Home / Romansa / Mengukir Impian Baru / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Mengukir Impian Baru: Chapter 61 - Chapter 70

114 Chapters

Bab 61 - Ini Mimpiku

“Selamat pagi.” Aku memasuki ruang makan dengan langkah terseret.Nola curhat semalaman mengenai pertengkarannya dengan orang tuanya. Mereka ingin dia bekerja di sebuah perusahaan yang besar, sedangkan sahabatku ingin melamar lowongan sebagai akuntan di restoran milik Papa. Dia ingin bisa bekerja dekat dengan ayah dan ibunya.Akibatnya, pagi ini aku bangun dalam keadaan masih mengantuk. Badanku sakit semua tetapi perutku yang lapar tidak bisa lagi aku tahan. Aku terpaksa turun untuk mengisi perut. Beberapa pelayan libur pada hari Minggu, jadi aku tidak mau membebani salah satu dari mereka yang tetap bekerja untuk mengantar sarapan ke kamar.“Pagi, sayang,” jawab Papa.“Pagi, Este,” balas Kak Nevan.“Pagi,” Suara ketiga membuatku mengarahkan pandangan kepadanya. Seorang pria duduk di sebelah kursi yang biasanya aku duduki.“Jonah? Ada apa kamu datang sepagi ini?” tanyaku heran. Oh, a
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

Bab 62 - Melepas Kerinduan

“Mengapa kamu diam saja?” tanyanya. “Apakah kamu tidak suka dengan ide itu?”“Aku menunjukkan semua ini kepadamu bukan karena aku ingin kamu mewujudkannya untukku. Aku menunjukkannya untuk berbagi impianku.”“Kamu menyusun semua ini saat kamu masih sendiri. Kamu sudah memilikiku sekarang, mengapa kamu harus berusaha sendiri untuk mewujudkannya? Impianmu adalah impianku juga. Uangku adalah uangmu juga.”“Memangnya, apa impianmu?” tanyaku ingin tahu. Dia sudah memiliki segalanya. Apa lagi yang akan diharapkan oleh orang-orang seperti dia?“Aku ingin orang-orang bisa melihat potensiku tanpa membanding-bandingkan aku dengan Jason. Aku tidak akan bisa menjadi direktur utama, tetapi setidaknya aku bisa menjadi yang terbaik walaupun hanya mendapatkan posisi kedua,” katanya. “Ada banyak orang yang takut menjadi orang kedua. Aku tidak. Posisi tidak menentukan kualitas seseorang.”
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

Bab 63 - Drama

Celeste begitu senang saat menerima surel balasan dari salah satu perusahaan yang dilamarnya. Aku ikut bahagia mendengar kabar itu darinya. Dia bertanya apa yang harus dia lakukan setelahnya. Aku memintanya untuk membaca baik-baik isi dari surel balasan mereka. Dia diminta untuk datang pada tempat dan lokasi yang mereka tentukan untuk mengikuti psikotes. Awal yang baik.Aku menjemputnya dari rumah pada hari ujian. Papa dan Nevan tidak bisa melakukannya. Aku mulai berpikir bahwa sudah saatnya untuk membelikan mobil untuknya. Tetapi aku membuang jauh-jauh ide itu. Bila dia punya mobil sendiri dan seorang sopir, maka aku tidak punya alasan untuk bertemu dengannya di luar jadwal kencan kami.Walaupun mengantar dan menjemputnya lebih merepotkan, setidaknya kami bisa menikmati waktu bersama, juga bisa memeluk dan menciumnya setiap kali kesempatan itu datang.“Huff …. Aku gugup sekali.” Dia meletakkan tangan kanannya di dada kirinya.“Ka
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

