Beranda / Romansa / Mengukir Impian Baru / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Mengukir Impian Baru: Bab 101 - Bab 110

114 Bab

Bab 101 - Penyelamat

“Oh, tidak. Tidak. Jangan sekarang.” pekiknya panik. Ayahnya segera memegang tangannya kembali. “Vita, apakah kamu tidak apa-apa?” tanya Om Gunawan kebingungan. “Aku tidak apa-apa. Pernikahan harus diteruskan. Aku tidak apa-apa, Pa,” ucap Jovita yang mencoba untuk kembali berdiri dengan tegak, tetapi tidak bisa. Dia harus ditopang oleh ayahnya. “Tidak bisa. Kamu akan segera melahirkan.” Kalimat Om Gunawan itu mengundang istrinya juga beberapa tamu untuk maju ke altar. “Kita harus ke rumah sakit sekarang. Usia kandungannya baru tujuh bulan, air ketuban sudah pecah. Ini pertanda buruk.” ucap Tante Hesti panik. “Ayo, Pa. Kita tidak bisa menunggu sampai ambulans datang. Kita harus pergi sekarang.” “Tidak, Ma. Pernikahannya harus diteruskan,” ucap Jovita bersikeras. Beberapa orang menggotongnya keluar dari pintu yang baru saja dimasukinya tadi dengan penuh rasa percaya diri. Lydia melihat ke arahku dengan kesal, lalu mengikuti rombongan yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-05
Baca selengkapnya

Bab 102 - Kritis

Suara dan bunyi di sekitarku sangat mengganggu. Aku masih mengantuk, tetapi kumemaksa untuk membuka mata ingin meminta agar semuanya diam. Kepalaku terasa sakit sekali. Saat nyerinya berkurang, aku kembali membuka mata dan melihat ke sekelilingku. Aku hanya melihat warna putih. Langit-langit, tirai, semuanya berwarna putih. Apakah aku sedang berada di surga? Apa yang terjadi sehingga aku berada di ruangan ini? Merasakan sentuhan pada kedua tanganku, aku menoleh. Di sebelah kiri ada seorang pria, sedangkan di sebelah kanan seorang wanita. Mereka mengatakan sesuatu yang tidak bisa aku dengar. “Tidak apa-apa, Om. Dia hanya sedang membiasakan diri setelah beberapa jam tidak sadarkan diri.” Aku sayup-sayup mendengar suara Kakak. Kemudian dia berada dalam jangkauan penglihatanku. Dia berdiri di dekat kepalaku. “Hai, Este. Kamu sudah membuat kami semua khawatir.” “Kakak,” kataku pelan. Suaraku terdengar serak. Barulah aku menyadari bahwa aku sangat haus. “Aku haus.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-06
Baca selengkapnya

Bab 103 - Sebuah Kebohongan

Aku dan Celeste berlari menyusuri koridor, tidak peduli dengan peringatan yang disampaikan oleh setiap suster yang berpapasan dengan kami. Tunanganku sudah menangis sejak berada di dalam mobil. Aku juga ikut gelisah, Biar bagaimana pun, gadis itu telah menolong kekasihku. Aku tidak bisa tidak merasa bersalah andai sesuatu yang buruk terjadi kepadanya. Keadaan di luar ruang ICU benar-benar kacau. Para pria bertubuh tinggi dan kekar itu tidak lagi menahan diri mereka seperti yang aku lihat semalam. Wajah mereka semua basah oleh air mata, tanpa terkecuali. Aku sampai memikirkan hal yang terburuk telah terjadi. Ternyata tidak. Raven masih hidup dan sedang berjuang antara hidup dan mati. Aku menghela napas lega. “Apa yang terjadi?” tanyaku kepada Theo. Satu-satunya orang yang masih mampu menahan emosinya. Wajahnya basah oleh air mata, tetapi dia tidak menangis meraung seperti anak buahnya. “Scarlett,” jawabnya singkat. Hanya satu kata itu saja, aku sudah mengerti.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-06
Baca selengkapnya

