Beranda / Romansa / CINCIN TAK BERTUAN / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab CINCIN TAK BERTUAN: Bab 41 - Bab 50

61 Bab

Kumohon Tinggalkan Aku, Rul

Bab 41Arul membanting ponselku. Ini sudah membuatku murka. Mengajakku pulang, tetapi begitu yang dia lakukan. Jika bukan di rumah nantulangku, sudah kubunuh dia.Sakit sekali rasanya melihat benda pipih kesayanganku hancur berkeping-keping. Dia tidak tahu, bagiku benda itu lebih berharga daripada dirinya. Sebab, keluh kesahku ada pada Nunu melalui benda tersebut. Saat ini tidak ada lagi orang yang paling kusayangi selain Nunu."Bangsat! Apa maumu? Dasar laki-laki biadab!" Kemarahanku sudah memuncak.Dia mendorongku dan melekatkan kedua tangannya ke leherku. Aku kesusahan untuk bernapas. Tenaganya membuat aku kewalahan menghadapinya."Ueek ... ueek .... Ough ...," ucapku tidak jelas."Rul! Arul! Lepaskan! Ya, Allah ... matilah istrimu! Lepaaas!" Nantulang dan Dina berusaha menarik tangan Arul dari leherku.Aku sulit bernapas. Rasanya hampir mati. Lidahku mulai kaku. Sungguh ini pertama kali kurasakan seumur hidup."Arul!" benta
Baca selengkapnya

Hatiku Dag-dig-dug Karena Pesan Dina

Bab 42Aku berlari ke arah suara benturan tersebut. Kucari di setiap sudut. Tidak kutemukan apa-apa. Semua benda tampak rapi pada tempatnya. Lantas, suara apa yang terdengar barusan?Tidak sampai sepuluh menit, mata ini terbelalak mendapati Dina yang jatuh di lantai. Aku menjerit sejadi-jadinya seraya menyadarkan."Dina! Din! Bangun, Dina!" Aku menggoyang badannya dengan keras.Dina masih juga tidak sadarkan diri. Kuambil air lalu kepercikkan ke wajahnya dengan tanganku. Tidak juga ada perubahan. Ya, Allah ... ada apa dengan Dina? Ini pertama kali aku melihatnya dalam keadaan pingsan.Aku semakin khawatir atas keadaan sepupuku. Kuletakkan jari telunjukku ke hidungnya untuk memastikan kalau dia masih bernapas. Alhamdulillah. Masih ada angin yang keluar masuk dari indera penciumannya."Nantulang! Arul! Toloooong, lihat Dina!" teriakku agar penghuni rumah datang."Ya, ampun. Ada ini? Astagfirullah ...," ucap nantulangku sambil menangis.
Baca selengkapnya

Gelang Tangan Pemberian Seseorang Yang Masih Misterius

 Bab 43 "Owh, iya. Baguslah.""Bagus? Apanya yang bagus?""Mmm ... enggak. Ya, udah, aku mau jumpain Titin dulu. Aku laper."Kupasang lagi strategi agar bisa membalas chat Dina. Ponsel yang ketinggalan jaman ini masih bisa kugunakan untuk bisa berhubungan dengan Nunu juga.[Kau tahu kan kalau aku dari dulu suka sama Nunu. Selama kalian berdua, aku nggak tenang, Zeyn. Sumpah. Sebenarnya aku malu telah jujur. Tapi, aku nggak tahan menyimpan semua ini, Zeyn. Maaf.]Kenapa Dina membiarkan aku pergi dengan Nunu? Dia kan tahu kalau aku sangat menyintai lelaki itu. Seharusnya dia menegurku, dong. Bukan malah memikirkan hubunganku sampai sakit. Kasihan juga melihatnya."Din, akan juga mau jujur kalau aku sangat sayang sama Nunu. Tapi demi kamu, aku lepaskan. Aku nggak apa-apa.][Makasih, Zeyn.]Tidak kubalas lagi pesan dari Dina. Seketika hatiku hancur lebur bagaikan dihempas ombak besar. Terombang-amb
Baca selengkapnya

