Aprilia kemudian menyudahi serangan Aryanaga dengan melayangkan satu tinju yang sangat keras ke wajah Sang Pangeran. Tinju itu membuat tubuh Aryanaga berputar sebelum jatuh ke tanah. Aryanaga sendiri tak percaya ada perempuan yang bisa memukul sekeras itu. Dia lalu berusaha bangkit, tetapi ambruk lagi. Napasnya terengah-engah, hingga perlahan-lahan tubuhnya kembali lagi ke wujud manusia.
Asri lalu mendekatinya. Dia mencoba untuk menolong kekasihnya sambil memeriksa apakah ada bagian tubuh yang terluka. Asri menatap ke Aprilia. Aprilia menggeleng-gelengkan kepala. Asri mengangguk. Dia tak akan memberitahu Aryanaga tentang apa yang dikatakannya tadi siang.
Pelipis Aryanaga berdarah, bibirnya juga robek. Darah tampak mengalir di dua luka itu. Asri kasihan kepada Aryanaga lalu mengusap luka itu. Ia bersihkan darahnya, lalu dengan usapan berikutnya luka itu mengering. Aprilia segera mendekati Asri, tiba-tiba Aprilia menahan ta
Minggu kedua, latihan Aryanaga lebih berat lagi. Kini bukan satu gelang yang ada di tangan dan kakinya, melainkan tiga. Peningkatan level latihan ini terjadi pada hari ketiga belas latihan dan latihannya tetap sama. Bandi mengatakan kalau Aryanaga tidak curang, akhirnya untuk pertama kalinya ia bisa maka malam bersama. Sayangnya besoknya Aprilia menambahkan porsi latihannya. Hari itu juga Aryanaga terlambat, tengah malam baru sampai di pondok seperti pertama kali dia berlatih. Peningkatan level latihannya menyebabkan tubuhnya makin tersiksa.Asri berlatih menggunakan kemampuan penyembuhannya. Siangnya Aryanaga berlatih membawa dupa, malamnya bertarung dengan Aprilia. Setiap Aryanaga terluka, Asri yang menyembuhkan. Dua minggu berlatih membuat ketahanan tubuh Aryanaga makin bertambah. Staminanya juga bagus, hingga akhirnya pada minggu ketiga ia bisa memecahkan rekornya sendiri.“Aku berhasil!” girang pemuda itu
Aryanaga memajukan wajahnya untuk mendekat lagi. Aprilia tahu apa yang akan terjadi. Segera telapak tangan Aprilia melindungi bibirnya, akibatnya Aryanaga hanya mengecup telapak tangan Aprilia. Mata Aprilia melotot. Pangeran Aryanaga sudah seberani ini kepadanya.Aryanaga lalu bangkit. Dia tersenyum. “Aku sudah tahu jawabannya.”Aprilia ikut bangkit. “Kau keterlaluan.”“Kenapa aku tak boleh menciummu kalau kau adalah tunanganku? Wajar, bukan?”“Itu tak akan mengubah apapun,” ujar Aprilia.“Apanya yang tak berubah?”“Kau tetaplah seorang pangeran. Calon Raja Agung, anak Primadigda. Dan tugasku di sini adalah melindungimu sampai kau naik takhta,” jawab Aprilia.Aryanaga sedikit kesal. Ia kemudian meninggalkan Aprilia sendirian dengan ditema
“Pergilah, sebelum aku berubah pikiran. Kau mencintai Asri bukan? Aku tak mau dia salah paham!” ujar Aprilia, “hari ini aku mau menenangkan diri dulu.”Aryanaga mengedik, lalu berdiri meninggalkan Aprilia. Asri yang sempat khawatir kemudian bertanya-tanya kepada Aryanaga. “Gimana? Kenapa dia?”“Dia ingin menyendiri,” jawab Aryanaga.“O, kukira dia lagi sedih atau gimana. Apa jangan-jangan ini hari ulang tahunnya?”“Mana kutahu?”“Eh, namanya Aprilia. Pasti lahir bulan April.”“Aprilia putri Belzagum lahir pada bulan April tanggal sepuluh. Aku ikut menggendong tubuh mungilnya saat dia lahir,” tiba-tiba terdengar suara berat di teras pondok. Semua mata mengarah ke sana.Lutut Aryanaga serasa lemas melihat siapa orang
