Home / All / RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA: Chapter 1 - Chapter 10

19 Chapters

Rekaman CCTV

"Mas kok rambut kamu basah?" tanya Alda. Dan ini bukan sekali dua kali Alda memergoki rambut suaminya yang basah setiap pulang dari kantor. "Oh ini, tadi kemeja aku ketumpahan kopi. Karena basah sama kotor juga, jadi aku mandi sekalian," jawab Faris. Raut wajahnya terlihat panik. Selalu ada alasan yang membuat istrinya yakin dan percaya. "Oh, ya sudah. Mau makan atau buat kopi dulu," tawarnya. "Kopi aja, tadi aku udah makan," jawab Faris. Gegas Alda beranjak turun ke bawah, lalu menuju ke dapur. Di kamar, Faris buru-buru mengganti pakaiannya, usai mengganti pakaian, lelaki berkaos putih itu berjalan menuju sofa dan menjatuhkan bobotnya di sana. Faris mengambil ponselnya untuk mengecek apa ada pesan atau tidak. Selang beberapa menit, pintu kamar terbuka, seorang wanita berjilbab masuk ke dalam sembari membawa secangkir kopi kesukaan suaminya. Melihat istrinya datang, Faris langsung menyembunyikan ponselnya. 
Read more

Alat Pelacak

"Terima kasih ya, Pak. Tolong kirim rekaman CCTV ini ke saya," pinta Alda. "Tapi, Bu. Saya takut kalau nanti .... ""Bapak tidak perlu takut, Bapak akan aman." Alda memotong ucapan pak Hary. "Baik, Bu." Pak Hary mengangguk. Setelah itu, pak Hary segera mengirim rekaman CCTV tersebut seperti yang Alda minta. "Sudah, Bu," ujar pak Hary. "Iya, Pak terima kasih. Oya untuk selanjutnya tolong, Bapak kirim rekaman CCTV  di ruangan, pak Faris sebelum dihapus," pinta Alda. "Baik, Bu." Pak Hary mengangguk paham. "Sekali lagi terima kasih ya, Pak. Kalau begitu saya permisi," ujar Alda lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut. Alda kembali berjalan menuju ruangan suaminya, ia ingin tahu apa mereka telah selesai dengan aktivitasnya atau belum. Sejujurnya Alda bisa mendobraknya sekarang juga, tapi ia ingin tahu apa motif suaminya berselingkuh. "Hany, apa belum keluar tamuny
Read more

Kejutan untuk Sinta

"Wanita itu," desisnya. Mata Alda terus menatap wanita paruh baya itu. "Dia sudah merebut papa dariku dan juga mama, sampai akhirnya mama tiada gara-gara wanita itu. Dan Sinta, mungkinkah dia anaknya, yang sekarang juga merebut suamiku." Tangan Alda mengepal, ingin rasanya ia melabrak mereka. Namun, sebisa mungkin Alda tahan, ia akan memberi pelajaran untuk wanita penggoda suami orang. "Kamu memang sudah menghianatiku, Mas. Tapi aku tidak akan melepaskan kamu begitu saja," gumamnya. Setelah itu ia mengambil ponselnya untuk menghubungi nomor suaminya. "Jalan, Mang." Alda menyuruh mang Udin untuk menjalankan mobilnya, sementara dirinya mencoba menelpon suaminya. [Assalamu'alaikum, Mas ada di mana][Wa'alaikumsalam, ini lagi lembur memangnya kenapa]"Lembur di rumah selingkuhan," batin Alda. [Mas bisa pulang sekarang nggak, perut aku kambuh lagi][Apa?! Iya, iya, aku pulang sekarang]Samb
Read more

