Aryanaga merasakan kesedihan di dalam suara itu. Dada Aprilia juga serasa sesak. Aryanaga lalu pergi meninggalkan Aprilia. Dia mencoba mencari Asri ke tempat lain. Hatinya merasa tersentuh dengan perasaan Aprilia. Aneh, tidak pernah ia merasa seperti ini sebelumnya. Seolah-olah perasaan ini sangat dia kenali sebelumnya, tetapi ia tak tahu kapan dan di mana.
Radar Aryanaga terus meluas hingga ia merasakan napas seseorang yang dia kenali. Suaranya yang bersenandung kecil, ditambah suara langkahnya. Mata Aryanaga terbuka lalu seolah-olah menyipit menembus semua pepohonan dan bebatuan. Sejauh matanya memandang ia bisa melihat bayangan Asri dari tempat ia berdiri. Segera dengan kecepatan tinggi Aryanaga berlari ke arah Asri. Dia menghindari pohon, bebatuan, melompat secepat kilat.
Asri terengah-engah. Dia berada di daerah yang tak pernah ia ketahui sebelumnya. Ia tersesat makin jauh ke dalam hutan. Dia kira sek
“Kak Aprilia, lihat nih. Aku bisa menangkap ini!” ujar Aryanaga sambil mengayun-ngayunkan kumbang yang berhasil dia tangkap. Bentuk kumbangnya juga besar, sepertinya jenis yang belum pernah ditemukan. Aprilia sendiri saat itu heran bagaimana Aryanaga bisa mendapatkannya. Anak itu menggoyang-goyangnya seperti mainan.“Lepasin, Pangeran. Kasihan kumbangnya digituin!” ucap Aprilia.Aryanaga patuh. Dia lalu melepaskannya. “Baik-baik ya kumbang!”“Kak Aprilia, memangnya tidak pulang? Betah di sini terus?” tanya Aryanaga.Aprilia tersenyum. “Aku tak punya tempat untuk pulang, Pangeran. Ayahku menyuruhku untuk mengikutinya. Dan akhirnya kita bertemu.”“Memangnya untuk apa?”“Aku dijodohkan dengan pangeran.”
Lereng Gunung Semeru, lima belas tahun yang lalu Pangeran Aryanaga tertawa saat merasa tak ada yang bisa mengejarnya. Aprilia sekarang malah seperti pengasuh, pagi-pagi sudah disibukan dengan Aryanaga yang sudah menggodanya. Saat Aprilia sedang tertidur, tiba-tiba saja bocah itu menggelitikinya dengan bulu sehingga mau tak mau dia terbangun. Sebenarnya bukan hal yang baru baginya mengasuh anak kecil, tetapi masalahnya adalah anak kecil ini adalah calon suaminya di masa depan kelak. Lagi-lagi dia harus mendesah kesal. Kenapa hal ini bisa terjadi? Kata sang Ratu ini sudah jadi takdirnya, mau tak mau Aprilia sekarang berusaha untuk berteman akrab dengan Aryanaga. Mereka makan bersama, bermain bersama di bawah air terjun, bahkan terkadang berlatih bersama. Seminggu lagi adalah waktunya Aprilia akan dijemput oleh Raja Belzagum. Mereka akan berlatih bersama hingga Aprilia sudah
Bandi berdiri. “Lancang kau! Kau mengerti apa yang kau ucapkan Putri Vivian?”“Justru karena aku mengerti apa yang aku ucapkan, makanya aku memohon langsung kepada Paduka Raja Primadigda,” jawab Putri Vivian.Raja Primadigda memberi isyarat agar Bandi tenang. Bandi mengambil napas dan berusaha untuk tenang. Putri Vivian masih dalam posisinya, seolah-olah apa yang menjadi keinginannya harus dipenuhi, kalau tidak ia tidak akan beranjak dari tempat ia berdiri.“Kau tak perlu khawatir. Lembah Biawak bukanlah daerah yang strategis. Meskipun mereka menguasai perbatasan, mereka hanya akan membuang-buang energi,” ujar Raja Primadigda, “maaf, aku tak bisa meminjamkan Pedang Penakluk Naga kepadamu.”“Kenapa paduka? Apakah Paduka Primadigda tidak percaya k
Melihat ada yang datang, segera Aprilia mendarat. Dia bersiaga di sebelah Pangeran Aryanaga. Putri Vivian tampaknya sangat kagum dengan keadaan siaga Aprilia. Timbul niatnya untuk bermain-main dengan perempuan ini. Lagipula siapa dia? pikir Vivian. “Kamu siapa kalau boleh tahu?” tanya Putri Vivian. “Aku Putri Aprilia, anak dari Raja Belzagum,” jawab Aprilia. Putri Vivian langsung manggut-manggut. Dia sekarang tahu siapa Aprilia sebenarnya. “Ah, pantas. Aku tak begitu tahu tentang dirimu, tetapi ketika kau sebut Raja dari Timur, aku langsung paham. Sayang sekali ayahmu tidak ada di sini.” “Memangnya kenapa?” “O, tidak apa-apa. Aku cuma kasihan saja kalau misalnya nanti dia melihat anaknya sedang terkapar karena babak belur aku hajar,” ujar Putri Vivian.
