Home / Romansa / MY WIFE'S SECRET / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of MY WIFE'S SECRET: Chapter 21 - Chapter 30

40 Chapters

Cari Perkara

Part 21Aku meronta, tapi Luna mengancamku. Dia menarik kunci dari dalam sakuku. Membuka pintu mobil dan mendorong tubuhku kekursi penumpang. Tak lama kemudian Risna berlari ke arah mobil."Kau puas! Lihat Masku menjadi gila karenamu. Sekarang, bawa dia pulang! Aku akan membuat perhitungan denganmu setelah ini!"sentak Luna seraya mendorong Risna kasar ke kursi kemudi.Risna menatapku jengah."Apa-apaan kamu, Mas. Bikin malu saja. Gara-gara kamu, aku yang dimarahin Adikmu," gerutu Risna seraya menginjak pedal gas kasar."Kamu jangan banyak bicara, kepalaku sakit. Suara kamu menambah sakit kepalaku," ujarku dingin.Risna melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Dia tidak peduli dengan keselamatan kami berdua berulang kali memintanya berhenti percuma. Suaraku dianggap bagai angin lalu."Risna, kamu sudah gila, hah? Kamu ingin kita mati?!" tanyaku setengah berteriak.Dia bungkam, melirikku melalui ekor matanya. Dimainkan stir kemudi dengan lihai. Sukses membuat tubuhku tidak bisa diam di k
Read more

Turun Jabatan

Para warga memberiku jalan, baru beberapa langkah, terdengar deru mobil yang berhenti tak jauh dari kerumun warga. Keluar seorang lelaki yang tak lain adalah Bintang. Hati semakin dongkol melihatnya menerobos warga. Aku tergugu di tempat melihat kepanikan Bintang yang tak mampu dia sembunyikan."Wan, masuk, ayo!" Ibu menarik tanganku.Aku tidak tahu lagi harus menaruh mukaku dimana. Risna dan tetua daerah tempat tinggalku berkumpul di ruang tamu sederhana milik Tisya.Tisya mempersilakan Ibu dan Bintang untuk duduk. Namun, dia abaikan denganku. Ah! Menyebalkan."Ada apa ini, Ris?" tanya Ibu seraya memegang pundak Risna pelan.Risna tidak menjawab, mukanya masam bak cuka. Terkesan santai dan tak tahu malu. Aku dibuat geram oleh sikapnya yang acuh tak acuh."Begini, Bu Andini. Menantu Ibu datang ke tempat Mbak Tisya dengan emosi yang tidak stabil. Bahkan, dia sempat menampar Mbak Tisya. Memaki-maki Mbak Tisya dengan keji. Saya tidak tahu permasalahan apa yang menyebabkan hal ini terjadi
Read more

Pov Tisya

"Sya, Mas tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Maafkan, Mas," ujar Mas Ridwan lelaki yang selama ini aku cintai.Aku tertunduk dengan debaran jantung yang tak beraturan. Pengakuan Mas Ridwan membuat hatiku luluh-lantak tak bersisa."Kenapa, Mas? Sya buat salah apa? Hingga Mas meninggalkan Sya?" tanyaku dengan suara parau."Mas tidak mencintai kamu lagi, Sya," desisnya dengan suara berat. Pelan dan hampir tak terdengar.Bagai dihantam dengan rantai berduri di sekujur tubuh. Sakit, tapi tidak berdarah. Seluruh sendi terasa tak berfungsi. Kaca-kaca mulai terbentuk, hingga pandanganku mulai kabur.Tujuh tahun mengikat janji, persiapan pernikahan sudah rampung. Akad nikah akan di laksanakan beberapa hari lagi."Kenapa, Mas? Selama ini kita baik-baik saja. Berikan Sya alasan, kenapa?" tanyaku dengan derai air mata yang membasahi pipi indahku.Dia yang selama ini ada untukku dalam duka dan suka. Harapan hidup telah aku rangkai dengannya. Bagaimana bisa dia meninggalkanku di hari menjelang
Read more

