“Kau berhasil,” ucap Primadigda. Tetapi ini bukan suaranya, ini lebih seperti bisikan hati. Hanya Aryanaga saja yang bisa merasakan. “Tetapi, kau terlalu banyak menggunakan energimu, sebentar lagi kau akan kelelahan.”Dan benar saja, tubuh Aryanaga merasa lemas. Benang-benang energi tadi pun mulai memendek, redup, lalu lenyap. Yang ada sekarang Aryanaga terkulai lemah. Matanya terbuka melihat sang ayah masih dalam posisi duduk bersila. Kini ayahnya membuka mata, menyaksikan sang anak kelelahan.“Itukah Mata Dewa? Aku seolah-olah bisa melihat segalanya,” kata Aryanaga. Dia senang sekali bisa melakukan teknik ini.“Kau jangan senang dulu, Arya. Yang kamu lakukan baru tahap yang sangat awal. Aku juga dulu saat melakukan pertama kali seperti itu. Namun, inti dari menggunakan Mata Dewa adalah kau bisa bergerak lebih efektif dan efisien. Kau tak perlu mengalahkan
Read more