Bab 104 - Kesalahan Besar

Jonah tidak mengatakan apa pun saat dia terburu-buru mengajakku pergi dari butik. Ketika tiba di rumah sakit, aku menatapnya dengan bingung. Itu bukan rumah sakit yang sama di mana Raven sedang dirawat. Berarti ini adalah rumah sakit di mana Vita dan bayinya berada. Saat melihat sendiri bagaimana Vita bersikap seolah-olah Jonah adalah miliknya membuatku ingin muntah. Tetapi di sisi lain, aku kasihan kepadanya. Apakah tidak pernah ada kata cukup dalam hidupnya? Apakah menjadi istri Jason masih kurang sehingga dia menginginkan Jonah juga? Anak yang dilahirkannya adalah seorang laki-laki. Dia akan mendapatkan bagian juga dalam keluarga besar Ayah. Jadi, dia tidak perlu mengkhawatirkan masa depan anaknya dan Jason. Aku menahan diri untuk tidak marah kepadanya ketika dia mendorong tubuhku menjauh dari mobil Jonah. Aku duduk di jok belakang dan hanya diam melihat tangannya beberapa kali menyentuh bahu, tangan, atau paha tunanganku. Jonah yang tidak memedulikannya sudah cuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-07
Baca selengkapnya

Bab 105 - Berduka Lagi

“Tidaaaakkk!!” pekik Vita menyayat hati. Dia mendekati Yosef dan memukulinya. “Mengapa kamu melakukan itu?! Mengapa kamu mengambilnya dariku?! Jasooon …. Jaaaccee …. Dia tidak bersalah. Akulah yang bersalah. Bunuh saja aku. Aku sudah tidak kuat lagi. Jasoonn …!” Yosef hanya menangis di lantai. Dia bersimpuh dengan wajahnya beralaskan tangannya yang berada di atas karpet. Pandanganku mengabur karena air mata. Lebih mudah menerima kematian Jason karena sebuah kecelakaan dibandingkan dengan seseorang sengaja menginginkan kematiannya. Dia bukanlah pria yang sempurna tetapi dia dikagumi banyak orang. Bagaimana bisa orang sepertinya mati dengan cara yang mengenaskan? Dia dibunuh oleh saudara sepupunya sendiri. Bunda menangis meraung memanggil nama putranya. Bahkan Ayah tidak kuasa menahan diri dan mereka menangis bersama. Tetapi apa yang bisa kami lakukan lagi? Jason sudah pergi untuk selamanya. Dia bahkan tidak tahu bahwa dia menikahi wanita egois yang tidak mengandung an
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-07
Baca selengkapnya

Bab 106 - Sehari Tanpamu

Acara menonton itu jadi terasa aneh karena teman-temanku sesekali menoleh ke arah Kak Nevan dan Naura. Mereka berdua duduk dengan tegak dan menjaga jarak, sangat berbeda dengan posisi duduk mereka sebelumnya yang sangat dekat. Hanya aku yang mengetahui mengenai hubungan mereka, jadi wajar jika teman-temanku percaya tidak percaya melihat mereka bersama. Begitu film berakhir, kami keluar bersama melalui pintu keluar. Kakak dan Naura berjalan dengan kaku saat mendekati kami yang menunggu mereka di depan elevator. Tidak ada seorang pun yang bicara, maka aku juga tidak mencoba untuk mencairkan suasana. “Kalau kalian tertarik, bagaimana jika kita ke restoran dan ikut menghabiskan sisa bahan makanan untuk minggu ini?” tanya Nola yang sedang membaca pesan yang ada di ponselnya. “Ayahku mengirim pesan. Dia koki di sana.” Nola menoleh ke arahku. “Tidak hanya makanan berat yang disajikan, ada juga menu makanan ringan. Ayo, kita ke sana,” ajakku. Retno dan Sari menoleh k
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-09
Baca selengkapnya

Bab 107 - Kenanganmu

Semuanya terasa tidak berarti lagi untukku. Mengetahui sebuah fakta dibandingkan dengan mendengar langsung pengakuan dari orang jahat yang telah melakukannya adalah dua hal yang berbeda. Yang satu terlihat tidak nyata, ketika yang satu lagi menyerangmu pada titik yang paling menyakitkan. Jantungmu. Aku hanya bisa diam mendengar alasan yang Jovita ucapkan dan Yosef utarakan sehingga mereka melakukan semua ketidakadilan itu. Cinta, nafsu, harta, kedudukan, apa artinya semua itu jika nurani mati? Mereka tidak hanya mengorbankan masa depan seseorang, tetapi juga nyawanya. Pada Minggu pagi, aku berlari hingga kepalaku berhenti berpikir. Aku tidak bisa memejamkan mata sekejap pun semalam dan tubuh serta jiwaku sangat letih. Rasa sakit saat pertama kali mengetahui Jason pergi tidak seperih ini. Setelah tahu apa yang dialaminya menjelang hari kematiannya membuat rasa kehilangan itu semakin menyakitkan. Paru-paruku terasa begitu sesak dan aku mulai kesulitan bernapas,
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-09
Baca selengkapnya

