Beranda / Romansa / CINCIN TAK BERTUAN / Ingin Jauh Dari Arul, Tapi Tak Bisa

Share

Ingin Jauh Dari Arul, Tapi Tak Bisa

Penulis: Sri Wahyuni Nababan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 46

Aku sudah was-was dengan apa yang akan terjadi untukku. Sungguh ini membuat aku takut. Di luar sana, bahagianya diriku, tetapi bila di rumah. Bagaikan dalam sangkar.

"Dari mana, Zeyn," tanya Arul dengan Nada penasaran.

"Dari sama teman, Rul. Ada apa?"

"SAMA TEMAN? TEMAN ...." Arul membelalakkan matanya tajam dengan suara lantang.

"Kenapa kau harus marah? Salah kalau aku bertemu dengan temanku? Haa?!"

"Dengar, ya, Zeyn. A-ku su-ami-mu! Apa wajar kubiarkan istriku berduaan dengan laki-laki lain? Jawab!" Kemarahannya semakin menjadi.

"Siapa yang berduaan!"

'Plak'

Telapak tangan Arul mendarat di pipiku. Ini yang kedua kalinya dia melakukan kekerasan. Aku tidak terima atas perbuatannya. Tidak! Ya, tidak kuterima!

"Berani-beraninya kau menamparku! Dasar laki-laki berhati iblis! Beraninya cuma sama perempuan!" Amarahku tidak lagi tertahan.

"Masuk! Maasuk!" Tangannya menarik lenganku. Dia memaksaku untuk mas

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CINCIN TAK BERTUAN   Kehamilanku Membuat Suamiku Murka

    Bab 47"Pa-Papa? I-ini aku sendirian. Ya, sendirian, Pa," jawabku terbata-bata."Mana Arul? Katanya juga di sini?" Pertanyaan papa mertuaku sulit kujawab. Bagaimana tidak, jika dia tau aku bersama lelaki lain, bukan anaknya, pastilah aku yang paling disalahkan."Arul? O-owh, iya, Pa. Ada di bawah tadi. Aku mau lihat toko yang lain, jadi kutinggalkan." Aku memaksakan diri untuk tersenyum. Ini cerita yang luar biasa. Sudah bisa kupastikan, semua akan berantakan bila Dedi datang menghampiriku.Bukan apa-apa, semua akan terbongkar. Ya, papa akan tahu kelakuanku saat ini dan Dedi juga akan tahu juga kalau aku sudah bersuami. Wow ... bisa berabe semua dan rencanaku akan berantakan."Mmmm ... Papa dengan siapa? Mama?" Mencoba mengalihkan perhatian papa agar tidak lagi melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat aku terbodoh."Sama mama kamu, tadi dia ketemu sama temennya. Ya, papa tinggal saja. Lagian mereka perempuan semua, masa papa harus denge

  • CINCIN TAK BERTUAN   Benarkah Pengakuan Mereka Padaku?

    Bab 48Aku menarik benda yang tidak seharusnya dia pegang. Jika yang dia tujukan adalah isi chatan dengan Dedi, bisa gawat aku. Semoga saja tidak."Ngapain kau megang hpku! Sini!" teriakku. Piring yang ada di depanku, kulemparkan ke lantai untuk menggertaknya."Baca dulu, Zeyn. Nggak usah sok marah ...," katanya padaku, sambil merapatkan giginya."Baca apa! Apa ...!""Siapa ayang beb! Siapa!" bentaknya."Itu bukan urusanmu, Rul. Nggak usah ikut campur urusanku. Nggak penting!""Apa kau bilang? Bu-kan u-ru-san-ku? Wow ... magic. Kenapa nggak sekalian, kau bilang bukan suamimu," ucapnya lancang.Aku tetap berusaha untuk merampas ponselku. Sayangnya, dia menariknya kembali saat hampir dapat. Lalu dia membantingkan ponselku ke lantai untuk yang keduakalinya.Hancur sudah, aku tidak lagi memiliki ponsel. Bagaimana nanti menghubungi Dedi? Oh, tidak, tidak. Dengan emosi yang mulai menghampiri, kubalas apa yang dia lakukan. Kuam