“Bagaimana keadaan Dunia Bawah?” tanya Aryanaga kepada Primadigda.Keduanya berada di tengah padang pasir yang berada di kaki Gunung Bromo. Di sekeliling mereka terdapat alam ikatan, sehingga manusia-manusia tidak bisa melihat mereka. Angin begitu kencang bertiup, membawa hawa kering dan panas. Aryanaga belum mendengar jawaban ayahnya.“Maaf, kalau sekiranya pertanyaanku bodoh,” lanjut Aryanaga, “aku hanya tak tahu harus bicara apa kepada Ayah. Kita lama tidak bertemu.”“Dunia bawah, sedang kacau. Raja Azrael baru saja menaklukkan wilayah Laut Barat. Kita hanya tinggal dua aliansi saja yang tersisa. Ini pun masih kurang karena ada para pengkhianat.”“Ayah setiap saat selalu bertempur?”Primadigda mengangguk. “Aku selalu berada di medan perang.”“Selama in
“Kau berhasil,” ucap Primadigda. Tetapi ini bukan suaranya, ini lebih seperti bisikan hati. Hanya Aryanaga saja yang bisa merasakan. “Tetapi, kau terlalu banyak menggunakan energimu, sebentar lagi kau akan kelelahan.”Dan benar saja, tubuh Aryanaga merasa lemas. Benang-benang energi tadi pun mulai memendek, redup, lalu lenyap. Yang ada sekarang Aryanaga terkulai lemah. Matanya terbuka melihat sang ayah masih dalam posisi duduk bersila. Kini ayahnya membuka mata, menyaksikan sang anak kelelahan.“Itukah Mata Dewa? Aku seolah-olah bisa melihat segalanya,” kata Aryanaga. Dia senang sekali bisa melakukan teknik ini.“Kau jangan senang dulu, Arya. Yang kamu lakukan baru tahap yang sangat awal. Aku juga dulu saat melakukan pertama kali seperti itu. Namun, inti dari menggunakan Mata Dewa adalah kau bisa bergerak lebih efektif dan efisien. Kau tak perlu mengalahkan
Primadigda tersenyum kepada Aryanaga. Anak lelakinya ini sekarang menjadi ksatria baru. Teknik Mata Dewa sudah diajarkan, tinggal Aryanaga mau melatihnya atau tidak. Dia beranjak dari tempat semedinya untuk menghadap ke arah istrinya berada. Angin dingin berhembus dari tempat itu. Dewi Es menyapa suaminya, hanya keduanya yang bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Luh Baya dan Rah Baya tampak hanya mengamati Raja Primadigda dari jauh. Mereka memberi salam kepada sang raja dari tempat mereka berdiri.Aryanaga membuka mata. Tubuhnya lebih segar dan ringan selama latihan teknik Mata Dewa. Dia seakan-akan bisa melihat kehidupan dengan cara berbeda. Namun, ia berusaha agar sebisanya tidak terlalu sering menggunakan teknik ini, karena sangat menguras energi.“Setelah ini, kita akan berlatih apa lagi, Ayah?” tanya Aryanaga.Primadigda menggeleng. “Sudah cukup. Aku sudah mengajarkanmu bagi
Aprilia terbangun. Pagi sudah menjelang. Matahari mengintip dari cakrawala. Selama ini dia tidur di sofa kesayangannya. Meskipun sebenarnya ada kasur dan cukup untuk mereka, tetapi Aprilia lebih memilih sofa. Bukan kenapa, tetapi dia ingin selalu terjaga setiap saat. Dia merasa, kasur hanya akan membuat dirinya terlena dari keadaan sekitar.Ada yang berbeda pagi ini. Aprilia tak merasakan sesuatu. Namun, ini terlalu aneh. Biasanya dia merasakan kehadiran seseorang. Asri, di mana dia?Aprilia bangkit, menuju ke kamar Asri. Pintunya terbuka dan perempuan itu tak ada di sana. Dapur juga sepi, biasanya Asri sudah sibuk di sana memasak, memotong sesuatu, atau membuat minuman hangat. Pagi ini sepi. Bandi tak terlihat. Apa keduanya pergi bersama?Dari luar terdengar suara angin berembus. Saat itulah terlihat Bandi yang sedang menjadi naga mendarat dengan perlahan, beberapa detik kemudian wujudnya berubah k