Bab 64 - Menunggu

Setelah wanita tak dikenal menggodanya di kafe, berikutnya aku harus melihat Vita berlari dalam pelukan tunanganku? Ada apa dengan semua wanita yang ada di sekitar Jonah? Mengapa mereka mendadak tertarik kepadanya? Di saat aku membenci laki-laki itu dengan sepenuh hatiku, ada di mana mereka semua? Mengapa setelah cinta tumbuh semakin kuat dalam diriku untuknya, mereka malah mencoba untuk merebutnya dariku?Aku tahu bahwa aku tidak seharusnya marah kepada Jonah. Tetapi kepada siapa lagi aku bisa mengungkapkan kekesalanku kalau bukan dia? Aku harus bisa mengendalikan rasa cemburuku. Atau Jonah akan tahu bahwa aku mencintainya. Aku tidak bisa menikah sekarang. Aku ingin bekerja dan akan butuh banyak waktu untuk beradaptasi nanti. Aku tidak akan punya waktu untuk suami.Meskipun suasana hatiku buruk, kencan kami pada hari Minggu itu berjalan dengan baik. Kami makan siang bersama di restoran pilihanku. Lalu kami menonton film bersama. Menjelang sore, dia membawaku ke sebuah
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

Bab 65 - Penerus

“Bukankah itu Jonah?” tanya Nola. Dia sedang melihat ke arah yang sama denganku. “Mengapa dia pergi dan tidak menyapa kita?” “Mungkin dia akan makan malam bersama rekan kerjanya, jadi dia tidak bisa ke sini.” Aku berusaha menutupi rasa kecewaku dengan melanjutkan memakan es krimku. Setelah es krim habis, Nola mengajakku untuk makan malam bersama. Tetapi aku menolak. Aku tidak ingin makan bersama Pras dan adiknya juga. Nimas terlihat kecewa, namun aku tidak peduli. Aku tidak ingin sahabatku punya hubungan apa pun lagi dengan Pras, juga keluarganya. Kami keluar bersama dari kafe dan aku tidak suka melihat Pras dan adiknya juga ikut bersama kami menuju pintu keluar mal. Apa mereka tidak bisa berpura-pura mengambil jalan yang berbeda dari kami? Nimas setuju dengan keputusan Nola mengakhiri hubungannya dengan Pras, lalu mengapa dia kelihatan senang saja kami menghabiskan waktu bersama mereka lebih lama? Sesuatu membekap mulutku dan sebuah lengan yang kuat
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

Bab 66 - Pembalasan

“Ayah?” tanyaku saat melihat dia berdiri di halaman samping. Aku sudah beberapa kali mengelilingi pekarangan rumah tidak mendapatinya sedang berada di sana. Aku berjalan mendekatinya. “Masalah apa yang membuat Ayah susah?”“Kamu memang selalu tahu bila ada yang tidak beres.” Ayah tertawa kecil.“Ayah terlalu mudah dibaca,” kataku setengah mengejek.“Gunawan menceritakan bahwa perusahaannya sedang dalam keadaan sulit,” jawabnya pelan. “Dia meminta bantuanku. Kita tidak punya hubungan kerja sama dengannya, jadi aku menolak.”“Om Gunawan mengancam Papa jika kita tidak membantu mereka?” tebakku. Semakin lama topeng keluarga itu semakin terbuka. Dari cara mereka memaksa masuk ke rumah Celeste, aku tahu bahwa keluarga ini bukanlah keluarga baik-baik.“Mereka akan menyebarkan isu bahwa kita menolak menolong keluarga sendiri tetapi mudah saja menolong orang lain. Bism
last updateLast Updated : 2021-09-17
Read more

Bab 67 - Tuduhan

Fabian menyerahkan aku kepada sekretaris Ayah, lalu dia pamit untuk kembali ke ruangannya. Aku hanya mengangguk, tidak tahu harus menjawab apa. Walaupun aku sudah dua kali datang ke kantor Jonah dan bertemu dengannya, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Tunanganku suka bersikap berlebihan bila aku terlalu akrab dengan laki-laki lain. Wanita itu mengetuk pintu ganda di depan kami dan terdengar suara Ayah mempersilakan masuk. “Nona Celeste Renjana, Pak,” ucap wanita itu setelah membuka pintu. “Silakan masuk, Nona.” “Terima kasih,” ucapku dengan sopan. Aku melihat tidak hanya Ayah yang berada di ruangan itu, tetapi juga Bunda dan Vita. “Ayo, duduk, Nak,” ucap Ayah mempersilakan. “Aku benar-benar beruntung mempunyai putra-putra yang tampan. Mereka memberiku dua putri yang sangat cantik.” “Bohong itu dosa, Yah,” kataku setelah duduk di kursi kosong di sebelah kirinya sehingga aku duduk berhadapan dengan Bunda. Aku tidak tahu mengapa bukan Vita yang du
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Bab 68 - Kabar Bahagia