  • CINCIN TAK BERTUAN   Aku Pasrah Dengan Keputusan Ini

    "Kok, bisa jatuh hpmu. Awas rusak, lho," ucapku sambil memegang luka yang mulai gatal di kaki."Engg-enggak pa-pa, kok. Ehh, masih sakit kepalamu, Zeyn." Dina mulai salah tingkah dengan alasan peduli pada kesehatanku."Udah agak mendingan. Ini yang sakit." Aku menunjukkan kakiku. "Di pantat juga ada biram kulihat. Sakit juga, Din.""Itu mungkin karena benturan. Ya, sudah, nanti kukasi obat lagi. Tapi diminum, ya.""Bu, dipanggil Pak Arul," ucap Titin.Aku berdiri dengan menahan sakit di kaki. Jangankan untuk berdiri, untuk duduk saja badan ini sudah tidak mampu.Titin dan Husna membantuku berjalan. Rasanya pengin digotong saja agar tidak merasa sakit. Dina dan Naya pun ikut melihatku saat dipapah.Sesampainya di pintu kamar, mereka melepaskan pegangan tanganku. Aku berjalan menelusuri dinding."Sini, Zeyn." Arul membantuku.Berlahan kuberjalan dan duduk ke kursi."Aku mau

  • CINCIN TAK BERTUAN   Haruskah Kurawat Anak Dari Wanita Selingkuhan Suamiku?

    Bab 50"Arul, boleh aku masuk?" pinta wanita itu.Dilihat dari gelagat wanita itu, sepertinya ada yang mencurigakan. Anehnya, kenapa dia tahu kalau Arul tinggal di sini? Lagian, ngapain dia mencari suami orang? Aku mulai menyelidiki."Owh, silakan, kak. Duduklah," suruhku sembari merapikan bajuku."Kenapa kau tau aku di sini, Meta? Bukankah seharusnya kau pergi jauh? Aduh," keluh Arul."Ada yang ingin kusampaikan. Sebelumnya aku minta maaf, aku tau kalau selama ini Arul punya dua istri. Tapi begitu pun, aku sudah memilih langkah yang salah." Meta membuat aku kebingungan."Maksudnya? Salah langkah dalam hal apa? Ada apa, sih?" Ini benar-benar membuat aku semakin bingung."A-aku ha-mil anak Arul," sahutnya dengan menundukkan kepala.Dia hamil dari Arul? Apa-apaan ini? Kenapa lagi ada berita buruk seperti ini?"Meta! Nggak usah menjebakku, aku nggak bakalan percaya." Arul menantang.Kulihat matanya berb

  • CINCIN TAK BERTUAN   Demi Bayi Yang Bukan Dari Rahimku

    Bab 51"Zeyn, terimalah. Anggap saja itu anakmu sendiri. Kan kamu mengharapkannya. Apalagi bayi ini adalah anak dari Arul, suamimu." Dina memberi nasihat."Tapi, kemaren kamu nggak ngakuin, kan?" tanyaku pada Arul dan memastikan kalau anak yang digendong itu anak siapa."Dia anakku. Sudahlah, jangan banyak bertanya. Biar kuurus dulu administrasinya. Kebetulan keluarganya sudah bersama jenazah Meta." Arul memberitahu.Arul suka sekali membolak-balikkan pembicaraannya, itu yang membuat aku tidak suka. Bukan hanya itu saja, dia juga selalu memaksakan kemauannya padaku. Mentang-mentang aku mengalah terus, maka semua meski aku relakan.Ya, Allah ... kapan penderitaan ini berakhir? Aku ingin hidup bahagia tanpa harus menanggung semua kesalahan suamiku. Ingin jauh dan tidak kembali lagi. Namun, itu tidak mungkin. Hidupku sudah bergantung pada mertuaku. Cuma mereka yang bisa mendinginkan hatiku. Apalagi, keuanganku mereka juga yang memberikan

  • CINCIN TAK BERTUAN   Nunu dan Dina Akan Segera Menikah

    Bab 52Zeyn, bangun! Zeyndra!" Arul membangunkanku."Astagfirullah, Rul ... kenapa aku bermimpi lagi dengan nenek yang sama?""Nenek siapa?!""Di-dia pernah kutemui saat hendak menyeberang jalan. Aku menolongnya. Sejak itu, aku selalu bermimpi dengannya. Anehnya, cincin yang dia pakai persis dengan yang kukenakan ini," jelasku pada suamiku, Arul."Tapi, ya, Alhamdulillah, kalau ini hanya mimpi. Aku khawatir bila terjadi apa-apa denganmu. Apalagi sekarang ada Gladis yang sepenuhnya kamu asuh," ucap Arul. "Oya, kamu lelah?" Arul memberikannya sedikit kepeduliannya padaku. Sering dia lakukan Semenjana aku mengasuh putrinya.Gladis menjadi pusat perhatian. Banyak laki-laki yang selalu kudambakan seperti Nunu dan Dedi, berlahan mulai kulupakan. Untuk lari dari Arul pun tidak bisa lagi.Mataku kembali ingin terpejam. Mumpung Gladis terlelap kembali, aku memejamkan mata sejenak agar kesehatanku tetap terjaga.***Saat terbangun

  • CINCIN TAK BERTUAN   Arul ....

