Home / Romansa / CINCIN TAK BERTUAN / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of CINCIN TAK BERTUAN: Chapter 31 - Chapter 40

61 Chapters

Emosiku Membludak Tiada Terduga

Bab 31Mobil dibelokkan ke halaman dengan kencang. Arul menginjak rem mendadak. Kenapa dia melampiaskan kemarahannya pada kami? Masih penasaran dengan si penelepon tadi.Pintu mobil ditutup dengan keras setelah Arul turun. Aku hanya bisa berpasrah atas perlakuannya. Wajah kedua wanita yang ada di belakangku terlihat ketakutan. Kasihan juga mereka karena belum pernah menyaksikan hal ini, sepertinya.Mereka berdua menghampiriku kembali untuk membantu berjalan menuju kamar. Barulah Arul kembali menyambut tanganku setelah sampai ke pintu rumah."Cepetan masuk. Cepat, cepat. Cepaaaat," paksa Arul.Husna dan Titin masuk dengan berlari kecil seperti orang ketakutan. Pintu segera ditutup, tanpa melihat lagi ke luar. Keanehan pun mencurigakan.Ponsel Arul kembali berdering untuk kesekian kalinya. Tidak juga diterimanya. Tidak lama, ponselku berdering. Arul dengan cepat merampas dari tanganku. Belum sempat melihat nama yang tertera di layar.Me
Read more

Hadiah Untukku Dari Seseorang

Bab 32 Setelah dia meninggalkan kami, seseorang datang. Lelaki itu sama sekali tidak kukenal. Tubuhnya kekar, kulit putih, rambut ditaruh ke samping, dan pastinya tampan. Cara berpakaiannya juga sangat mengesankan. Wow ... bukan hanya aku yang terpesona, tetapi juga Husna dan Titin. Mata mereka sulit untuk ke arah lain. Dia kupersilakan duduk di kursi teras rumah. Menanyakan apa keperluannya. Sebelumnya rambut yang tadinya acak-acakan sudah kurapikan. "Mbak, ada hadiah dari seseorang. Sebentar lagi datang, kok. Sabar, ya, Mbak," ucapnya dengan lembut sembari memasang senyum manis. "Hadiah? Boleh saya tau, dari siapa, ya?" "Ini surprise. Saya dilarang untuk memberitahunya. Nanti Mbak bisa, cek sendiri." Tidak lama, ada juga yang berhenti di depan pagar. Apakah itu yang dia maksud? Tapi benarkah? Atau barangkali bukan yang itu untukku. Mungkin mereka sedang mencari-cari alamat pembeli. Salah satu dari mereka menghampiri kami dan
Read more

Apa Maksud Dari Semua Ini?

Bab 33Aku berharap agar semua ini adalah sebuah kepura-puraan Arul tidak mengakuinya. Atau ini menambah kebingungan pada diriku sendiri. Entahlah."Zeyn, siapa yang memberikannya? Jujur saja." Pertanyaan yang tidak masuk akal bagiku."Maksudnya? Kok, kau nggak paham."Aku benci bila disuruh jujur yang sama sekali memang aku sudah jujur. Sepertinya Arul mulai menjebak dengan menanyakan siapa orang yang memberikan hadiah."Ya, ampun, Zeyn. Dengar, ya ... siapa yang memberikan motor itu? Itu artinya bukan aku kan yang membelikannya?""Lah, siapa, dong? Masa, iya, ada orang lain selain kamu. Terus?""Kamu punya kekasih baru?" tanyanya, sembari memandangi wajahku.Sungguh aku gugup dengan pertanyaan gila dari Arul. Seenaknya mengucapkan hal yang tidak bisa diterima akal sehat. Percaya bila aku punya kekasih? Sementara dia sendiri tidak sadar atas perbuatannya. Egois!Aku masuk dan mengabaikan pertanyaan yang kuanggap bodoh.
Read more

Kapan Giliranku?