Ingin Kucari Kebahagiaanku Tanpa Keterikatan Arul

 Bab 44"Matamu, Zeyn. Jangan terlalu serius melihatnya." Arul berkata dengan merapatkan giginya.Aku langsung melipat kedua tanganku ke dada. Wajah kutundukkan, tapi mataku melirik ke arah lelaki itu. Sejak diriku dipoligami, jiwaku semakin rusak. Semua laki-laki hendak kudekati, tanpa memikirkan rasa malu."Assalamualaikum. Ini rumahnya Zeyndra?""Ya, ada apa?" jawabku sembari mengerutkan kening. Kenapa dia menyebut namaku?"Ekhemmmm, Anda siapa, ya? Maaf, saya suaminya." Arul memotong sebelum lelaki itu menjawab pertanyaanku."Saya temannya." Laki-laki itu mengaku temanku, tetapi tidak mengenali. Kenyataannya dia masih bertanya kalau ini rumah Zeyndra. Padahal aku di sini. Aneh sekali dia. Aku yakin kalau dia orang suruhan. Mana pernah aku kenal dengan laki-laki lain, selain Nunu."Teman? Kamu siapa?" sahutku keheranan."Owh ... ada yang nyuruh kamu? TIDAK USAH KAU CARI ZEYN! DIA ADALAH ISTRIKU!" cegah Arul untu
Baca selengkapnya

Kini Dedi Menjadi Incaranku

Bab 45"Kenapa dia. Itu siapa, Zeyn.""Dia bukan siapa-siapa, Ded.Aku baru nyadar yang awalnya aku menyapa abang, sekarang malah memanggil namanya. Sungguh malu diri ini.Aku khawatir ada kabar apa yang diterima oleh Arul barusan. Kenapa begitu mendadak dia pergi dan tidak melanjutkan atas apa yang akan dia lakukan pada Dedi."Tin! Sini." Aku memanggilnya karena dia masih di atas sepeda motor."Ada apa, Bu?" Tampak wajahnya ketakutan saat menemuiku."Kenapa kalian bisa bertemu? Kau nelepon Arul? Aduhhh ... kau ini gimana, sih? Kan saya udah bilang, jangan kasi tau ...." Aku menggeram pada Titin."A-aku tidak ngasi tau, Bu. Tadi pas aku duduk sama teman makan bakso, Pak Arul juga ada di sana. Katanya untuk Naya.""Owh, Tuhan.""Siapa Naya, Bu?""Udah, nggak usah dibahas." Aku berpikir sejenak. "Ded, kita bubar dulu, deh. Aku masih ada urusan.""Ya, udah. Bisa minta nomor WA kamu?""Boleh. Nih,
Baca selengkapnya

Ingin Jauh Dari Arul, Tapi Tak Bisa

Bab 46Aku sudah was-was dengan apa yang akan terjadi untukku. Sungguh ini membuat aku takut. Di luar sana, bahagianya diriku, tetapi bila di rumah. Bagaikan dalam sangkar."Dari mana, Zeyn," tanya Arul dengan Nada penasaran."Dari sama teman, Rul. Ada apa?""SAMA TEMAN? TEMAN ...." Arul membelalakkan matanya tajam dengan suara lantang."Kenapa kau harus marah? Salah kalau aku bertemu dengan temanku? Haa?!""Dengar, ya, Zeyn. A-ku su-ami-mu! Apa wajar kubiarkan istriku berduaan dengan laki-laki lain? Jawab!" Kemarahannya semakin menjadi."Siapa yang berduaan!"'Plak'Telapak tangan Arul mendarat di pipiku. Ini yang kedua kalinya dia melakukan kekerasan. Aku tidak terima atas perbuatannya. Tidak! Ya, tidak kuterima!"Berani-beraninya kau menamparku! Dasar laki-laki berhati iblis! Beraninya cuma sama perempuan!" Amarahku tidak lagi tertahan."Masuk! Maasuk!" Tangannya menarik lenganku. Dia memaksaku untuk mas
Baca selengkapnya

Kehamilanku Membuat Suamiku Murka

Bab 47"Pa-Papa? I-ini aku sendirian. Ya, sendirian, Pa," jawabku terbata-bata."Mana Arul? Katanya juga di sini?" Pertanyaan papa mertuaku sulit kujawab. Bagaimana tidak, jika dia tau aku bersama lelaki lain, bukan anaknya, pastilah aku yang paling disalahkan."Arul? O-owh, iya, Pa. Ada di bawah tadi. Aku mau lihat toko yang lain, jadi kutinggalkan." Aku memaksakan diri untuk tersenyum. Ini cerita yang luar biasa. Sudah bisa kupastikan, semua akan berantakan bila Dedi datang menghampiriku.Bukan apa-apa, semua akan terbongkar. Ya, papa akan tahu kelakuanku saat ini dan Dedi juga akan tahu juga kalau aku sudah bersuami. Wow ... bisa berabe semua dan rencanaku akan berantakan."Mmmm ... Papa dengan siapa? Mama?" Mencoba mengalihkan perhatian papa agar tidak lagi melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat aku terbodoh."Sama mama kamu, tadi dia ketemu sama temennya. Ya, papa tinggal saja. Lagian mereka perempuan semua, masa papa harus denge
Baca selengkapnya

Benarkah Pengakuan Mereka Padaku?

