ma
Baca selengkapnya

Ingin berpisah

Setelah melalui sidang skripsi dan dinyatakan lulus, akhirnya hari wisuda yang ditunggu pun tiba, bagi sebagian mahasiswa ini adalah saat paling membahagiakan setelah empat tahun bergelut dengan dunia perkuliahan.Namun bagi Mia hari itu bukan hal yang istimewa, gelar yang ia idam-idamkan sudah tidak berarti lagi. Karena apa yang dia inginkan sudah terpenuhi tanpa perlu berlelah-lelah mencari pekerjaan setelah lulus kuliah. Dia tinggal berbisik manja di telinga Dirga atau Gilang, semua dengan mudah ia dapatkan.Ratih meneteskan air mata haru, bangga campur aduk menjadi satu saat putrinya berada di atas podium, dia bangga berhasil menguliahkan putrinya meski seorang diri.Ratih duduk di kursi tamu berdampingan dengan Dirga yang juga menghadiri kelulusan putranya. Mata tua itu menatap putra dan menantunya yang berada di atas podium, bibirnya tersungging senyum kebahagiaan."Alhamdulillah anak-anak kita sudah lulus ya, Pak," ucap Ratih, Dirga menoleh pada be
Baca selengkapnya

Cari masalah

Semenjak memiliki keinginan untuk bercerai, Mia semakin berulah. Dia dengan sengaja membuat Gilang marah agar membenci dirinya. Ada saja yang sengaja dia lakukan agar Gilang gerah.Sore itu Gilang baru pulang dari kantor, Mia pergi tanpa pamit. Dia juga tak mau mengangkat telepon dari suaminya."Mia ke mana?" Dirga memperhatikan Gilang yang sedang kebingungan."Nggak tahu, Pa. Kutelepon juga nggak diangkat, ke mana anak itu?" gumam Gilang galau memikirkan istrinya."Mungkin di rumah ibunya?"Gilang langsung pergi ke rumah mertuanya, memastikan Mia ada di sana, dan akan membujuknya pulang ke rumah.Dirga juga mencoba menghubungi Mia dari kamar, dia terus menelpon hingga menantunya itu mau mengangkat telepon darinya."Apa?" sapa Mia kasar."Kamu di mana, Gilang bingung nyariin kamu?" Dirga mencoba membujuk menantunya agar pulang."Di hotel, refreshing!" jawabnya ketus."Bilang dong, kalau kamu lagi di hotel, biar Gi
Baca selengkapnya

Mencoba mengerti

Demi melancarkan agenda pertemuannya dengan Dirga, Mia minta dibelikan apartemen yang akan digunakan sebagai tempat khusus untuk mereka bertemu.Gilang sendiri mulai mengembangkan usahanya dengan membuka cabang baru, setiap kali merintis bisnis baru dia selalu fokus dengan usahanya. Pulang malam kadang pagi adalah hal biasa, ditambah lagi Mia tidak pernah protes meski ia jarang ditemani.Mereka juga sudah lama tidak pernah berhubungan badan, Gilang terlalu lelah karena selalu pulang malam, sedangkan Mia sudah mendapatkan kesenangan dari orang lain.Siang itu Dirga mengajak putranya bertemu sambil makan siang sambil membahas banyak hal, terutama tentang bisnis baru Gilang."Bagaimana hubunganmu dengan, Mia?" pancing Dirga, dia ingin mendengar kondisi rumah tangga putranya apakah baik-baik saja."Biasa aja, Papa tahu 'kan Mia itu yang penting rekeningnya ada duit dia sudah bahagia," sahut Gilang.Selama ini tiap istrinya marah obatnya hanya du
Baca selengkapnya

Hamil

Pagi itu saat mau bangun kepala Mia terasa sangat berat tak seperti biasanya, tubuhnya juga lemas."Aku pusing," keluh Mia, Gilang langsung memijit keningnya."Kamu kelelahan kali, istirahat aja nggak usah masak." Gilang mengambil minyak gosok lalu menggosokkan minyak ke pelipis dan tengkuk istrinya"Perutku mual." Mia berlari ke kamar mandi karena tak tahan pengin muntah.Gilang mengikuti Mia memijit tengkuknya, wanita muntah-muntah di wastafel. Gilang menunggui sampai istrinya selasai muntah."Kuantar ke dokter, ya," tawar Gilang."Nggak usah, aku mau tidur aja, mungkin ini masuk angin," tolak Mia."Jangan sakit, Sayang. Aku sedih kalau kamu sakit dan aku harus kerja." Gilang memeluk mesra istrinya."Nggak apa-apa, mandilah hari sudah siang." Mia menyuruh suaminya bergegas.Setelah memastikan Mia tidak muntah lagi, Gilang langsung mandi dan bersiap sarapan bersama papanya."Sarapannya mau dibawa ke kamar, Sayang
Baca selengkapnya