Jebakan untuk Sinta

Alda tersenyum melihat ekspresi wajah Sinta yang sudah seperti maling ketangkap basah. Apa yang Alda lakukan belum seberapa, masih banyak kejutan yang lain. Rasanya Alda tidak sabar melihat kejadian yang akan terjadi selanjutnya. "Aku pikir tadi Alda datang sendiri, nggak tahunnya sama kamu," ucap Faris. "Mumpung ada waktu yang longgar, jadi aku terima tawaran Alda untuk makan siang bareng," sahut Rian. Rian merupakan sepupu Faris, pria yang usianya dua tahun lebih muda dari Faris itu, berprofesi sebagai fotografer majalah dewasa. "Dia .... " Rian menggantung ucapannya. Sementara wajah Sinta sudah pucat pasi, rasanya Alda ingin tertawa melihat raut wajah Sinta. "Dia Sinta, sekretaris aku di kantor," ujar Faris. Sementara Rian hanya mengangguk. "Wajahnya seperti tidak asing, mirip ... ah terlalu banyak model yang aku potret jadi sedikit lupa. Tapi wajahnya sangat familiar," ungkap Rian. "Kebanyakan lihat mo
Read more

Petaka Tisu Magic

Drrtt pintu terbuka, bersamaan dengan itu, Rian pergi melalui jendela yang tentunya sudah dipersiapkan. Sementara itu, Sinta masih terlihat panik, wanita itu khawatir jika nanti rahasia masa lalunya terbongkar. "Sinta kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan." Faris berjalan menghampiri Sinta, lalu duduk di sebelahnya. "Mas, aku, tadi ada ... aku nggak apa-apa kok." Sinta gugup sendiri harus bagaimana cara menjelaskannya. "Ya sudah, tapi kamu nggak apa-apa kan?" tanya Faris untuk memastikan. "Iya, aku nggak apa-apa." Sinta menggelengkan kepalanya. "Ya sudah, kamu udah makan apa belum?" tanya Faris. "Belum, aku nggak lapar," jawab Sinta. Meski sedang berbicara dengan Faris, tetapi otaknya terus memikirkan kejadian tadi. "Makan dulu ya, tadi aku bawain makanan kesukaan kamu." Faris membujuk Sinta agar mau makan. Setelah dibujuk, akhirnya Sinta mau makan, tentunya dengan disuapi oleh san
Read more

Jatuh di Toilet

Dari balik jendela Rian tersenyum puas, ia berhasil membuat dua pasangan itu bertengkar. Rian memang yang melakukan itu, menaruh tisu magic di tas milik Sinta. Setelah itu, Rian memilih untuk pulang, ia akan memikirkan rencana selanjutnya. Sementara itu, Faris serta Sinta masih saja berdebat, Sinta tidak terima dengan tuduhan Faris, jika ia selingkuh. Namun, ada benda yang memang tidak pernah mereka gunakan, memicu pertengkaran. Karena selama mereka bersama, tak sekalipun Faris menggunakan barang tersebut. "Terus kalau bukan milik kamu, ini milik siapa?! Nggak mungkin punya orang lain ada di tas kamu," ujar Faris yang sudah tersulut emosi. "Sumpah, Mas. Aku nggak tahu itu milik siapa." Sinta terus mengelak, karena memang ia tahu itu tisu magic milik siapa. Faris menghela napas kasar. "Ok, kali ini aku percaya. Tapi awas kalau sampai kamu ketahuan selingkuh.""Iya, Mas. Aku nggak mungkin selingkuh," ujar Sinta. Ia merasa lega
Read more

Kepergok di Kantor

Dari sisi dinding Sinta tersenyum, dia yang mendengar jika Alda akan datang ke kantor. Dengan licik merencanakan sesuatu untuk mencelakainya. Entah memang nasib buruk Alda, sehingga Sinta berhasil membuatnya celaka. "Mampus kamu," gumamnya. Setelah itu Sinta memutuskan untuk pergi. Sepuluh menit kemudian, Faris yang mendengar jika istrinya jatuh. Dengan cepat berlari menuju ke toilet, pria berkemeja putih itu terkejut saat melihat istrinya sudah tak sadarkan diri, dengan cairan merah yang sudah mengotori lantai. "Alda kamu kenapa." Faris berusaha menyadarkan istrinya, tetapi hasilnya nihil. "Cepat siapkan mobil." Faris langsung mengangkat tubuh istrinya dan berlari keluar dari toilet. Setibanya di pelataran kantor, Faris segera masuk ke dalam mobil, dengan memakai supir kini mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Faris terus berdo'a agar istrinya baik-baik saja. Sementara itu, Sinta yang melihat suaminya san
Read more