Bab 48Aku menarik benda yang tidak seharusnya dia pegang. Jika yang dia tujukan adalah isi chatan dengan Dedi, bisa gawat aku. Semoga saja tidak."Ngapain kau megang hpku! Sini!" teriakku. Piring yang ada di depanku, kulemparkan ke lantai untuk menggertaknya."Baca dulu, Zeyn. Nggak usah sok marah ...," katanya padaku, sambil merapatkan giginya."Baca apa! Apa ...!""Siapa ayang beb! Siapa!" bentaknya."Itu bukan urusanmu, Rul. Nggak usah ikut campur urusanku. Nggak penting!""Apa kau bilang? Bu-kan u-ru-san-ku? Wow ... magic. Kenapa nggak sekalian, kau bilang bukan suamimu," ucapnya lancang.Aku tetap berusaha untuk merampas ponselku. Sayangnya, dia menariknya kembali saat hampir dapat. Lalu dia membantingkan ponselku ke lantai untuk yang keduakalinya.Hancur sudah, aku tidak lagi memiliki ponsel. Bagaimana nanti menghubungi Dedi? Oh, tidak, tidak. Dengan emosi yang mulai menghampiri, kubalas apa yang dia lakukan. Kuam
Baca selengkapnya

Aku Pasrah Dengan Keputusan Ini

   "Kok, bisa jatuh hpmu. Awas rusak, lho," ucapku sambil memegang luka yang mulai gatal di kaki."Engg-enggak pa-pa, kok. Ehh, masih sakit kepalamu, Zeyn." Dina mulai salah tingkah dengan alasan peduli pada kesehatanku."Udah agak mendingan. Ini yang sakit." Aku menunjukkan kakiku. "Di pantat juga ada biram kulihat. Sakit juga, Din.""Itu mungkin karena benturan. Ya, sudah, nanti kukasi obat lagi. Tapi diminum, ya.""Bu, dipanggil Pak Arul," ucap Titin.Aku berdiri dengan menahan sakit di kaki. Jangankan untuk berdiri, untuk duduk saja badan ini sudah tidak mampu.Titin dan Husna membantuku berjalan. Rasanya pengin digotong saja agar tidak merasa sakit. Dina dan Naya pun ikut melihatku saat dipapah.Sesampainya di pintu kamar, mereka melepaskan pegangan tanganku. Aku berjalan menelusuri dinding."Sini, Zeyn." Arul membantuku.Berlahan kuberjalan dan duduk ke kursi."Aku mau
Baca selengkapnya

Haruskah Kurawat Anak Dari Wanita Selingkuhan Suamiku?

 Bab 50"Arul, boleh aku masuk?" pinta wanita itu.Dilihat dari gelagat wanita itu, sepertinya ada yang mencurigakan. Anehnya, kenapa dia tahu kalau Arul tinggal di sini? Lagian, ngapain dia mencari suami orang? Aku mulai menyelidiki."Owh, silakan, kak. Duduklah," suruhku sembari merapikan bajuku."Kenapa kau tau aku di sini, Meta? Bukankah seharusnya kau pergi jauh? Aduh," keluh Arul."Ada yang ingin kusampaikan. Sebelumnya aku minta maaf, aku tau kalau selama ini Arul punya dua istri. Tapi begitu pun, aku sudah memilih langkah yang salah." Meta membuat aku kebingungan."Maksudnya? Salah langkah dalam hal apa? Ada apa, sih?" Ini benar-benar membuat aku semakin bingung."A-aku ha-mil anak Arul," sahutnya dengan menundukkan kepala.Dia hamil dari Arul? Apa-apaan ini? Kenapa lagi ada berita buruk seperti ini?"Meta! Nggak usah menjebakku, aku nggak bakalan percaya." Arul menantang.Kulihat matanya berb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status