All Chapters of Bukan Pilihan: Chapter 111 - Chapter 120
149 Chapters
Chapter 111 : William dan Alex
    "Aku mau mengobrol sedikit dengan kakakmu, setelah itu kita pulang," bisik Alex saat semua orang selesai makan siang.    "Kamu kenal Will?" bisik Diana.    "Itu yang mau kupastikan." Alex meremas tangan Diana.    Diana mengangguk. Pasti ada perkara penting sampai Alex harus membicarakannya langsung dengan orang yang bersangkutan.    Suasana setelah makan siang lebih santai. Perut yang penuh menurunkan kewaspadaan. Alex mendekati William yang sedang bersandar di ambang pintu utama.    "Aku pernah melihatmu," kata Alex tanpa basa-basi.    William terkejut karena dihampiri Alex, "Kamu tidak salah lihat?"    "Mataku belum buta dan ingatanku masih bagus. Kamu termasuk orang yang jarang muncul di depan umum, tapi waktu itu nasibmu kurang beruntung sehingga berpapasan denganku."    "Kalau pernah bertemu aku pasti ingat," ketus Will.   
Read more
Chapter 112 : Hati-hati
    Tiga hari berselang...    Pagi hari ketika Diana sedang asyik berlari di treadmill. Handphonenya berdering. Diana terheran-heran karena William menelepon. Dia menjawab dengan hati-hati.    "Halo?"    "Diana? Nanti malam aku mau mampir di club Alex. Kita bicara sebentar ya?" kata William.    "Ya, boleh. Jam berapa Kakak sampai?"    "Kira-kira jam delapan."    "Oke. Aku ada di sana. Kalau sudah sampai telepon aja."    "Oke, sampai nanti."    Diana termenung. Apa yang mau dibicarakan William? Kedengarannya serius. Apakah masalah dengan gangster bernama Han itu?    Sudahlah, nanti saja dipikirkan. Sekarang saatnya mandi. Tubuh yang berkeringat akan terasa nyaman di bawah aliran air hangat. Dilihatnya Alex masih terlelap. Diana mengendap-endap ke kamar mandi.    Diana mandi dengan cepat. Sehabis mandi dia ingin tidur
Read more
Chapter 113 : Peringatan William
    Diana melihat William melalui monitor CCTV. Kakaknya baru saja tiba. Dia memesan minuman di bar dan mencari meja kosong.    "Will baru sampai. Kamu mau ikut ngobrol?" tanya Diana.    "Tidak usah. Dia sudah tahu siapa aku, tidak akan berani macam-macam di tempatku."    "Oke lah kalau begitu. Istrimu ke depan sebentar." Diana mengecup pipi Alex.    "Tunggu, cuma begitu?" Alex menarik Diana dan melumat bibirnya dengan posesif.    "Kamu yakin tidak mau ikut ngobrol...?" Wajah Diana bersemu.    "Tidak. Biar kalian lebih leluasa ngobrol. Kalau aku ikut dia akan tertekan."    Diana mengangguk perlahan.    "Aku akan mengawasi dari sini." Alex tersenyum menenangkan.    Tanpa dikatakan pun Diana tahu, jika melihat gerak-gerik mencurigakan Alex akan segera menyelamatkannya.    William terlihat tegang. Matanya bergerak liar
Read more
Chapter 114 : Berjaga-jaga
    Alex adalah orang yang pandai menyembunyikan perasaan. Kedatangan William beserta informasi yang dibawa membuatnya khawatir dengan keselamatan Diana. Karena tidak ingin menambah beban pikiran istrinya Alex tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia akan melindungi Diana dalam bayang-bayang.    "Alex, kamu mau makan apa?" seru Diana dari dapur.    "Apa saja, asal kamu yang masak aku pasti makan," balas Alex yang berada di kamar.    Diana merenung sejenak di depan kulkas. Setelah melalui beberapa pertimbangan dia mengeluarkan sekotak daging sapi.    "Aku masak semur!" seru Diana.    "Iya, Istriku."    Sebentar saja Diana sudah sibuk di dapur. Mempersiapkan bahan masakan terasa lebih rumit dibanding proses masaknya, tapi Diana sudah terbiasa. Tinggal sendiri selama beberapa tahun telah melatihnya menjadi wanita mandiri.    Sejak pagi Alex sudah menghubungi orang-or
Read more
Chapter 115 : Tipu Daya Han
    Sepulang dari club Alex dan Diana terlelap hingga matahari tinggi. Suara dering handphone menyeruak atmosfer yang hening. Diana bergerak sedikit tapi dering handphone berhenti. Dia pun kembali terlelap.    Menit berikutnya handphone kembali berdering. Diana duduk dengan mata masih terpejam. Tangannya menggapai ke kepala tempat tidur. Biasanya dia meletakkan handphone di bawah bantal.    Diana mengejapkan mata melihat nama penelepon. William?    "Halo?" jawab Diana.    Hening.    "Kakak?" Diana mengernyit.    Terdengar suara teriakan di latar, lalu suara seperti tulang beradu. Kembali hening.    "Will?" Diana sudah sadar sepenuhnya. Panik.    "Kalau tidak mau melihat mayat kakakmu segera datang ke alamat yang terkirim. Sendiri," kata suara kasar lelaki.    "Siapa ini??"    Percakapan sudah terputus.  &
Read more