Aryanaga merasakan kesedihan di dalam suara itu. Dada Aprilia juga serasa sesak. Aryanaga lalu pergi meninggalkan Aprilia. Dia mencoba mencari Asri ke tempat lain. Hatinya merasa tersentuh dengan perasaan Aprilia. Aneh, tidak pernah ia merasa seperti ini sebelumnya. Seolah-olah perasaan ini sangat dia kenali sebelumnya, tetapi ia tak tahu kapan dan di mana.Radar Aryanaga terus meluas hingga ia merasakan napas seseorang yang dia kenali. Suaranya yang bersenandung kecil, ditambah suara langkahnya. Mata Aryanaga terbuka lalu seolah-olah menyipit menembus semua pepohonan dan bebatuan. Sejauh matanya memandang ia bisa melihat bayangan Asri dari tempat ia berdiri. Segera dengan kecepatan tinggi Aryanaga berlari ke arah Asri. Dia menghindari pohon, bebatuan, melompat secepat kilat.Asri terengah-engah. Dia berada di daerah yang tak pernah ia ketahui sebelumnya. Ia tersesat makin jauh ke dalam hutan. Dia kira sek
Ternyata serangan tersebut tidak hanya dari satu sisi bumi saja. Daratan lain pun sudah mulai diserang. Para naga tersebut mulai memasuki pantai dari daratan yang lain, hingga setiap manusia yang mereka temui pun dimangsa. Mereka tidak melihat apakah itu orang dewasa atau anak-anak. Lelouch dan pasukan naganya tak mampu berbuat apa-apa selain menghalau apa yang mereka bisa. Hari itu mereka kalah, meskipun memenangkan pertempuran.Lelouch bertengger di atas bukit. Dari kejauhan dia melihat bangkai-bangkai naga bergelimpangan di tepi pantai. Sesaat dia mendongak ke atas, seolah-olah meminta bantuan kepada Sang Pencipta. Setelah itu dia menunduk, menutup sayapnya, berada dalam kebimbangan.“Yang Mulia,” panggil salah satu naga yang mengampirinya.“Aku sedang ingin sendiri,” ucap Lelouch.“Tidak, bukan begitu Yang Mulia. Lihat ke atas!” ucap naga tersebut.Lelouch mendongak. Tidak pernah disangka sebelumnya oleh Lelo
“Bagaimana awalnya kita, para naga bisa menempati bumi ini?” tanya sesosok naga bersirip hitam dan putih. Di depannya tampak naga-naga kecil sedang duduk mendengarkan petuah-petuahnya. Hari ini adalah hari rutin untuk anak-anak naga mendapatkan pelajaran dari naga Lelouch. “Kita adalah makhluk yang dikutuk, tetapi sebagian dari kita dimaafkan. Bapak kita, adalah naga yang membuat bumi ini jadi ditempati oleh manusia. Namanya Azrael, dia penguasa lautan, sedangkan kita penguasa daratan,” lanjut Lelouch. “Yang Mulia, apakah kita akan terus bertempur dengan mereka?” tanya salah seekor naga kecil. “Pertempuran ini akan terus berlanjut sampai akhir zaman. Kita hanya bisa mengusirnya agar tidak sampai menguasai daratan. Daratan adalah tempat para manusia dan makhluk-makhluk lainnya, lautan adalah tempat kekuasaannya. Sebab, di sana dia bersama Iblis dan menjadi kaki tangannya,” jawab Lelouch. “Apakah dia bisa dikalahkan?” tanya naga kecil yang lain.
