All Chapters of Putra Naga Pangeran Yang Terbuang: Chapter 51 - Chapter 60

97 Chapters

Bab 18.3 | Healer

Aprilia kemudian menyudahi serangan Aryanaga dengan melayangkan satu tinju yang sangat keras ke wajah Sang Pangeran. Tinju itu membuat tubuh Aryanaga berputar sebelum jatuh ke tanah. Aryanaga sendiri tak percaya ada perempuan yang bisa memukul sekeras itu. Dia lalu berusaha bangkit, tetapi ambruk lagi. Napasnya terengah-engah, hingga perlahan-lahan tubuhnya kembali lagi ke wujud manusia.Asri lalu mendekatinya. Dia mencoba untuk menolong kekasihnya sambil memeriksa apakah ada bagian tubuh yang terluka. Asri menatap ke Aprilia. Aprilia menggeleng-gelengkan kepala. Asri mengangguk. Dia tak akan memberitahu Aryanaga tentang apa yang dikatakannya tadi siang.Pelipis Aryanaga berdarah, bibirnya juga robek. Darah tampak mengalir di dua luka itu. Asri kasihan kepada Aryanaga lalu mengusap luka itu. Ia bersihkan darahnya, lalu dengan usapan berikutnya luka itu mengering. Aprilia segera mendekati Asri, tiba-tiba Aprilia menahan ta
Read more

Bab 19.1 | Primadigda

Minggu kedua, latihan Aryanaga lebih berat lagi. Kini bukan satu gelang yang ada di tangan dan kakinya, melainkan tiga. Peningkatan level latihan ini terjadi pada hari ketiga belas latihan dan latihannya tetap sama. Bandi mengatakan kalau Aryanaga tidak curang, akhirnya untuk pertama kalinya ia bisa maka malam bersama. Sayangnya besoknya Aprilia menambahkan porsi latihannya. Hari itu juga Aryanaga terlambat, tengah malam baru sampai di pondok seperti pertama kali dia berlatih. Peningkatan level latihannya menyebabkan tubuhnya makin tersiksa.Asri berlatih menggunakan kemampuan penyembuhannya. Siangnya Aryanaga berlatih membawa dupa, malamnya bertarung dengan Aprilia. Setiap Aryanaga terluka, Asri yang menyembuhkan. Dua minggu berlatih membuat ketahanan tubuh Aryanaga makin bertambah. Staminanya juga bagus, hingga akhirnya pada minggu ketiga ia bisa memecahkan rekornya sendiri.“Aku berhasil!” girang pemuda itu
Read more

Bab 19.2 | Primadigda

Aryanaga memajukan wajahnya untuk mendekat lagi. Aprilia tahu apa yang akan terjadi. Segera telapak tangan Aprilia melindungi bibirnya, akibatnya Aryanaga hanya mengecup telapak tangan Aprilia. Mata Aprilia melotot. Pangeran Aryanaga sudah seberani ini kepadanya.Aryanaga lalu bangkit. Dia tersenyum. “Aku sudah tahu jawabannya.”Aprilia ikut bangkit. “Kau keterlaluan.”“Kenapa aku tak boleh menciummu kalau kau adalah tunanganku? Wajar, bukan?”“Itu tak akan mengubah apapun,” ujar Aprilia.“Apanya yang tak berubah?”“Kau tetaplah seorang pangeran. Calon Raja Agung, anak Primadigda. Dan tugasku di sini adalah melindungimu sampai kau naik takhta,” jawab Aprilia.Aryanaga sedikit kesal. Ia kemudian meninggalkan Aprilia sendirian dengan ditema
Read more

Bab 19.3 | Primadigda

“Pergilah, sebelum aku berubah pikiran. Kau mencintai Asri bukan? Aku tak mau dia salah paham!” ujar Aprilia, “hari ini aku mau menenangkan diri dulu.”Aryanaga mengedik, lalu berdiri meninggalkan Aprilia. Asri yang sempat khawatir kemudian bertanya-tanya kepada Aryanaga. “Gimana? Kenapa dia?”“Dia ingin menyendiri,” jawab Aryanaga.“O, kukira dia lagi sedih atau gimana. Apa jangan-jangan ini hari ulang tahunnya?”“Mana kutahu?”“Eh, namanya Aprilia. Pasti lahir bulan April.”“Aprilia putri Belzagum lahir pada bulan April tanggal sepuluh. Aku ikut menggendong tubuh mungilnya saat dia lahir,” tiba-tiba terdengar suara berat di teras pondok. Semua mata mengarah ke sana.Lutut Aryanaga serasa lemas melihat siapa orang
Read more

Bab 20.1 | Mata Dewa

“Bagaimana keadaan Dunia Bawah?” tanya Aryanaga kepada Primadigda.Keduanya berada di tengah padang pasir yang berada di kaki Gunung Bromo. Di sekeliling mereka terdapat alam ikatan, sehingga manusia-manusia tidak bisa melihat mereka. Angin begitu kencang bertiup, membawa hawa kering dan panas. Aryanaga belum mendengar jawaban ayahnya.“Maaf, kalau sekiranya pertanyaanku bodoh,” lanjut Aryanaga, “aku hanya tak tahu harus bicara apa kepada Ayah. Kita lama tidak bertemu.”“Dunia bawah, sedang kacau. Raja Azrael baru saja menaklukkan wilayah Laut Barat. Kita hanya tinggal dua aliansi saja yang tersisa. Ini pun masih kurang karena ada para pengkhianat.”“Ayah setiap saat selalu bertempur?”Primadigda mengangguk. “Aku selalu berada di medan perang.”“Selama in
Read more