Paket Kejutan

Melihat siapa yang datang, dengan segera Faris mandor tubuh Sinta dengan cukup keras. Hampir saja Sinta terjatuh, perempuan yang tak lain adalah Riyanti berjalan menghampiri putranya itu dengan sorot mata yang tajam. "Ma, aku .... "Plak, satu tamparan mendarat di pipi Faris. "Apa ini yang kamu lakukan saat di kantor. Di rumah istri sakit, tapi di sini kamu enak-enakan seperti ini. Kamu itu pemimpin, tidak pantas melakukan hal buruk seperti ini." Riyanti memotong ucapan putranya. "Dan kamu, jangan mentang-mentang posisimu itu sebagai sekretaris. Jadi berbuat seenaknya, bahkan dengan tegas kamu membuat celaka menantu saya," ungkap Riyanti, sontak mata Sinta melotot. Sementara Faris diam dengan otak yang terus berpikir, ia tidak percaya jika Sinta pelakunya. "Maksud, Mama Sinta yang sudah mencelakai Alda?" tanya Faris. "Iya, mama sudah lihat rekaman CCTV-nya, dan kamu sebagai suami. Seharusnya kamu bergerak cepat, bukan sepert
Read more

Pelakor Datang

Faris menatap tajam wanita yang berdiri di hadapannya itu. Selama ini Faris tidak tahu jika Sinta adalah seorang model majalah dewasa. Faris hanya tahu jika Sinta bekerja sebagai pegawai kantor. "Jadi selama ini kamu bohongi aku, iya?!" tanya Faris dengan suara tinggi. Sinta menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, aku bisa jelasin semuanya.""Apa yang akan kamu jelaskan." Faris menatap tajam Sinta. Sinta menghela napas. "Saat itu aku terpaksa, aku udah dibohongi sama temenku sendiri. Dia bilang mau ngasih kerjaan, tapi nggak tahunya kerja jadi model majalah dewasa.""Kalau kamu tahu mau jadi model majalah dewasa, kenapa diterima, kenapa tidak ditolak?" tanya Faris. Sinta nampak gugup. "Em, saat itu aku ... aku butuh uang, dan benar-benar terpaksa."Faris membuang wajah, rasanya sakit jika dibohongi, apa seperti itu yang Alda rasakan jika tahu dirinya sudah berbohong. Faris mengusap wajahnya dengan kasar, ia pik
Read more

Membuat Pelakor Jantungan

Riyanti tersenyum melihat ekpresi wajah Sinta, jangan pernah meremehkan seorang wanita. Diam bukan berarti lemah, karena cara berpikir akan berbeda dengan wanita yang mengandalkan emosinya. "Muka tembok mana punya malu," sindirnya. Riyanti menatap tak suka pada Sinta. "Sudah, Sayang. Kamu tidak perlu memikirkan wanita tidak tahu diri ini. Lebih baik sekarang kita pergi." Riyanti merangkul pundak menantunya lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Sementara itu, Sinta mendengus kesal, usahanya untuk membuat Alda jatuh telah gagal. Namun, Sinta tidak akan tinggal diam, ia akan mencari cara untuk memisahkan Alda dan Faris. Setelah itu Sinta memutuskan untuk pulang. "Mungkin saat ini aku gagal, tapi untuk selanjutnya pasti akan berhasil," gumamnya. Saat ini Sinta dalam perjalanan pulang. "Mas Faris, kamu akan menjadi milikku seutuhnya," gumamnya lagi. Tidak butuh waktu lama, kini Sinta tiba di rumah, setelah mema
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status