Putri Vivian sangat senang. Dia akan melawan Pangeran Aryanaga, bertarung sampai mati. Sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan. Sebenarnya bisa saja Vivian tidak menghiraukan apa yang diinginkan oleh Pangeran Aryanaga, tapi ia menggunakan kesempatan ini. Kapanlagi bisa membunuh seorang pangeran? Apalagi itu adalah anak dari Primadigda. Dia ingin membuktikan sesuatu kepada Antabogo, inilah saatnya.“Aku tak tahu kalau kalian sudah bertunangan. Menyenangkan sekali bisa menghabisi dua orang sekaligus,” ujar Putri Vivian.Aryanaga mulai menerjang dengan tenaga kecilnya. Tentu saja hal itu tidak akan berpengaruh apa-apa kepada Putri Vivian. Serangannya bisa diduga dan bisa dielakkan. Vivian hanya menghindari tanpa perlu menangkis. Pangeran kecil pun menjadi bulan-bulanan.“Ayo Pangeran. Kurang cepat! Lagi! Lagi!” se
“Apa yang terjadi?” tanya Dewi Es. “Apa itu Aryanaga?”Primadigda menelan ludah. “Aku tak percaya. Aryanaga, kendalikan emosimu!”Putri Vivian terkejut dengan apa yang terjadi. Kenapa semua yang dia lihat menjadi grayscale? Satu-satunya yang berwarna adalah tubuhnya dan tubuh Aprilia yang terkapar di hadapannya. Sedangkan Aryanaga, tubuhnya berubah menjadi warna monokrom. Tatapan mata Aryanaga bukan tatapan mata naga, lebih seperti tatapan mata iblis.“Kau berubah? Bagaimana bisa?” tanya Vivian.Pangeran Aryanaga kecil menjulurkan tangannya. Telapak tangan Aryanaga ada tanda api miliknya. Dari telapak tangan anak itu muncul api yang meninggi seperti air mancur, tetapi itu bukan api biasa. Api itu perlahan-lahan berub
Sengatan listrik berjuta-juta volt itu membuat tubuh Vivian terbakar. Serasa seluruh tulang-tulangnya seperti mendapatkan kejutan kuat. Darahnya mendidih dan napasnya sesak, bahkan sebelum mengeluarkan semburan apinya.“Kekuatan apa itu? Jangan bercanda!” gerutu Vivian.Dia lalu berpikir. Tanda yang ada di tubuh Aryanaga. Bukankah itu ada tiga bola api. Apa jangan-jangan Pangeran Aryanaga memiliki tiga kekuatan api? Dua api sudah dia ketahui. Lalu satu api lagi? Apa?Belum sempat Vivian berpikir, Aryanaga sudah naik ke punggungnya. Lalu bocah itu menangkap salah satu sayapnya. Sayapnya pun digigit. Vivian terkejut. Ini bukan cara bertarung yang elegan dengan gigitan?Vivian berusaha agar Aryanaga pergi. Ekornya pun berusaha menyabet Aryanaga. Pangeran kecil pun menghindar. Saat menjauh,
Dari semua pertempuran yang pernah dihadapi oleh Primadigda, tampaknya ruangan sidang adalah salah satu pertempuran yang berat baginya. Bukan karena 10 Pemimpin Agung yang ada di hadapannya, namun konsekuensi yang akan dia terima. Dia pernah menghadapi naga terkuat, juga pernah merasakan bagaimana bertahan hidup di tengah pertempuran seorang diri tanpa ada yang membantunya. Dia telah bertahap hidup dari itu semua. Mungkin kali ini ia tak akan bisa menang. Dia tahu ada konspirasi yang janggal di dalam sidang kali ini, tapi sebagai raja ia tak boleh gentar. Perasaannya sekarang seperti berada di atas bara api yang menyala-nyala siap membakar seluruh tubuhnya.Ruangan sidang makin mencekam saat 10 Pemimpin Agung tiba. Tak ada penonton di dalam ruangan tersebut. Sidang ini sidang tertutup, karena melibatkan orang nomor satu di Kerajaan Naga Laut Selatann. Kesepuluh Pemimpin Agung yang menjadi hakim memakai baju berwa