Chapter 116 : Han dan Diana
    Han menoleh ke arah William yang menampakkan diri dengan takut-takut.    "Kamu akan mendapat imbalan besar," kata Han lambat.    "Bos, Anda tidak akan menyakiti adikku kan?" tanya Will dengan kepala tertunduk. Ada secercah penyesalan dalam hati karena bagaimanapun juga Diana adalah adik kandungnya.    "Adikmu adalah tambang emas bagiku. Bagaimana mungkin aku menyakitinya? Dia akan melayaniku seumur hidup!" Han mendongak tertawa.    "Bagaimana dengan Alex?"    Han menyeringai, "Biarkan dia datang. Setelah aku menyerap kekuatan wanitanya, dia bukan tandinganku."    William bergidik melihat wajah Han yang dipenuhi nafsu membunuh.    "Sudah, pergilah kau. Uang akan ditransfer ke rekeningmu." Han mengibaskan tangan.    William tidak berkata apa-apa. Dia langsung menghilang ke dalam.    Diana mencoba menyalakan handphone. Berhasil! D
Read more
Chapter 117 : Menemukan Diana
    Puas memporakporandakan isi villa Han, Alex kembali memacu motor. Kalau perlu dia akan memeriksa semua villa yang ada di kawasan pegunungan ini satu persatu. Hatinya diliputi kecemasan dan ketakutan. Alex tahu orang seperti apa Han. Lelaki tua itu akan menghancurkan Diana sampai tak bersisa.    Belasan tahun menghadapi lawan-lawan dari dunia hitam belum pernah Alex khawatir seperti ini. Dia yang sudah tidak memiliki siapa pun kini hanya memiliki Diana. Jika dirinya kehilangan Diana bukankah tidak ada gunanya lagi hidup?    "Bos, kami menemukan lokasi terakhir!"    "Kirimkan padaku," kata Alex dingin. Tatapan matanya dipenuhi keinginan membunuh.    "Siap."    "Kirimkan lokasinya pada yang lain."    "Oke, Bos!"    Lokasi yang dikirimkan anak buahnya berada di puncak gunung. Alex geram. Tidak akan ada seorang pun yang menyadari bahwa ada penyekapan di tempat ter
Read more
Chapter 118 : Adu Kekuatan
    "Kakak! Jangan!" Diana maju ke depan saat William mengayunkan batang besi.    Alex menarik Diana tepat pada waktunya. Batang besi mengenai lengan Alex.    "Aku akan membiarkanmu pergi karena kau kakak Diana," kata Alex.    "Tidak bisa. Tinggalkan dia." Suara Will bergetar karena rasa takut terhadap Han dan Alex. Posisinya terjepit.    "Wah, wah, urusan keluarga." Han masuk ke kamar sambil terbahak.    "Sial!" Alex tahu anak buahnya sudah dilumpuhkan tanpa kecuali.    "Tinggalkan gadis kecil itu, akan kubiarkan kau hidup." Han menatap Alex dingin.    "Mimpi kau!" bentak Alex.    "Kau kalah jumlah, Nak. Tinggalkan satu lenganmu, mungkin aku akan berbelas kasihan."    William menatap kedua lelaki yang siap bertarung ini dengan gelisah. Tangannya masih menggenggam erat batangan besi.    Diana memekik saat Will menye
Read more
Chapter 119 : Pemulihan
    "Alex...."    Suara siapa yang memanggilnya? Di mana ini?    "Alex...."    Alex berusaha membuka mata. Semuanya terlihat putih menyilaukan. Dia terbatuk.    "Dokter! Panggil dokter!" seru Diana.    Segera saja beberapa perawat masuk ke kamar pasien. Mereka memeriksa tanda-tanda vital Alex dengan sigap. Ketika dokter tiba para perawat menepi.    Kelelahan menghampiri Alex. Dia memejamkan mata dan kembali ke alam bawah sadar. Hatinya tenang karena mendengar suara Diana.    "Adik Kecil, istirahatlah sebelum tumbang. Kamu sudah dua malam tidak tidur. Alex sudah melihatmu, dia akan hidup." Jack meletakkan tangan di bahu Diana.    "Kalau ada di posisiku apakah kamu bisa istirahat?" tanya Diana.    "Dia butuh Diana yang sehat, bukan turut sakit. Tidurlah sejenak. Aku akan menjaganya." Jack bersikeras.    Diana memandan
Read more
Chapter 120 : Lebih Kuat
    Alex sedang berjemur matahari pagi di atap gedung. Matanya terpejam menikmati kehangatan yang menyelimuti tubuhnya. Pergerakannya masih terbatas, hanya kedua kaki dan tangan kanan yang dapat bergerak bebas. Alex bergantung pada Diana untuk hal-hal kecil.    "Wah, hari ini cerah sekali!" seru Diana. Dia membawa nampan berisi dua gelas susu cokelat dan sepiring biskuit.    "Hmm...." Alex membuka mata.    "Kenapa tidak biarkan Jack pindah kemari lagi? Dia kan sedang mengambil alih tugasmu?" Diana duduk manis di sebelah Alex.    "Tidak perlu, cukup kita berdua." Alex melingkarkan lengan di bahu Diana dan mengecup dahinya sayang.    "Kamu tidak bosan? Aku teman ngobrol yang begitu-begitu saja."    "Kiamatlah kalau aku bosan terhadap istriku." Alex tersenyum geli.    "Kamu ya...." Diana tersipu. Hatinya tersanjung dengan perkataan Alex.    "Ada kaba
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status