 Bab 34Kapan Giliranku?Sebuah panggilan dari aplikasi berwarna hijau masuk ke ponselku. Nomor penelepon tidak tersimpan dalam kontak. Bingung mau diterima atau enggak.Arul meraih ponselku dengan cepat. Jelas saja terkejut dengan caranya merampas dari tanganku. Mungkin dia curiga. Berlebihan sekali.Arul menerima panggilan itu. Selama pembicaraan berlangsung, aku berharap agar semua dalam keadaaan baik-baik saja. Terlebih saat ini sangat genting.Jantungku berdegup kencang tak menentu. Darah berdesir seakan hendak ketemu kekasih hati. Bahkan melebihi. Rasanya mau mati karena Arul semakin menaruh perhatian padaku."Siapa dia?" Pertanyaan Arul mampu memecahkan sepi."Dia siapa? Aku nggak tau kamu ngomong sama siapa.""Zeyn ... Zeyn .... Bener kamu nggak tau? Sepertinya kamu punya banyak teman lelaki sekarang. Ya, sejak kamu tinggal sendiri."Maksudnya? Aku nggak paham ucapanmu, Rul. Aku rasa kau mengada-
Read more

Maaf, Aku Terlanjur Melakukannya

 Bab 35Lama aku berdiam memandangi paket itu. Takut bila isinya jadi sebuah tuduhan yang tidak-tidak. Rasanya sudah terlalu capek dengan alasan cemburu dan curiga. Jika dipikir-pikir, akulah wanita paling jujur selama berumah tangga."Bu, mau makan lagi? Atau saya ambilkan roti?" tanya Husna, setelah memerhatikanku."Mmmm ... roti aja, deh, Na. Oya, sekalian buatkan saya teh susu jahe. Kemaren Titin sudah membelinya di pasar."Ok, Bu."Husna mengarah ke dapur mengambil apa yang kuminta. Sementara Titin sibuk menyiapkan keperluan isi lemari es. Pokoknya kebutuhan untuk makan hanya Titin yang tahu. Uang belanja juga mama mertua yang memberikannya. Termasuk uang peganganku.Hari ini aku harus bisa bertemu dengan Arul dan membawanya pulang ke rumah. Bagaimanapun Arul harus bisa terus bersamaku dan tidak akan aku beri kesempatan pada Naya dengan kebahagiaan mereka.Selepas itu aku akan membawa pergi jauh untuk menyingkirkan a
Read more

Itu Bukan Kesalahanku, Tulang

Bab 36Hatiku berdebar kencang, jantung berdegup tidak beraturan. Ketakutan berhasil menggerayangi pikiran. Perasaan juga tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengasihani orang yang telah kusakiti.Ah, sudah terlanjur melakukannya. Tidak akan bisa diperbaiki. Jiwaku saat ini mencoba untuk kasar. Akhirnya lahirkan kekejaman melebihi yang mereka lakukan padaku. Puas? Belum sama sekali.Ponsel berdering. Nama Arul tertera di layar ponsel. Ini pasti tentang Naya. Aku tidak akan menerima panggilan itu. Sampai kapan pun.Untuk menghindari ini. Sebaiknya aku meninggalkan kota Rantau Prapat. Ya, sepertinya akan ada masalah besar yang akan kuhadapi nanti. Namun, bagaimana dengan mertuaku? Aku tidak ingin mereka menyimpan kekecewaan yang mendalam. Sebab semua ini kulakukan demi menyelamatkan kebahagiaanku yang telah dirampas.Sebelum Arul datang, aku harus pergi. Kupersiapkan keperluan selama di Sibuhuan. Lalu dimasukkan ke dalam koper berukuran sedang. Pakai
Read more

Kuingin Dia Bersamaku

Bab 37 Telapak tangannya melekat tepat di pipiku sebelah kanan. Aku terkejut dengan tamparan itu. "Tulang! Kalau memang aku sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Bunuh saja aku! Bunuh!" "Diam! Berani-beraninya menantang Tulang sekarang, ya. Dasar tidak berpendidikan!" Kejam sekali Tulang mengatakan aku tidak berpendidikan. Memang aku hanyalah tamatan SMA, tetapi tidak sewajarnya ucapannya seperti itu. Ini sudah membuat hatiku terluka. Lebih baik aku pergi dari rumah ini. Apa hubungannya masalah dengan pendidikanku? Bukannya membantu menyelesaikan masalah, malah menghina dan merendahkan. Ini tidak bisa dibiarkan. Tidak akan kumaafkan! Meski dia adalah adik makku sendiri. Lihat saja nanti. Aku mengambil kembali barang-barangku dari kamar Dina. Lebih baik pergi daripada harus bertahan dengan kekacauan. Semua sudah menyalahkan aku. Otakku berpikir, ke mana aku akan pergi. Di Sibuhuan ini, hanya rumah ini dan Nunu yang kuketahui. Oh, Tuh
Read more

