Semua Bab Money And The Power: Bab 191 - Bab 200
316 Bab
191. Panas (21++)
Delice meminggirkan mobilnya ditepi jalan. Ia memegang tangan Naura yang sedari tadi menunjukkan kecemasan."Renza sudah mengatasinya, sayang. Kau tidak perlu khawatir," kata Delice."Iya. Seharusnya aku tidak seperti ini. Hanya saja, aku merasa menyesal karena tidak mengatakan pada Kiana sedari awal," kata Naura."Hei!" Delice memegang dagu Naura. Ia meminta Naura untuk menatapnya. "Bukan salahmu. Kau percaya takdir, bukan?" sambungnya."Maaf, Delice. Seharusnya aku tidak selemah ini."              Naura yang dulunya lembut, tetap saja menjadi wanita yang lembut. Tidak ada yang berubah darinya meski dari tangan kecilnya, ia sudah membunuh beberapa orang dengan keji."Apa kau tidak merindukanku? Bagaimana kalau malam ini kita tidak pulang dan kau fokus padaku?" ucap Delice."Delice, apa kau suka melakukannya dalam keadaan seperti ini?""Tidak juga. Aku ingin melakukan dalam keadaan apapun karena bersamamu."
Baca selengkapnya
192. Godaan Memikat (Satu)
"Untuk sementara, kau tinggal di sini dulu sampai aku menemukan apartement yang cocok untukmu. Tidak masalah, bukan?"           Mansion begitu besar. Banyak kamar kosong, apalagi kamar untuk tamu. Namun, Arta memilih untuk meminta Agnes tinggal di penthouse miliknya sementara waktu sampai ia menemukan tempat tinggal yang lebih layak untuk Agnes."Kenapa aku tidak tidur di kamarmu saja?" tanya Agnes. "Aku wanita lemah. Bagaimana kalau ada yang berniat untuk menyakitiku?" lanjutnya.           Arta menyumbingkan bibirnya. Kata lemah dan juga ekspresi yang tidak berdaya, terdengar menggelikan di telinga Arta."Aku bukannya tidak mau kau tidur di kamarku, aku hanya tidak ingin," kata Arta sembari membuka pintu penthouse."Apa bedanya?"           Agnes tertarik dengan Arta tapi ia terlalu cuek hingga tidak tahu ketertarikannya sebesar apa. Bahkan tidak dapat dinilai o
Baca selengkapnya
193. Godaan Memikat (Dua)
Tok … Tok … Tok …         Zavier mengetuk pintu kamar Eren. Ia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk bertukar sapa. Sedangkan rasa rindu tidak dapat ia pendam selama itu."Siapa?" Suara Eren menyahut dengan sangat malas. "Aku!" jawab Zavier."Aku siapa?" tanya Eren. Ia membuka pintu dengan malas. "Apa kau sudah tidur? Kalau begitu, besok saja kita bicara lagi," ujar Zavier.          Eren tidak membiarkan Zavier pergi. Ia langsung memeluk Zavier begitu erat dan membawanya masuk ke dalam kamar.            Lelah yang Eren rasakan seperti langsung terbayar oleh kedatangan Zavier. Pelukan manja yang mampu menghilangkan penat yang mengukung otaknya."Hei, jangan menggigit dadaku!" pekik Zavier. Ia mendorong Eren sebisa yang ia lakukan."Pelit!" gerutu Eren.           Zavier yang hanya
Baca selengkapnya
194. Godaan Memikat (Tiga)
Malam ini memang sangat mendukung untuk setiap orang yang memiliki suasana hati buruk. Ken merasakan hal yang sama. Namun, Ken memang memiliki suasana hati buruk setiap malam.          Ken mendatangi Olin di kamarnya di jam istirahatnya. Ia berbaring dengan pangkuan paha Olin yang menjadi bantalan kepalanya.           Sejak kejadian malam itu, hubungannya dengan Olin sedikit renggang. Olin menghindarinya. Ia menjaga jarak untuk tidak melukai siapapun."Olin," Ken mengarahkan tangan Olin yang bergerak ragu untuk menyentuh kepalanya. "Kau boleh menyentuhnya kalau kau mau," kata Ken.           Olin mengusap rambut Ken. Ia membelai setiap helai rambut Ken yang masih tetap hitam karena warnanya belum memudar."Olin, ada yang ingin aku tanyakan padamu," ujar Ken. Mungkin saja jawaban Olin akan menjadi keputusan akhir dalam hubungan mereka.         
