Home / Romansa / Akibat Cinta Terlarang / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Akibat Cinta Terlarang: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bertemu bintang

Suara riuh Bintang berlarian di ruang tengah sedang bermain pesawat saat Gilang pulang ke rumah. Tini langsung menarik tangan anak itu agar tak bertemu dengan Gilang. Namun sebelum Tini membawa Bintang pergi Gilang langsung mencegahnya. "Tini, ambilkan aku minum. Biarkan Bintang bermain di situ!" Gilang menatap bocah yang selama ini amat ia benci. Ragu-ragu Tini meninggalkan Bintang bersama Gilang, dia paham benar kalau pria itu tidak menyukainya. Dengan wajah ceria Bintang memainkan pesawat sambil berlari memutari meja. "Sini pinjam." Gilang menengadahkan tangan. Bintang menghentikan langkah, ragu-ragu dia memberikan pesawatnya, Gilang mengamati mainan pesawat yang terlihat sudah sangat jelek dan rusak. "Om, naik hehawat?" Gilang tersentak mendengar anak itu menanyainya. "Om, siapa yang ajarin kamu manggil aku Om?" Mata Gilang membulat. "Maaf Pak, Bintang biasa panggil om sama satpam jadi manggil ke Bapak juga ikutan om." Tini
Read more

Kabar dari kampung

Tini tertunduk lesu setelah menerima telepon dari ibunya yang mengatakan ayahnya tengah sakit keras dan dia harus segera pulang. Sudah sering ibunya menyuruh Tini pulang, akan tetapi ia enggan meninggalkan Bintang. Kalau dia pergi nanti Bintang dengan siapa, apalagi sikap Gilang yang seperti itu pada Bintang. Sementara di kampung orang tua Tini tengah menjodohkan Tini dengan seorang pria pilihan mereka, karena Tini tidak mau pulang mereka membuat skenario kalau ayahnya tengah sakit agar Tini mau pulang."Kamu kenapa murung gitu, Tin?" tegur Bibi melihat Tini tengah murung. "Anu Bi, Ayahku sakit Ibu menyuruhku pulang," wajah Tini semakin sendu. "Kalau begitu mintalah izin sama Bapak, " ucap Bibi. "Bintang bagaimana ya, Bi?" Tini ragu. "Biar dia sama Bibi," tawar Bibi. "Tapi aku nggak tahu berapa lama aku pulang, Bi.""Coba nanti bicara dulu sama Bapak." Bibi mengelus punggung Tini lembut. 
Read more

Hilang

Kepergian Tini membuat Bintang menjadi murung, anak itu tak mau makan menunggu Tini pulang, karena saat pergi pengasuh itu bilang kalau dia hanya pergi sebentar.Berbagai upaya Dela lakukan untuk membujuk Bintang supaya mau makan, anak itu malah menangis karena selama ini Tini tak pernah memaksa sangat berbeda perlakuan yang di dapatkan dengan pengasuh baru."Ayo makan, nanti Papa marah, lo!" dengan mata membulat Dela mengancam anak itu, semakin ditakuti anak itu semakin menutup rapat mulutnya."Ish, kamu ini bandel amat sih. Ya, sudah nggak usah makan, mamp*s kau situ!" geram Dela meninggalkan Bintang di kamar sendirian.Wanita itu menghabiskan makanan Bintang, lalu mencuci piring di dapur. Saat itu Bibi tengah membersihkan peralatan masak, melihat Dela datang wanita itu menanyakan keadaan Bintang."Bintang bagaimana?" tanya Bibi."Lagi main di kamar, Bi," jawab Dela."Dia nggak apa-apa 'kan?" tanya Bibi mengkhawatirkan keadaan Binta
Read more

