Bab 32 Setelah dia meninggalkan kami, seseorang datang. Lelaki itu sama sekali tidak kukenal. Tubuhnya kekar, kulit putih, rambut ditaruh ke samping, dan pastinya tampan. Cara berpakaiannya juga sangat mengesankan. Wow ... bukan hanya aku yang terpesona, tetapi juga Husna dan Titin. Mata mereka sulit untuk ke arah lain. Dia kupersilakan duduk di kursi teras rumah. Menanyakan apa keperluannya. Sebelumnya rambut yang tadinya acak-acakan sudah kurapikan. "Mbak, ada hadiah dari seseorang. Sebentar lagi datang, kok. Sabar, ya, Mbak," ucapnya dengan lembut sembari memasang senyum manis. "Hadiah? Boleh saya tau, dari siapa, ya?" "Ini surprise. Saya dilarang untuk memberitahunya. Nanti Mbak bisa, cek sendiri." Tidak lama, ada juga yang berhenti di depan pagar. Apakah itu yang dia maksud? Tapi benarkah? Atau barangkali bukan yang itu untukku. Mungkin mereka sedang mencari-cari alamat pembeli. Salah satu dari mereka menghampiri kami dan
Read more