Bab 108 - Perjanjian Pranikah

Celeste terlihat sangat bahagia saat aku menjemputnya dari tempat kerjanya. Dia tidak berhenti bicara mengenai pekerjaannya, rekan-rekannya, dan berita viral yang mereka bicarakan. Iya, itu adalah berita yang paling menggegerkan sepanjang hari ini. Penangkapan Om Gunawan, Jovita, dan Yosef. Hukuman Jovita akan sangat berat karena aku memberikan rekaman CCTV restoran di mana dia berusaha untuk menyakiti tunanganku. Yang sebentar lagi sudah bukan milikku lagi. Merencanakannya ternyata tidak semudah melakukan. Aku terdiam cukup lama di dalam mobil saat kami sudah sampai di pekarangan rumahnya. Mungkin dia berpikir aku tidak berniat membukakan pintu untuknya sehingga dia mengucapkan selamat malam dan memegang kenop pintu. Tetapi aku memintanya untuk menunggu. Aku hanya berniat untuk menyentuh wajahnya dan melihatnya untuk terakhir kalinya. Sayangnya, tubuhku mempunyai rencananya sendiri. Aku menciumnya seolah-olah itu adalah ciuman terakhir kami. Selamanya aku tidak akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-09
Baca selengkapnya

Bab 109 - Bicarakan dengan Baik

Berani-beraninya dia mengakhiri hubungan begitu saja tanpa memberi penjelasan apa pun kepadaku. Aku bicara, berteriak, memohon, tetapi dia hanya mengabaikan aku. Tanpa perasaan sedikit pun, dia melajukan mobilnya pergi dari hadapanku. Dia boleh saja memasang wajah dingin tanpa ekspresinya itu. Tetapi aku tahu bahwa hatinya masih untukku. Dia bisa membohongi semua orang dengan omongan kasarnya, tidak denganku. Aku hanya perlu berusaha lebih keras untuk meyakinkannya lagi. Kami berdua diciptakan untuk bersama. Telepon dariku tidak diacuhkannya sepanjang malam itu. Aku tidak peduli, aku terus mengganggu dia. Jika aku tidak bisa tidur, maka dia juga tidak. Karena apa yang terjadi kepadaku adalah karena ulahnya. Aku hanya membutuhkan penjelasan. Aku berhak diperlakukan lebih baik dari ini. “Mengapa kalian masih mengikuti aku?” tanyaku kepada kedua pengawal yang langsung berjalan di sisiku saat aku keluar dari mobil Jonah. Dia yang menginginkan hubungan kami berakh
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-10
Baca selengkapnya

Bab 110 - Diciptakan untuk Bersama

“Ada apa denganmu?” Aku menguatkan diriku untuk tetap bertahan menghadapinya. Tubuhku masih bergetar akibat kekuatan amarahnya. “Ini rumahku, jadi tolong jaga sikapmu.” “Kamu tidak bisa menikah dengan pria lain.” Dia berdiri dari tempat duduknya. “Apa?” Aku menatapnya tidak percaya. “Memangnya kamu siapa melarangku untuk menikah? Aku yakin Papa dan Kakak akan setuju dengan pria pilihanku. Dan hanya restu dari mereka yang aku butuhkan. Kamu dan aku bukan siapa-siapa lagi. Kita sudah putus, ingat?” “Dan kamu tidak akan mencium pria lain.” Dia berjalan mendekatiku. “Yang benar saja. Mana ada pasangan suami istri yang tidak pernah berciuman.” Aku mendengus mengejeknya. Dia berhenti di depanku dan menarik lenganku sehingga aku berdiri begitu dekat dengannya nyaris menyentuh dadanya. Aku meletakkan kedua tanganku di dadanya memberi jarak di antara kami. “Kamu juga tidak akan bercinta dengan pria lain.” Tangannya melingkari pinggangku dan bibirnya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status