Menjemput Tini

Mia tersadar dan telah berada di rumah sakit, di sana sudah ada ibunya yang menunggui. Untung saja air bag berfungsi dengan baik sehingga Mia tak mengalami luka parah, hanya benturan dan lecet di pelipis. Mobilnya ringsek pada bagian kiri, kalau saja yang di tabrak bagian kanan entah apa yang terjadi."Bu, bagaimana kabar Bintang?" tanya Mia, dia kembali teringat kejadian sebelum kecelakaan yang ia alami."Ibu, tidak tahu. Memangnya Bintang kenapa?"Mia menceritakan kenapa dia mendatangi rumah Gilang, lalu berakhir kecewa karena tidak diizinkan masuk untuk melihat anaknya."Sudah lah, kamu tahu Gilang itu bagaimana. Sabar jangan kamu menyiksa dirimu seperti ini," bujuk Ratih."Aku tidak mengerti dengan Gilang, Bu. Kemarin dia izinkan aku menggendong Bintang, sekarang dia seperti ini." Mia menangis sedih meratapi nasibnya. Ratih memeluk putrinya ikut merasakan penderitaan yang dialami Mia, entah dosa apa yang ia lakukan hingga Gilang se
Read more

Kembali ke kota

Malam melangsungkan ijab qabul, pagi harinya mereka langsung berkemas untuk kembali ke kota. Gilang sudah tak tahan berada di rumah Tini yang sempit. Sebelum pergi dia mentransfer sejumlah uang pada bapak Tini sebagai ganti untuk pesta pernikahan.  "Jadi kalian mau pergi siang ini juga?" Sikap ibu Tini berubah lembut dan ramah.  Ada rasa bangga di hati wanita itu melihat putrinya menikah dengan orang kaya, apa lagi menantunya juga terlihat baik dan royal.  "Kami harus kembali ke kota karena pekerjaan saya tidak bisa ditinggalkan lama," sahut Gilang tak kalah sopan.  "Apa Ibu boleh berkunjung ke sana, Nak Gilang?" tanya ibu Tini malu-malu.  "Tentu Bu, silahkan datang ke rumah kalau Ibu rindu sama Tini," sahut Gilang santai.  "Terima kasih, Tini kamu baik-baik ya sama suami dan sayangi Bintang." Wanita itu menoel paha putrinya yang duduk di sebelah. Tini mengangguk sambil tersenyum.  Pukul sepul
Read more

Dunia ini sempit

"Nak Yusuf ayo sarapan," seru Ratih setelah menyiapkan sarapan. Wanita itu sangat senang Mia datang berkunjung, melihat Yusuf yang sopan dan baik membuat wanita itu berharap akan terjadi sesuatu antara anaknya dan pria itu. Mereka bertiga menikmati sarapan bersama, Ratih lebih banyak bicara dengan Yusuf banyak tentang banyak hal yang ditanyakan, sementara Mia hanya fokus pada makanannya tak sedikitpun menimpali percakapan antara ibunya bersama Yusuf. "Jadi Nak Yusuf guru?" tanya Ratih di sela sarapan. "Iya Bu, saya mengajar di SMP swasta dan saat ini diajak Bu Mia bergabung di panti," terang Yusuf dengan malu-malu. "Umur kamu berapa kok manggil Mia, Ibu?" Ratih terlihat penasaran."Saya dua puluh sembilan tahun." Yusuf menunduk malu. "Oh... Beda sedikit saja sama Mia, panggil saja Mia biar lebih akrab." Senyum Ratih mengembang. Yusuf semakin salah tingkah, sementara Mia seolah tak mende
Read more

Pesta dan gairah

Mobil hitam metalik berhenti di halaman panti asuhan, seorang pria gagah turun dari mobil melangkah gontai di sambut oleh Fatimah yang saat itu berada di teras sedang merawat bunga-bunga kesayangannya. "Selamat siang," sapa Fatimah dengan senyum mengembang. "Selamat siang, saya Ali ingin bertemu dengan ibu Mia," sahut pria itu dengan sopan. "Mari masuk, sebentar saya panggilkan." Fatimah menyuruh salah satu anak panti memanggil kan Mia, kemudian mempersilahkan pria itu masuk ke ruang kantor. Tak berapa lama Mia pun datang menemui tamunya, dengan wajah berbinar dia menyapa Ali dan mengenalkan pada Fatimah siapa tamunya itu. "Ini Ibu Fatimah pemilik panti ini Pak, ini Pak Ali donatur baru kita Bu," terang Mia. "Oh... Ini yang Mia ceritakan kemarin, terima kasih atas kepercayaannya pada panti kami Pak." Ratih pun menyampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasihnya. Kedua wanita itu m
Read more