Sandiwara

Setelah tahu kalau Mia hamil, Dirga sering pulang malam. Dia sengaja menghindari wanita itu, memberi kesempatan agar Mia lebih dekat dengan Gilang.Mia terpaksa menggoda Gilang untuk melakukan hubungan suami istri, meski sebenarnya dia sangat malas, akan tetapi hanya itu satu-satunya cara agar suaminya tidak curiga."Papa, belum pulang?" Gilang tak melihat mobil papanya di luar."Mungkin ada urusan," jawab Mia asal."Kamu sudah sehat, Sayang?" Gilang memperhatikan wajah Mia."Sudah," sahut Mia agar suaminya tidak cemas.Dua minggu telah berlalu, Mia sengaja membeli alat tes kehamilan lalu meletakkan di kamar mandi setelah ia gunakan agar ditemukan oleh Gilang.Saat Gilang selesai mandi, dia tak sengaja melihat alat itu di samping wash tafel lalu membaca tulisan di bungkusnya."Sayang, ini apa?" Gilang menunjukkan alat itu."Mmm ... kamu menemukannya. Itu ... alat tes urine, aku terlambat jadi coba kutes pakai itu."
Baca selengkapnya

Bed rest

Kebiasaan baru sebelum tidur, Gilang mengelus perut Mia mengajak bicara mahluk yang kini bersemayam di dalam sana. Dia begitu bahagia tak sabar menunggu kelahiran buah hatinya.Mia menghalau tangan Gilang dari perutnya, ia bangkit lalu berjalan ke kamar mandi untuk buang air kecil, belum sempat jongkok di kloset ia terkejut saat melihat bercak merah di celana dalamnya."Gilang!" teriak Mia.Sontak Gilang meloncat dari ranjang melihat istrinya di kamar mandi, Mia tengah terduduk di kloset duduk termangu menatap celana dalamnya."Ada apa?" Gilang gugup, Mia menunjuk bercak itu."Loh, i-ini darah?" Gilang mulai panik, dia berlari keluar mencari papanya.Namun saat itu Dirga belum pulang ke rumah, Gilang kembali ke kamar mengambil ponsel untuk menghubungi papanya."Pa, Mia ngeluarin darah!""Hah, kok bisa?" Dirga ikut panik."Nggak tahu, Sayang kamu sakit nggak?" tanya Gilang pada Mia yang masih duduk di kloset, wanita itu m
Baca selengkapnya

Firasat

Kehamilan Mia semakin membesar, kakinya mulai bengkak dan gampang lelah, berat badan juga naik drastis. Mendapat perhatian dari dua orang pria yang sama-sama menyayanginya membuat manjanya semakin menjadi."Pa, nanti malam antar Mia ke dokter kandungan, ya. Aku ada pertemuan mendadak," pinta Gilang melalui sambungan telepon."Baik lah." Dirga sangat antusias saat putranya meminta tolong mengantar Mia ke dokter.Demikian juga dengan Mia, dia lebih senang saat periksa kandungan bersama Dirga, sang ayah dari bayi yang ia kandung."Anda sangat beruntung memiliki mertua yang sayang sama anda," ujar sang dokter."Kalau suami sibuk, terpaksa diantarin sama mertua, maklum cucu pertama," kilah Mia sambil tersenyum pada Dirga.Selesai periksa mereka langsung pulang, menurut dokter perkiraan lahir sekitar dua minggu lagi. Mia merasa mudah lelah, saat berjalan rasanya kepala bayi mengganjal di antara dua kakinya seolah mau keluar."Istirahat, ya,
Baca selengkapnya

Pengakuan

Siang itu, Mia sedang bersantai di kamar, tiba-tiba celana dalamnya terasa basah, kemudian ia ke toilet untuk memeriksa, ternyata ia mengeluarkan cairan yang tidak biasa."Jangan-jangan aku mau melahirkan, duh ... gimana ini?" Mia mengambil ponsel menghubungi Dirga karena panik."Om, aku sudah ngeluarin cairan, dan sangat banyak," adu Mia gugup."Hah ... apa kamu sudah pecah ketuban?" Dirga ikut panik mendengar cerita Mia."Nggak tahu, Om.""Kalau gitu cepat ke rumah sakit sekarang, biar Om nyusul!" pinta Dirga.Mia langsung memesan taksi online untuk pergi ke rumah sakit, dia tidak merasakan mulas seperti orang yang mau melahirkan, akan tetapi cairan yang keluar lumayan banyak, hingga ia harus menggunakan pembalut agar tidak rembes keluar.Sementara itu Dirga menghentikan rapatnya dan bergegas ke rumah sakit, saat akan masuk ke dalam mobil tiba-tiba dadanya kembali nyeri kali ini lebih panas dari biasanya. Dia berhenti sejenak menari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status