Bab 20.2 | Mata Dewa

“Kau berhasil,” ucap Primadigda. Tetapi ini bukan suaranya, ini lebih seperti bisikan hati. Hanya Aryanaga saja yang bisa merasakan. “Tetapi, kau terlalu banyak menggunakan energimu, sebentar lagi kau akan kelelahan.”Dan benar saja, tubuh Aryanaga merasa lemas. Benang-benang energi tadi pun mulai memendek, redup, lalu lenyap. Yang ada sekarang Aryanaga terkulai lemah. Matanya terbuka melihat sang ayah masih dalam posisi duduk bersila. Kini ayahnya membuka mata, menyaksikan sang anak kelelahan.“Itukah Mata Dewa? Aku seolah-olah bisa melihat segalanya,” kata Aryanaga. Dia senang sekali bisa melakukan teknik ini.“Kau jangan senang dulu, Arya. Yang kamu lakukan baru tahap yang sangat awal. Aku juga dulu saat melakukan pertama kali seperti itu. Namun, inti dari menggunakan Mata Dewa adalah kau bisa bergerak lebih efektif dan efisien. Kau tak perlu mengalahkan
Read more

Bab 21.1 | Cinta

Primadigda tersenyum kepada Aryanaga. Anak lelakinya ini sekarang menjadi ksatria baru. Teknik Mata Dewa sudah diajarkan, tinggal Aryanaga mau melatihnya atau tidak. Dia beranjak dari tempat semedinya untuk menghadap ke arah istrinya berada. Angin dingin berhembus dari tempat itu. Dewi Es menyapa suaminya, hanya keduanya yang bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Luh Baya dan Rah Baya tampak hanya mengamati Raja Primadigda dari jauh. Mereka memberi salam kepada sang raja dari tempat mereka berdiri.Aryanaga membuka mata. Tubuhnya lebih segar dan ringan selama latihan teknik Mata Dewa. Dia seakan-akan bisa melihat kehidupan dengan cara berbeda. Namun, ia berusaha agar sebisanya tidak terlalu sering menggunakan teknik ini, karena sangat menguras energi.“Setelah ini, kita akan berlatih apa lagi, Ayah?” tanya Aryanaga.Primadigda menggeleng. “Sudah cukup. Aku sudah mengajarkanmu bagi
Read more

Bab 21.2 | Cinta

Aprilia terbangun. Pagi sudah menjelang. Matahari mengintip dari cakrawala. Selama ini dia tidur di sofa kesayangannya. Meskipun sebenarnya ada kasur dan cukup untuk mereka, tetapi Aprilia lebih memilih sofa. Bukan kenapa, tetapi dia ingin selalu terjaga setiap saat. Dia merasa, kasur hanya akan membuat dirinya terlena dari keadaan sekitar.Ada yang berbeda pagi ini. Aprilia tak merasakan sesuatu. Namun, ini terlalu aneh. Biasanya dia merasakan kehadiran seseorang. Asri, di mana dia?Aprilia bangkit, menuju ke kamar Asri. Pintunya terbuka dan perempuan itu tak ada di sana. Dapur juga sepi, biasanya Asri sudah sibuk di sana memasak, memotong sesuatu, atau membuat minuman hangat. Pagi ini sepi. Bandi tak terlihat. Apa keduanya pergi bersama?Dari luar terdengar suara angin berembus. Saat itulah terlihat Bandi yang sedang menjadi naga mendarat dengan perlahan, beberapa detik kemudian wujudnya berubah k
Read more

Bab 21.3 | Cinta

Aryanaga merasakan kesedihan di dalam suara itu. Dada Aprilia juga serasa sesak. Aryanaga lalu pergi meninggalkan Aprilia. Dia mencoba mencari Asri ke tempat lain. Hatinya merasa tersentuh dengan perasaan Aprilia. Aneh, tidak pernah ia merasa seperti ini sebelumnya. Seolah-olah perasaan ini sangat dia kenali sebelumnya, tetapi ia tak tahu kapan dan di mana.Radar Aryanaga terus meluas hingga ia merasakan napas seseorang yang dia kenali. Suaranya yang bersenandung kecil, ditambah suara langkahnya. Mata Aryanaga terbuka lalu seolah-olah menyipit menembus semua pepohonan dan bebatuan. Sejauh matanya memandang ia bisa melihat bayangan Asri dari tempat ia berdiri. Segera dengan kecepatan tinggi Aryanaga berlari ke arah Asri. Dia menghindari pohon, bebatuan, melompat secepat kilat.Asri terengah-engah. Dia berada di daerah yang tak pernah ia ketahui sebelumnya. Ia tersesat makin jauh ke dalam hutan. Dia kira sek
Read more

Bab 21.4 | Cinta

“Kak Aprilia, lihat nih. Aku bisa menangkap ini!” ujar Aryanaga sambil mengayun-ngayunkan kumbang yang berhasil dia tangkap. Bentuk kumbangnya juga besar, sepertinya jenis yang belum pernah ditemukan. Aprilia sendiri saat itu heran bagaimana Aryanaga bisa mendapatkannya. Anak itu menggoyang-goyangnya seperti mainan.“Lepasin, Pangeran. Kasihan kumbangnya digituin!” ucap Aprilia.Aryanaga patuh. Dia lalu melepaskannya. “Baik-baik ya kumbang!”“Kak Aprilia, memangnya tidak pulang? Betah di sini terus?” tanya Aryanaga.Aprilia tersenyum. “Aku tak punya tempat untuk pulang, Pangeran. Ayahku menyuruhku untuk mengikutinya. Dan akhirnya kita bertemu.”“Memangnya untuk apa?”“Aku dijodohkan dengan pangeran.”
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status