Sekeping hati

Mia mengerjapkan mata, mendapati sosok pria berhidung mancung tepat berada di depan wajahnya tertidur dengan tenang. Mia melihat tubuhnya yang tanpa busana di balik selimut yang menutup tubuh mereka berdua. "Oh... Sial," umpat Mia pelan ia pelan-pelan membalikkan badan membelakangi Ali. "Masih pagi, tidurlah lagi kamu pasti capek." Ali memeluk tubuh dan mengecup lembut tengkuk Mia. "Kenapa jadi begini?" keluh Mia penuh sesal. "Kamu menyesal, Sayang? Semua terjadi begitu saja, kita manusia dewasa yang melakukan ini atas dasar saling suka," jawab Ali sambil membalik tubuh Mia kembali menghadapnya. "Tapi ini tidak boleh terjadi, bukan seperti ini.""Aku menyukaimu sejak awal kita bertemu, aku senang sekali bisa bersamamu seperti ini." Pria itu memainkan anak rambut yang menutup wajah Mia, mata mereka saling beradu. Ali mengecup lembut kening Mia. "Mau sarapan apa, Sayang?" Pria itu bangkit
Read more

Ikatan tanpa cinta

Sore telah tiba saatnya pulang ke rumah, bagi orang lain hal paling menyenangkan adalah saat pulang ke rumah. Namun tidak dengan Ali, pulang ke rumah bukanlah hal menyenangkan buatnya, dia lebih senang tenggelam di kantor atau memilih tidur di luar. Di rumah itu ada seorang wanita yang telah bergelar istri, Ali bukanlah pria lajang dia telah lama menikah. Namun pernikahannya seolah hanya formalitas, tak ada keharmonisan yang di rasakan. "Selamat sire, Mas," sapa Puspita istri Ali kala melihat suaminya pulang. "Hmm...," jawab Ali hampir tak terdengar. Pria itu masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Puspita yang tengah di teras. Dia terus masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Keluar dari kamar mandi, di meja telah tersedia teh panas yang dibuatkan oleh Puspita untuknya. Suara ketukan pintu terdengar sebelum pintu dibuka, Puspita masuk ke kamar mengambil baju kotor Ali yang teronggok d
Read more

Sebuah kabar

"Bu, saya harus ke kota sekarang. Ibu masuk rumah sakit, barusan saya dikabarin karyawan warung." Mia terlihat sangat cemas setelah menerima kabar tentang ibunya. "Sakit apa?" Fatimah ikut terkejut mendengar kabar itu. "Belum tahu, hanya bilang masuk rumah sakit saja.""Ya... sudah cepat pulang, biar diantarin Yusuf, Ibu khawatir kamu bawa mobil nggak konsen." Fatimah mencemaskan kondisi Mia yang terlihat bingung. Fatimah langsung meminta Yusuf mengantar Mia ke kota, pria itu dengan sigap langsung menyiapkan mobil, Mia ke kamar menyambar tas dan memasukkan ponsel kemudian bergegas ke mobil, dia lupa memeriksa isi tas, dan dompetnya tertinggal meja kamar. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, meski Mia meminta Yusuf menambah kecepatan, pria itu tetap membawa dengan kecepatan sedang agar aman sampai tujuan. "Ibu tidur aja biar tenang, semua pasti baik-baik saja," hibur Yusuf mencoba menenangkan wanita di sampingny
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status