Part 19"Sini!" teriak Luna. Wajah Risna pucat pasi. Kakinya mundur ke belakang, hingga tubuhnya hampir tumbang tersandung anak tangga pertama."Luna!" teriakku membuat langkah Luna terhenti dan menoleh ke arahku."Tolong, jangan hentikan aku, Mas," ujar Luna dengan raut wajah gelisah.Aku melangkah mendekat ke arah Luna. Kutarik tubuhnya ke dalam pelukanku."Lun, kalau kamu sayang sama Mas, tolong hentikan ini, Lun," lirihku pelan."Mas, aku tidak bisa diam, Mas. Aku tidak bisa melihat wanita ini terus mempermainkan Mas, Luna tak terima!" Luna meronta-ronta dalam pelukanku. Matanya memerah, memandang sarkas ke arah Risna yang tak berkutik."Risna, katakan yang sejujurnya, setidaknya kami bisa memaafkanmu," celutuk Mbak Mia datar. Ibu hanya melihat seraya menarik napas kasar. Drama menyayat hati, sedang ditampilkan di hadapannya."Apa yang harus aku katakan, Mbak. Aku tidak melakukan apa-apa," kilah Risna. Tubuhnya melorot ke lantai. Derai air mata membasahi wajah cantiknya."Alah, ng
Baca selengkapnya