    Bab 53"Aduh kenapa? Halaaaahhhh, basa-basi!"Arul pergi ke arah mobilnya, lalu membawa dua kotak kecil. Dia memberikannya pada Gladis dan aku. Kubuka kotak untuk Gladis, isinya ada seperangkat perhiasan. Gelang tangan, anting, cincin, dan kalung. Setelah itu, kotak untukku juga kubuka, isinya sama juga bentuknya. Aku memakainya. Kalau urusan perhiasan mahal, istri mana yang menolak? Pertengkaran hebat pun bisa aman."Zeyn, maaf, ya. Cuma itu yang bisa aku berikan saat ini ke kalian berdua. Tadinya aku bingung mau ngasi apa. Kalau ngajak kamu, pasti kamu bawaannya marah terus. Males berantem sama perempuan yang mudah emosian, kek, kamu.""Apaan, sih? Kek, aku tukang marah aja. Gini-gini aku punya sisi lembut, lho." Aku memiringkan bibirku. Sambil bersungut-sungut."Ya udah, aku ngalah. Kan kata orang di pasar, yang waras ngalah. Ha-ha-ha," ledek Arul memancing tawa.Entah sudah berapa lama candaan seperti ini hilang. Aku juga tidak tahu kapa

  • CINCIN TAK BERTUAN   Dukaku Teramat Dalam

    Bab 54Wanita ini selalu saja mengganggu konsentrasiku dalam segala hal. Cocoknya, orang seperti ini dimusnahkan dari permukaan bumi. Agar tidak ada lagi yang terluka selain aku. Dia bagaikan racun bagiku dan rumah tanggaku. Dia adalah sahabat dekat yang tega merampas kebahagiaanku bersama suami. Siapa lagi kalau bukan Naya. Anak orang tajir, miskin hati."Ya, ini aku, Zeyn. A-aku banyak salah sama kamu," akunya."Ngapain kau ke mari! Haa?!" bentakku di depan jenazah Arul."Ma-maafkan aku. Siksa saja aku, Zeyn. Siksa.""Aku bukan manusia laknat seperti kau! Aku masih punya hati nurani. Tau kau!""Zeyn, sudah berapa kali kubilang, maafkan aku. Ini memang salahku. Tapi, semua ini karena harta. Ya, aku nggak mau kau merasakan nikmatnya dunia. Aku nggak ingin kekayaan yang kau miliki melebihi yang dimiliki ayahku. Ka-karena, akulah yang selama ini di atasmu, Zeyn." Dia tertunduk dan meneteskan air mata."Nggak usah menyesal

Bab terbaru

  • CINCIN TAK BERTUAN   Ada Apa Gerangan?

    Bab 61Sebelum dibuka, aku duduk di sofa. Dengan berlahan membuka kertas kado. Dirobek dan perekatnya diambil agar secepatnya bisa melihat isinya. Gladis juga sibuk membantuku. Aku jadi tersenyum melihat kelakuan putri kami yang mulai aktif-aktifnya bergerak.Mata yang tadinya memandang biasa saja, kini membulat sempurna karena tidak percaya dengan apa yang dilihat. Apakah aku bermimpi? Dari mana Jafra tahu kalau pandangan mataku tadinya ke arah benda ini?"Gimana, Sayang? Kamu suka?" tanya Jafra memegang benda ini."Mas, ini terlalu mahal untukku. Aku nggak enak.""Jangankan benda semahal ini, hatiku saja akan Mas berikan padamu. Bahkan bila kau kehilangan bagian dari tubuhmu, Mas rela memberikannya. Karena apa? Mas sangat mencintaimu, Zeyn.""Tapi, Mas ...."Aku salut dengan cintanya melebihi cintanya Arul sewaktu masih hidup bersamaku."Selamat sore," ucap seseorang dari luar. Kami kedatangan tamu sore ini.

  • CINCIN TAK BERTUAN   Hadiah Dari Jafra Tak Bisa Kutolak

    Bab 60Aku diam dan tak ingin lagi bicara. Terlebih karena awal pernikahanku sudah ada wanita lain selain aku. Apa ini memang sudah nasibku? Ya, Allah ... jangan beri aku ujian yang kesekian kalinya. Aku memohon pada-Mu, ya, Allah.Gladis yang mulai bosan di dalam showroom, mengajakku keluar. Sementara Jafra masih ragu dengan pilihanku."Sayang, tunggu, dong. Kok, pergi?""Pilih aja sendiri, Mas. Lagian Gladis udah bosen di sini. Aku keluar aja, ya." Terlihat kalau aku mulai akrab dengan sapaan mas dan kata aku, bukan saya lagi.Hati yang sudah menaruh rasa cemburu, rasanya pengin pulang saja dan berdiam di rumah. Abang dan adik sama saja. Tidak bisa dengan satu wanita. Heran aku."Zeyn, kasi aja sama Husna. Setelah itu kamu masuk lagi, ya. Mas mau kamu yang milih," imbuhnya sembari memegang pundakku.Aku berlalu keluar ruangan dan memberikan putriku pada Husna. Kembali menemui Jafra sesuai permintaan suamiku."Ze