Asal Mula Luka

Suara azan subuh mengalun merdu dari gawaiku. Membangunkanku dari lelap yang sejenak membuat lupa akan sakit yang mendera.Namun, saat mata terbuka, sakit itu kembali menghujam jiwa. Kuhempaskan kembali tubuhku ke kasur yang tak lagi empuk. Bulir bening kembali mengalir dari sudut mata. Berusaha tegar, tapi tak mampu. Apa yang harus aku katakan kepada mereka?Notifikasi pesan dari gawaiku mengusik anganku.[Sya, ke kantor hari ini, Ya. Ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan. Beberapa hari lagi kamu akan nikah, pastinya cutinya lama, 'kan?] pesan yang dikirimkan Risna-sahabat karibku di perusahaan tempatku bekerja.[Iya.] balasku malas. Padahal semua pekerjaan telah aku selesaikan tempat waktu.Beringsut pelan dari ranjang, melangkah gontai ke kamar mandi. Isak tangisku belum reda. Hati tak mampu menerima kenyataan yang menyerang hati. Tubuh bergetar menahan isak tangis yang semakin tak terbendung.Bayangan Mas Ridwan berputar-putar dalam otakku. Berusaha menyangkal, jika ini hanya m
Read more

Mengadu

Rani menarik lenganku untuk duduk. Memintaku tenang, tanpa memikirkan ocehan mereka."Ran, mana berkas yang harus kukerjakan?" tanyaku pada Rani pelan.Rani memandang heran ke arahku. Lalu dia bertanya,"berkas apaan lagi? Tidak ada pekerjaan untukmu. Kamu sudah minta cuti, 'kan?""Besok mulai cuti, tadi pagi Risna kirim pesan. Katanya ada pekerjaan untukku," ujarku heran."Tanya noh sama dia! Asyik pamer saja. Nggak berubah sikapnya dari dulu. Mudah aja nerima laki, giliran bunting, ditinggal, nangis guling-guling," cerocos Rani dengan nada pelan. Paling malas berurusan dengan Risna. Dia terkadang terlihat kejam, tapi dia selalu ada untukku selama dua tahun ini.Benar dengan apa yang dikatakan oleh Rani. Risna hamil di luar nikah. Sekarang, dia memiliki sepasang bayi kembar tampan dan bikin gemes. Usia mereka dua tahun. Cerita tentangnya kami ketahui, karena dia sendiri yang bangga mengumbar aibnya.Risna hanya dinikahi beberapa bulan. Setelah itu ditinggalkan, sampai sekarang suaminy
Read more

Membuang Surga

Ibu menatap Mas Ridwan dengan tatapan tak suka. Aku yakin, jika Ibu merasakan perubahan pada diri Mas Ridwan. Dia cenderung kasar dalam beberapa hari ini."Ibu tidak pernah mengajarkan Wan berbuat tidak adil seperti ini. Wan menzamini Tisya. Ini perbuatan tidak baik, Wan. Apa pun ceritanya Ibu tidak setuju kamu membatalkan pernikahan kalian. Persiapan sudah siap seratus persen. Kamu tidak hanya menyakiti Tisya, tapi Ibu, Luna dan Mbak Mia akan tersakiti dengan sikap egois kamu." ungkap Ibu panjang lebar."Assalamualaikum!" Suara Luna terdengar nyaring di ambang pintu. Pandangan terarah pada Luna. Tubuhnya berbalut seragam kampus kedokteran ternama. Luna sedang menjalani kuliah tahap akhir.Luna melangkah mendekat, diletakkan tas di atas sofa. Beralih menatapku, sedetik kemudian. Beralih menatap Kakaknya."Mas apain Mbak Tisya?" selidik Luna kejam."Masmu mau batalin pernikahan dengan Mbakmu, Nak," jawab Ibu cepat.Luna terperanjat. Wajah kagetnya terlihat jelas."Kenapa, Mas? Salah Mb
Read more

Bobrok Risna

Sepuluh hari aku berdiam diri di rumah. Selain karena penyakit yang menyerang. Selama itu pula masa cuti yang kuambil untuk acara pernikahanku. Kebaya putih itu masih tergantung rapi di dinding.Beberapa kali Ibu dan Luna menjengukku. Membawakan makanan dan obat-obatan. Rasanya enggan menjauh dari keluarga Mas Ridwan. Meski, yang kupuja tak mengharapkanku lagi.Hari ini, aku kembali harus bekerja. Rani juga beberapa kali mengunjungiku. Memberiku semangat untuk bangkit. Ini bukan akhir dari segalanya.Kuraih Kebaya akad dan resepsi. Melipatnya pelan, lalu Kumasukkan ke dalam tas besar. Aku akan menjual kembali ke butik. Berharap mereka bisa menerimanya. Kebaya pernikahanku adalah pure hasil jerih payahku.Berdiri mematung di depan cermin. Wajahku terlihat kusam dari biasa. Lingkar mata menghitam. Pipi terlihat lebih tirus. Jujur nafsu makanku menurun sepuluh hari ini.Kusapu bedak agak tebal untuk menutupi wajah kusamku. Aku harus mampu menyambung hidup. Mas Ridwan sudah menikah dengan
Read more