“Penjara apa?” tanya Aryanaga. “Eee… sebentar yang Mulia, apa tidak bisa diringankan hukumannya? Itu Penjara yang mengerikan. Tidak ada satupun yang keluar dari penjara itu sampai sekarang!” ucap sang Pembela. “Penjara apa? Apa itu?” “Pangeran Aryanaga, Penjara Tujuh Pintu adalah Penjara yang berada di kegelapan bumi. Kau tak akan bisa menghirup udara bebas. Di dalamnya ada tujuh pintu yang mana semuanya mewakili tujuh dosa mematikan. Selama jiwamu ada dosa itu, kau tak akan bisa keluar.” Aryanaga terkekeh. “Masukkan aku ke penjara itu. Aku tak keberatan.” “Sudah diputuskan, bawa dia!” ucap seseorang anggota Dewan Kehormatan Naga. Palu pun diketok dan sang pembela tak bisa meringankan hukuman Pangeran Aryanaga. Arya
Aprilia berada di depan dua gundukan tanah. Air matanya terus berderai seperti tak akan pernah habis. Bandi menepuk pundaknya, berusaha menenangkan Aprilia, bagaimana pun Aprilia adalah wanita dan hatinya lembut. Kepergian Raja Primadigda dan Asri membuatnya sedih. Keduanya dikuburkan di tanah terbaik dan tempat terbaik, yaitu di pemakaman para raja. Di tempat ini juga ada makam para raja sebelum Raja Primadigda.Orang-orang banyak yang menghadiri pemakaman itu. Mulai dari para prajurit, menteri dan juga para pejabat kerajaan. Hari itu rakyat berkabung atas gugurnya Raja Primadigda. Rumor pun cepat menyebar kalau Raja Primadigda dikalahkan oleh anaknya sendiri. Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang motif pembunuhan ini. Aprilia dan Bandi sengaja tidak memberitahu, karena saat ini Antabogolah yang berkuasa. Nyaris semua lini kekuatan militer sekarang di pegang oleh Antabogo, sehingga mustahil baginya membuat su
Aryanaga sama sekali tak bercanda. Dia kembali mengeluarkan tombak elemental dari telapak tangannya, kali ini warnanya kekuningan dengan percikan energi listrik di sekitar ujung tombaknya. Menyadari ada bahaya, Pangeran Bagar menjauh. Aryanaga tetap fokus kepadanya. Setiap pergerakan Pangeran Bagar, bisa dilihatnya. Dan ternyata, Aryanaga tak hanya mengeluarkan satu tombak, tapi lagi, lagi dan lagi hingga sepuluh tombak dengan energi listrik melayang di atasnya. Aryanaga mengambil satu per satu tombaknya, melemparkannya dengan kuat.Pangeran Bagar tak bisa kabur dari serangan itu. Sepuluh tombak beruntun menghantam di sekitarnya. Sepuluh kali petir menyambar-nyambar, jutaan volt menghantam tanah hingga menimbulkan ledakan listrik yang menggelegar.Aprilia dan Bandi yang menyaksikan pertarungan itu dari jauh cukup ngeri dengan kekuatan yang dimiliki