Saat aku mengenali pemilik ciuman itu, aku membalasnya. Seolah-olah itu adalah sinyal yang dia tunggu, dia pun menjauhkan wajahnya dariku. Jonah menatapku sesaat dengan mata dinginnya. Kemudian dia melingkarkan tangannya di bahuku dan mengajakku untuk keluar. Aku tersenyum penuh kemenangan ke arah kedua wanita tadi sebelum kami menjauh.“Jonah, tasku ….” Aku belum selesai mengucapkan kalimatku, dia memberikan barang yang aku maksudkan. “Oh. Terima kasih.”“Kamu mau makan apa?” ucapnya mengajukan pertanyaan favoritku.“Aku ingin makanan pedas. Hotplate ayam lada hitam!” seruku begitu menu tersebut bermain di kepalaku. Duh, aku mendadak lapar. Padahal tadi sudah makan dua porsi roti isi dan hotdog.“Ada restoran di sekitar sini yang menyediakan menu itu. Kita makan di sana lalu aku akan mengantarmu pulang.” Jonah hanya menganggukkan kepalanya saat petugas keamanan menyapanya. K
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Bab 69 - Restoran Baru

Belum pernah terjadi di dalam hidupku. Seseorang bisa membuat rohku nyaris meninggalkan tubuhku. Itu bukan satu kali, melainkan dua kali dalam waktu yang berdekatan. Pertama, melihat seorang laki-laki bertubuh besar mencekik lehernya dengan mata kepalaku sendiri. Sekarang, seseorang mendorongnya saat dia berdiri di dekat tangga.Aku memanggil namanya dengan suara bergetar, begitu ketakutan akan kehilangan dirinya. Secepat yang aku bisa, aku meraih apa pun darinya yang terdekat denganku. Aku berhasil menangkap tangannya dan menariknya dalam pelukanku. Lalu ruangan itu seolah-olah senyap. Hanya ada aku dan dia dengan detak jantung kami yang begitu cepat seakan-akan sedang berkejaran.“Syukurlah,” ucapku dengan menghembuskan napas penuh kelegaan. Hanya beberapa orang di dekat kami saja yang melihat kejadian tersebut. Selebihnya tetap asyik dengan antrian dan obrolan mereka. “Silakan ambil makanannya, Pak, Bu. Kami tidak apa-apa.”Aku tidak a
last updateLast Updated : 2021-09-19
Read more

Bab 70 - Selamat Malam

Aku berencana ke toilet ketika mendengar suara Jonah dan Papa sedang berbincang. Karena rasa penasaranku menang, aku mengurung niatku semula. Aku berjalan mendekati ruang kerja Papa. Jonah menyebut tentang penipu, uang ganti rugi, dan membangun restoran baru. Mengapa mereka membahas mengenai masa lalu lagi? Bukankah urusan gedung restoran baru itu sudah selesai. Gedung itu sudah dibeli orang lain lewat acara lelang. Kerugian yang dialami Papa juga sudah diatasi. Tetapi mendengar percakapan mereka lebih lama, aku akhirnya mengerti. Jonah yang telah memberi pelajaran kepada penipu itu. Lalu dia menawarkan peminjaman untuk modal Papa membangun cabang restoran baru. Mengapa dia melakukan itu? Dia bukan tipe orang yang mau repot-repot memikirkan kepentingan orang lain. Mengapa dia membantu mewujudkan impian Papa sejak lama? Ketika Jonah pamit, aku bergegas menuju kamar kecil khusus wanita. Aku tidak ingin berada dalam situasi canggung di mana aku telah mencuri den
last updateLast Updated : 2021-09-20
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status