Baca selengkapnya
195. Godaan Memikat (Empat)
Setiap orang memiki cerita hidupnya masing-masing. Setiap orang memilki kisah cinta yang juga berbeda-beda. Kiana yang sedang patah hati karena pria yang ia cintai mengenalkan wanita lain sebagai calon istrinya. Renza yang hanya berfokus pada amarahnya. Zavier yang melewati batasan karena cemburu. Delice yang mencoba hal baru. Arta yang sedang jatuh cinta, dan Zeki yang saat ini diam mematung menatap foto-foto Kiana yang sudah ia tumpuk untuk dibakar.                Sudah tiga minggu berlalu sejak saat itu, Kiana belum memberikan kabarnya. Zea juga berada pada posisi yang sama sulit. Ia yang tidak tahu menahu tapi harus terseret dalam persoalan yang tidak ia ketahui.“Ze, kalau kau mencintainya, kenapa kau tidak mengejarnya? Jelaskan saja padanya tentang hubungan kita yang tidak seperti yang dia bayangkan. Aku yakin dia akan mengerti. Aku tidak masalah tidak kau nikahi. Sejak awal, aku me
Baca selengkapnya
196. Godaan Memikat (Lima)
"Mau aku bantu untuk membakarnya?"          Apalah daya, dia selalu datang saat Kiana tidak memiliki pundak untuk bersandar. Kiana tidak bisa menyembunyikan perasaan yang kali ini lebih terluka. "Rael!" ucap Kiana, lirih. "Apa yang yang kau lakukan di sini? Bibirku kenapa?" tanya Kiana.            Rael tersenyum tanpa menunjukkan seluruh wajahnya. Sampai detik ini, Kiana tidak tahu seperti apa wajah Rael jika ia menyibakkan rambutnya."Kenapa harus mempertanyakan keadaanku? Keadaanmu sendiri, bagaimana?" tanya Rael."Aku? Tentu baik-baik saja."           Mau berusaha seperti apapun, Rael tidak akan bisa dibohongi. Ia bahkan bisa mendengar aliran darah yang mengalir pada setiap syaraf."Lukamu itu baru. Siapa yang memukulmu?" tanya Kiana. Setidaknya, ia ingin mendengar cerita orang lain sehingga ia bisa melupakan luka hatinya meski hanya sejenak.
Baca selengkapnya
197. Godaan Memikat (Enam)
Tuan Don membuat semacam perjamuan kecil untuk menyambut lima pemimpin perusahaan. Ia membawa dua orang jenius yang akan sulit disingkirkan."Perjamuan semewah ini, Anda bilang perjamuan kecil. Sungguh luar biasa, Tuan," ucap Jordan. "Terima kasih. Aku anggap itu sebagai pujian. Tapi, Jordan. Aku kecewa padamu," kata Tuan Don.          Jordan mengerutkan keningnya. "Maaf, Tuan. Bisakah Anda mengulanginya? Saya khawatir kalau saya salah dengar," ucap Jordan.Prang!           Jordan mendapatkan satu lemparan gelas yang terisi oleh red wine. Jordan menaikkan sebelah tangannya. Ia tidak mengizinkan pemimpin lainnya ikut campur."Apa ini sikap Anda, Tuan?" ujar Jordan. Ia tidak mempermasalahkan pelipisnya yang berdarah dan pakaiannya yang ternoda. "Anda mencoreng wajah saya dihadapan pada tamu lain. Apa Anda juga siap untuk menerima rasa malu?" sambungnya. "Kau pikir, siapa dirimu
Baca selengkapnya
198. Godaan Memikat (Selesai)
                 Tinggal dalam satu atap, membuat Kiana lebih sulit untuk melupakan setiap kejadian yang mengingatkannya pada kenangan manis yang berujung pahit. Namun, mansion begitu besar yang bisa menampung ribuan orang, memberikan keuntungan tersendiri untuk Kiana. Kiana hanya perlu menghindari mereka yang tidak ingin ia temui saat jam makan bersama. Kiana juga harus melewati jalan yang bisa membuatnya bertemu dengan mereka berdua.                Menghindar adalah rencana tapi bagaimana jika Zea sendiri yang mendatangi Kiana? Pagi hari yang begitu cerah, Kiana memetik mawar yang sedang merekah. Mawar merah yang durinya membuat jarinya tertusuk karena sangat tajam.“Akh!” pekik Kiana.“Pakai saja sapu tangan milikku.”        &n
Baca selengkapnya
199. Kejutan Indah
                                  Agnes memasang ekspresi bingung pada wajahnya. Ia diam dan menurut ketika Arta memakaikan jaket padanya. Padahal sudah jelas-jelas mereka akan pergi berkencan tapi Arta malah menutupi dress cantik yang sudah Agnes pilih.                 Di dalam bag berwarna biru, Arta mengeluarkan sepatu dengan ukuran kaki Agnes. Agnes tiba-tiba saja menjadi kesal dan suasana hatinya menjadi buruk. Akan tetapi, Arta berjongkok dan mengganti heels yang Agnes pakai dengan sepatu yang sudah ia beli. “Kencan-kencan kita selama ini terlalu monoton. Aku akan memberikan kesan yang baru,” ucap Arta sembari menengadah ke atas. “Kau cantik. Setiap hari, setiap saat, kau terus saja terlihat cantik. Bagiku, tanpa kau menyempurnakan penamp
Baca selengkapnya
200. Cemburu Yang Manis
                                    Zavier sedang merencanakan untuk membuat kencan yang berkesan. Ia membutuhkan wanita lain yang lebih tahu untuk membantunya. Zavier tidak bisa meminta bantuan Kiana. Ia lebih memilih untuk meminta bantuan seniornya. “Akhirnya semuanya selesai,” ucap Zavier. Ia merasa lega. “Kak, terima ini. Ini bayaran karena Kakak sudah membantuku,” lanjutnya. “Aku tidak menerima bayaran uang.”                 Zavier sedikit bingung mengartikannya. “Lalu apa?” tanya Zavier. Ia tidak ingin tersesat karena menebak-nebak. Lebih baik langsung menanyakannya dengan jelas.                 Senior tersebut menarik kerah kemeja Zavier dan m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
32
DMCA.com Protection Status