Kalian Biadab

Part 28Bintang Memperingatkanku, jika sekali lagi Risna menyakiti Tisya. Maka dia tidak akan segan membawa Risna ke kantor polisi.Kami keluar dari rumah Tisya. Di dalam hanya tinggal Tisya dan Bintang. Cemburuku meronta membayangkan hal yang terjadi di dalam sana.Luna menarik paksa Risna masuk ke dalam mobil. Ibu mengikuti dari belakang. Aku kembali ke rumah mengunakan motor. Hanya beberapa menit kami sampai di rumah. Risna turun dan berlari menuju ke dalam."Mbak Risna dan Mas kembali ke rumah Ibu si kembar menjadi urusanku. Bawa istri Mas ke Ustaz Irsyad. Perbuatannya tak wajar lagi. Bisa membahayakan nyawa orang lain," titah Luna seenaknya. Dia tak menerima bantahan atau interupsi."Ibu setuju, kemasi barangmu, segera!" perintah Ibu tak kalah menakutkan."Bu, Lun! Kalian tidak bisa seenaknya main perintah begini. Wan harus berembuk dulu dengan Risna," jawabku sembari melangkah masuk.Luna tertawa lebar, melirikku tajam dengan ekor matanya. Akhir-akhir ini Luna terlihat bar-bar d
Read more

Susuk Pemikat

Part 29"Istighfar, Ris. Mohon ampun pada Allah. Ibu sudah berusaha tidak mencampuri urusan rumah tangga kalian. Akan tetapi, semakin hari kamu semakin blingsatan. Jalan yang kalian tempuh itu tidak benar. Ibu tak rela anak lelaki Ibu gila karena ulahmu," ujar Ibu dengan tatapan lurus ke depan."Manusia sok suci!" Risna meludah ke kaca mobil. Luna menekan gas lebih kuat, emosi menguasainya."Aku tak sabar melihat tingkah Mbak setelah bertemu Ustaz Irsyad," gumam Luna pelan. Bahkan, Aku yakin Risna tak mendengarnya. Risna sibuk memaki tak jelas.Setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Akhirnya Luna mengehentikan mobilnya di depan rumah Ustaz Irsyad. Macet menjadi penyebab utama keterlambatan kami.Risna meronta tak mau turun. Aku terpaksa mengendongnya. Menaikkan ke rumah panggung Ustaz Irsyad.Ibu sudah turun terlebih dulu. Ada hal penting yang harus disampaikan kepada Ustaz Irsyad. Mata Risna seakan melotot saat memindai seluruh isi ruangan."Lepasin! Kalian tidak bisa memperlakuk
Read more

Daun Kelor

Part 30"Karena di tubuh istrinya masih ada susuk pemikat. Wanita itu mengunakan susuk emas pada bibir, dahi, dan di beberapa area sensitif lainnya. Kamu lihat ruam-ruam merah di kulitnya. Itu bisa diakibat karena dia sering berkata kotor dan menyakiti hati orang lain. Konon, itu pantangan para pemasang susuk. Bagi mereka yang percaya. Lama-lama susuk itu akan hancur menyatu dalam darah. Membawa akibat buruk bagi penggunanya," jelas Ustaz Irsyad. Aku mempertajam pendengaranku."Maksud Ustaz, apa?" tanyaku cepat. Luna beralih menatapku."Istri tercinta Mas mengunakan susuk di seluruh tubuhnya," sahut Luna cepat.Aku menatap Risna yang terkulai lemas dalam pangkuan Ibu. Wajahnya menarik, menyedot perhatian dan kasih sayangku saat melihatnya. Namun dibalik itu semua ada hal keji yang dia lakukan. Seburuk itukah wanita pilihanku? Apakah ini karma dari kejahatanku pada Tisya?"Apakah benar yang Luna katakan?" tanyaku dengan tatapan penuh harap. Ustaz Irsyad mengangguk pelan. Pertahanku han
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status