Ternyata serangan tersebut tidak hanya dari satu sisi bumi saja. Daratan lain pun sudah mulai diserang. Para naga tersebut mulai memasuki pantai dari daratan yang lain, hingga setiap manusia yang mereka temui pun dimangsa. Mereka tidak melihat apakah itu orang dewasa atau anak-anak. Lelouch dan pasukan naganya tak mampu berbuat apa-apa selain menghalau apa yang mereka bisa. Hari itu mereka kalah, meskipun memenangkan pertempuran.Lelouch bertengger di atas bukit. Dari kejauhan dia melihat bangkai-bangkai naga bergelimpangan di tepi pantai. Sesaat dia mendongak ke atas, seolah-olah meminta bantuan kepada Sang Pencipta. Setelah itu dia menunduk, menutup sayapnya, berada dalam kebimbangan.“Yang Mulia,” panggil salah satu naga yang mengampirinya.“Aku sedang ingin sendiri,” ucap Lelouch.“Tidak, bukan begitu Yang Mulia. Lihat ke atas!” ucap naga tersebut.Lelouch mendongak. Tidak pernah disangka sebelumnya oleh Lelo
“Bagaimana awalnya kita, para naga bisa menempati bumi ini?” tanya sesosok naga bersirip hitam dan putih. Di depannya tampak naga-naga kecil sedang duduk mendengarkan petuah-petuahnya. Hari ini adalah hari rutin untuk anak-anak naga mendapatkan pelajaran dari naga Lelouch. “Kita adalah makhluk yang dikutuk, tetapi sebagian dari kita dimaafkan. Bapak kita, adalah naga yang membuat bumi ini jadi ditempati oleh manusia. Namanya Azrael, dia penguasa lautan, sedangkan kita penguasa daratan,” lanjut Lelouch. “Yang Mulia, apakah kita akan terus bertempur dengan mereka?” tanya salah seekor naga kecil. “Pertempuran ini akan terus berlanjut sampai akhir zaman. Kita hanya bisa mengusirnya agar tidak sampai menguasai daratan. Daratan adalah tempat para manusia dan makhluk-makhluk lainnya, lautan adalah tempat kekuasaannya. Sebab, di sana dia bersama Iblis dan menjadi kaki tangannya,” jawab Lelouch. “Apakah dia bisa dikalahkan?” tanya naga kecil yang lain.
“Penjara apa?” tanya Aryanaga. “Eee… sebentar yang Mulia, apa tidak bisa diringankan hukumannya? Itu Penjara yang mengerikan. Tidak ada satupun yang keluar dari penjara itu sampai sekarang!” ucap sang Pembela. “Penjara apa? Apa itu?” “Pangeran Aryanaga, Penjara Tujuh Pintu adalah Penjara yang berada di kegelapan bumi. Kau tak akan bisa menghirup udara bebas. Di dalamnya ada tujuh pintu yang mana semuanya mewakili tujuh dosa mematikan. Selama jiwamu ada dosa itu, kau tak akan bisa keluar.” Aryanaga terkekeh. “Masukkan aku ke penjara itu. Aku tak keberatan.” “Sudah diputuskan, bawa dia!” ucap seseorang anggota Dewan Kehormatan Naga. Palu pun diketok dan sang pembela tak bisa meringankan hukuman Pangeran Aryanaga. Arya
Aprilia berada di depan dua gundukan tanah. Air matanya terus berderai seperti tak akan pernah habis. Bandi menepuk pundaknya, berusaha menenangkan Aprilia, bagaimana pun Aprilia adalah wanita dan hatinya lembut. Kepergian Raja Primadigda dan Asri membuatnya sedih. Keduanya dikuburkan di tanah terbaik dan tempat terbaik, yaitu di pemakaman para raja. Di tempat ini juga ada makam para raja sebelum Raja Primadigda.Orang-orang banyak yang menghadiri pemakaman itu. Mulai dari para prajurit, menteri dan juga para pejabat kerajaan. Hari itu rakyat berkabung atas gugurnya Raja Primadigda. Rumor pun cepat menyebar kalau Raja Primadigda dikalahkan oleh anaknya sendiri. Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang motif pembunuhan ini. Aprilia dan Bandi sengaja tidak memberitahu, karena saat ini Antabogolah yang berkuasa. Nyaris semua lini kekuatan militer sekarang di pegang oleh Antabogo, sehingga mustahil baginya membuat su