Bandi masih menangis, tetapi ia juga harus membawa jenazah Raja Primadigda. Dengan tersedu-sedu dia menggendong jenazah tersebut. Aprilia juga melakukannya. Aprilia sekarang yang gantian bermandikan darah Asri. Dia dan Bandi pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Aryanaga yang tak terkendali.Pangeran Bagar menjauh. Kini ratusan prajuritnya menghadapi Aryanaga. Mereka terdiri dari ras naga pilihan yang dilatih dengan ilmu perang yang cukup andal. Pangeran Bagar, tidak pernah salah dalam memilih anak buah. Mereka ahli pedang, tombak dan panah. Para prajurit membentuk formasi mengepung Aryanaga. Aryanaga mengamati mereka. Tombak-tombak terhunus ke arah Aryanaga, setiap tombak ini tentu saja ada bagian dari tubuh para naga, sebagian lagi adalah besi yang ditempa oleh para peri, sehingga bisa melukai para naga.Aryanaga sama sekali tak gentar. Ia mengeluarkan kekuatan yang san
“Pangeran Bagar, kenapa kau lakukan ini? Bukannya kau hanya menginginkan Aryanaga? Kenapa kau lukai Asri?” tanya Aprilia. Air matanya tak mampu lagi dibendung. Ia memeluk tubuh Asri yang terbujur kaku.Tangan Asri meremas lengan Aprilia. Suaranya terbata-bata lirih terdengar di telinga Aprilia yang sangat peka. Pangeran Bagar merasa tak bersalah. Dia telah menuntaskan rencananya agar Aryanaga kehilangan sesuatu yang ia cintai. Pangeran Bagar menganggap Asri adalah orang yang dicintai oleh Pangeran Aryanaga, maka dari itu misinya hanya satu yaitu membunuh Asri, tetapi tanpa mengotori tangannya. Sayang sekali rencananya meleset.“Omong kosong semua ini. Kenapa kalian mengacaukan semua rencanaku?” gerutu Pangeran Bagar, “aku adalah ahli strategi terbaik. Kalau begini caranya, ayahku tak akan mengakuiku.”
“Ayah mengamuk!” seru Aryanaga.“Aku bisa melihatnya. Yang Mulia Primadigda akan berubah ke wujud naganya, kesempatan kita cuma satu. Kamu bisa?” tanya Aprilia.Aryanaga menggeleng. “Aku tak bisa.”“Pangeran!” Aprilia memegang bahu Aryanaga. “Semuanya akan baik-baik saja, kau tidak bersalah atas hal ini. Ini yang diinginkan ayahmu.”“Tapi...”Aryanaga menatap mata Aprilia. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan satu sama lain. Aryanaga mencari sudut mata Aprilia, di sudut mata Aprilia ada rasa percaya kepadanya. Aprilia tahu, ini ujian terberat Aryanaga untuk saat ini. Kalau mereka kalah sekarang, semuanya akan sia-sia belaka.“Bantu ak
Primadigda memulai menerjang ke arah Asri. Aryanaga mencoba menghalangi, tubuhnya menghadang Raja Primadigda, sayangnya Primadigda memutar tubuhnya sehingga bisa mengecoh Aryanaga begitu saja. Namun, Aprilia dengan cepat menendang tubuh Primadigda sehingga sang Raja terempas ke belakang. Aryanaga tak tega melihat ayahnya diperlakukan seperti itu.Aprilia tiba-tiba melayangkan tamparannya dengan keras ke pipi Aryanaga. “BANGUN! Apa yang kau lakukan?”Aryanaga terkejut.“Kau mau Asri tewas? Bertarunglah dengan sungguh-sungguh! Aku tahu dia ayahmu, tapi saat ini kau tak punya pilihan. Kalahkan beliau, lalu kita sama-sama menghajar Bagar,” ucap Aprilia menyemangati Aryanaga, “kau tak perlu khawatir, ayahmu yang menginginkan ini. Nyawanya tidak akan sia-sia. Ia bangga melatih anaknya untuk terakhir kali. Ia juga