Tak menunggu lama, ia telah tiba di rumah makan miliknya. Dengan beberapa menu makanan dan minuman terhidang di atas meja. Melahap makanan, hingga tangannya berhenti karena gawai berdering. Nama Lidya nampak memenuhi layar cerahnya. "Iya, Lidya?""Mas cakra di mana?" "Aku makan di luar. Ada apa?""Buruan pulang, ya. Bapak di kos. Mau ketemu sama mas cakra, katanya," Suara dari ujung telepon itu sukses membuatnya membelalak. "Bapak?" Tanyanya lagi. Masih belum percaya dengan yang didengar dari Lidya di sana. "Iya, mas. Bapak. Mau ketemu sama mas, katanya," Suara Lidya lagi, kali ini lebih diperjelas dari sebelumnya. "Eh. Iya, bentar dulu, ya. Aku, masih makan ini," Ia menjawab dengan suara kikuk. Dalam hati heran sendiri, untuk apa pak Damar itu datang ke kota? Apakah hanya untuk bertemu dengannya? "Ada apa, ya? Jangan-jangan .... " Ia menggeleng cepat, menepis pikir
Read more