Aryanaga sama sekali tak bercanda. Dia kembali mengeluarkan tombak elemental dari telapak tangannya, kali ini warnanya kekuningan dengan percikan energi listrik di sekitar ujung tombaknya. Menyadari ada bahaya, Pangeran Bagar menjauh. Aryanaga tetap fokus kepadanya. Setiap pergerakan Pangeran Bagar, bisa dilihatnya. Dan ternyata, Aryanaga tak hanya mengeluarkan satu tombak, tapi lagi, lagi dan lagi hingga sepuluh tombak dengan energi listrik melayang di atasnya. Aryanaga mengambil satu per satu tombaknya, melemparkannya dengan kuat.Pangeran Bagar tak bisa kabur dari serangan itu. Sepuluh tombak beruntun menghantam di sekitarnya. Sepuluh kali petir menyambar-nyambar, jutaan volt menghantam tanah hingga menimbulkan ledakan listrik yang menggelegar.Aprilia dan Bandi yang menyaksikan pertarungan itu dari jauh cukup ngeri dengan kekuatan yang dimiliki
Bandi masih menangis, tetapi ia juga harus membawa jenazah Raja Primadigda. Dengan tersedu-sedu dia menggendong jenazah tersebut. Aprilia juga melakukannya. Aprilia sekarang yang gantian bermandikan darah Asri. Dia dan Bandi pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Aryanaga yang tak terkendali.Pangeran Bagar menjauh. Kini ratusan prajuritnya menghadapi Aryanaga. Mereka terdiri dari ras naga pilihan yang dilatih dengan ilmu perang yang cukup andal. Pangeran Bagar, tidak pernah salah dalam memilih anak buah. Mereka ahli pedang, tombak dan panah. Para prajurit membentuk formasi mengepung Aryanaga. Aryanaga mengamati mereka. Tombak-tombak terhunus ke arah Aryanaga, setiap tombak ini tentu saja ada bagian dari tubuh para naga, sebagian lagi adalah besi yang ditempa oleh para peri, sehingga bisa melukai para naga.Aryanaga sama sekali tak gentar. Ia mengeluarkan kekuatan yang san
“Pangeran Bagar, kenapa kau lakukan ini? Bukannya kau hanya menginginkan Aryanaga? Kenapa kau lukai Asri?” tanya Aprilia. Air matanya tak mampu lagi dibendung. Ia memeluk tubuh Asri yang terbujur kaku.Tangan Asri meremas lengan Aprilia. Suaranya terbata-bata lirih terdengar di telinga Aprilia yang sangat peka. Pangeran Bagar merasa tak bersalah. Dia telah menuntaskan rencananya agar Aryanaga kehilangan sesuatu yang ia cintai. Pangeran Bagar menganggap Asri adalah orang yang dicintai oleh Pangeran Aryanaga, maka dari itu misinya hanya satu yaitu membunuh Asri, tetapi tanpa mengotori tangannya. Sayang sekali rencananya meleset.“Omong kosong semua ini. Kenapa kalian mengacaukan semua rencanaku?” gerutu Pangeran Bagar, “aku adalah ahli strategi terbaik. Kalau begini caranya, ayahku tak akan mengakuiku.”
“Ayah mengamuk!” seru Aryanaga.“Aku bisa melihatnya. Yang Mulia Primadigda akan berubah ke wujud naganya, kesempatan kita cuma satu. Kamu bisa?” tanya Aprilia.Aryanaga menggeleng. “Aku tak bisa.”“Pangeran!” Aprilia memegang bahu Aryanaga. “Semuanya akan baik-baik saja, kau tidak bersalah atas hal ini. Ini yang diinginkan ayahmu.”“Tapi...”Aryanaga menatap mata Aprilia. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan satu sama lain. Aryanaga mencari sudut mata Aprilia, di sudut mata Aprilia ada rasa percaya kepadanya. Aprilia tahu, ini ujian terberat Aryanaga untuk saat ini. Kalau mereka kalah sekarang, semuanya akan sia-sia belaka.“Bantu ak
Primadigda memulai menerjang ke arah Asri. Aryanaga mencoba menghalangi, tubuhnya menghadang Raja Primadigda, sayangnya Primadigda memutar tubuhnya sehingga bisa mengecoh Aryanaga begitu saja. Namun, Aprilia dengan cepat menendang tubuh Primadigda sehingga sang Raja terempas ke belakang. Aryanaga tak tega melihat ayahnya diperlakukan seperti itu.Aprilia tiba-tiba melayangkan tamparannya dengan keras ke pipi Aryanaga. “BANGUN! Apa yang kau lakukan?”Aryanaga terkejut.“Kau mau Asri tewas? Bertarunglah dengan sungguh-sungguh! Aku tahu dia ayahmu, tapi saat ini kau tak punya pilihan. Kalahkan beliau, lalu kita sama-sama menghajar Bagar,” ucap Aprilia menyemangati Aryanaga, “kau tak perlu khawatir, ayahmu yang menginginkan ini. Nyawanya tidak akan sia-sia. Ia bangga melatih anaknya untuk terakhir kali. Ia juga