Jiwaku Terlalu Kasar Saat Ini

Bab 38 Bola matanya membulat sempurna bak bulan purnama. Wajah cantik itu berubah menjadi mimik yang menyeramkan. Tetiba jantungku berdebar. Darah di dada berdesir tidak beraturan. Sungguh pemandangan ini sulit untuk ditata agar tidak timbul kesalahpahaman. "Ka-- ka-mu? Kok--" "Zeyn, mama mencarimu semalaman. Dia nggak bisa tidur. Kerjanya hanya menangis dan menyebut nama kamu terus." Ucapan Dina sudah bisa kubayangkan seperti apa nantulangku malam tadi. Setelah mendengar penjelasan itu, aku jadi merasa bersalah karena tidak bisa mendengar ucapan mereka. Memang ini adalah kekeliruan terfatal yang kulakukan. Namun, aku juga punya rasa dalam menanggapi ucapan siapa pun yang bicara. "Lah, kalian ada masalah apa, sih? Kok, Zeyn nggak cerita?" Nunu mengernyit keningnya. "Hmmm ... apa kamu tidak bertanya, kenapa Zeyn tinggal bersamamu. Sementara dia punya keluarga di sini?" Dina mulai kembali mengingat masalah kemarin. Ini yang tidak
Read more

Hatiku Mulai Berpindah Karena Ulah Suamiku

 Bab 39"Zeyn, ini bukan momen yang tepat untuk membahas masalah ini. Aduh," keluh Nunu sembari meletakkan kedua tangannya ke kepala."Tulang rasa, kau sudah tidak waras, Zeyn. Coba berpikir jernih saat ini," gerutu tulangku."Uda, aku pulang dulu. Lagian mau kerja lagi. Sudah jam sembilan lebih." Nunu berpamitan.Uda adalah kata sapaan untuk lelaki yang lebih muda dari orang tua kita. Seperti paman atau om.Paman mempersilakan Nunu pulang. Tinggallah aku di sini tanpanya. Entah kenapa, semenjak hari kemarin, hatiku padanya terasa dekat. Sepertinya cinta mulai tumbuh tanpa kusadari. Rasa nyaman itu kadang membuat aku bingung pada diri sendiri.***Hari ini, Dina mengajakku untuk pergi ke tempat yang membuat aku tenang. Kuakui, otakku penuh dengan kekacauan. Perlu refreshing. Ibarat komputer yang sering dipakai. Hampir hank dan panas. Wajar bila harus diistirahatkan.Setelah salat Zuhur, aku dan Dina bersiap-siap un
Read more

Tindakanku Bukan Salahku

 Bab 40Tidak sampai setengah jam, kami sudah sampai di rumah. Tidak ada kulihat orang lain di sini, selain tulang dan nantulangku.Tamu yang disebutkan Dina sepertinya hanyalah kebohongan agar kami pulang. Memang begitulah tulangku, selalu saja merasa khawatir bila Dina pergi tanpa mereka. Ya, wajar, sih. Karena Dina adalah putri semata wayang.Aku menunggu kamar mandi untuk membersihkan badan. Rasanya sangat gerah sekali. Meskipun tempat yang kami kunjungi tidak begitu jauh, akan tetapi berjalan dari parkiran ke masjid saja sudah mengeluarkan keringat."Mago do sude, arsak ni rohakku. Molo dilambunghu ho. Sonang ma rohakki, rap dohotho. Ito haholongan. Haholongi au, sayangi ma au. Salelengni lelengna. Baen au ito hot di rohami. Ulang adong na asing. So tung mubaho, so tung lupaho. Tung so jadi sirang. Au dohotho."Kunyanyikan lagu Batak itu dengan suara fals milikku. Bayangan melayang hanya pada Nunu seorang, bukan suamiku. Sepertiny
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status