  • CINCIN TAK BERTUAN   Pernikahanku Berjalan Dengan Lancar

    Bab 59"Apa? Jangan suka buat orang penasaran," ucapku.Papa dan mama mertuaku tertawa pelan melihat mimik wajahku setelah mengucapkan kalimat itu. Jafra juga menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku jadi malu karena merasa bertingkah seperti anak kecil."Santai, dong, Sayang," ucap Jafra dengan menyapa sayang. Astaga. Apa dia tidak segan pada orangtuanya dengan kata sayang? Apalagi belum resmi menjadi suamiku."Sayang? Huss! Sembarangan Anda," marahku, kupalingkan wajahku ke arah Gladis yang masih makan disuapi Husna dan Titin secara bergantian."Ha-ha-ha-ha, okelah, Bu Zeyn yang saya hormati. Begini, saya nggak mau mendengar kalau Ibu berteman dengan orang yang tidak dikenal sama sekali. Dan saya nggak mau Anda terus terlarut dalam kejadian yang telah menimpa rumah tangga Ibu. Hati-hatilah pada siapa pun. Terutama saudara sendiri, Bu.""Biasa aja, nggak usah panggil Ibu," sahutku, lalu memandang ke langit-langit restoran dengan menaik

  • CINCIN TAK BERTUAN   Seseorang Melamarku

    Bab 58"A-apa lagi? Jangan nakut-nakuti, ya?""Saat ini Naya ingin menghancurkan bisnis Arul yang sekarang dikelola oleh papa mertuamu. Kamu tahu atas nama siapa semua wisma dan hotel milik Arul?""Ya, atas nama papanya lah.""Ha-ha-ha-ha, Zeyn ... Zeyn ... polos bener kamu." Dia tertawa sambil menutupi mulutnya."Nggak usah sok akrab!""Ya, udah. Aku pergi aja. Dan aku nggak akan temui dan kasi tau apa pun rahasia jahat mereka ke kamu.""Aduuuh, apaan, sih? Aneh!""Ok. Ya, atas nama kamulah. Ih!""Parah Anda. Saya nggak percaya kalau masalah nama. Oya, kenapa ... Naya dan Dina menyarankan Meta untuk meminta pertanggungjawaban pada Arul. Kan dia tau siapa yang menghamilinya.""Gini, awalnya Meta menolak saran Naya. Tapi tidak ada satu pun laki-laki yang dia kencani menanggungjawabinya. Terpaksa dia datang pada Arul. Nah, saat Meta meninggal, anak ada pada kamu kan? Dina dan Naya tepuk tangan, Zeyn. M

  • CINCIN TAK BERTUAN   Rul, Tega Sekali Mereka Menyakiti Aku

    Bab 57Di hari yang sama, aku ke kamar Husna dan Titin untuk menanyakan perihal tentang isi chat dari Dina."Husna, Titin, saya mau bicara sesuatu. Ayo, ke depan TV," ucapku dengan pelan agar mereka tidak tersinggung.Setelah mereka duduk di atas karpet, aku bertanya, "Kalian jawab dengan jujur, ya. Siapa yang menyampaikan pada Dina kalau saya dan Naya berkelahi di pasar?"Husna dan Titin saling pandang dan sama-sama menceritakan kening. Aku tidak tahu apakah mereka pura-pura heran atau memang tidak tahu."Maksudnya, Bu?" Husna masih mengernyitkan keningnya."Baca," ucapku, sembari memberikan ponselku pada mereka untuk menunjukkan isi chat dari Dina."Lho, kok, Bu Dina tau?" Titin kembali heran. "Apa kau yang ngasi tau, Na?""Mana ada, Tin. Sumpah mati aku, iya. Paling haram samaku nyampein cerita apa pun tentang Bu Zeyn. Nggak ada untungnya samaku, Tin."Aku percaya dengan omongan Husna. Lalu siapa? Nah, aku yakin ini p

  • CINCIN TAK BERTUAN   Biadabnya Naya dan Dina (2)

    Bab 56Sebuah benda berbahan dasar tanah liat yang ada di dekatku kulemparkan. Emosiku semakin memuncak karena ucapannya. Tidak seharusnya dia mengatakan itu pada sahabatnya. Sudah menyakiti, ditambah lagi akan berbuat kasar."Wadawwww ...."Benda itu mengenai kepalanya. Lalu kuseret dia ke luar rumah. Najis kalau wanita yang tidak berakhlak dan jauh dari sopan santun masuk ke rumahku.Kujambak rambutnya dengan kencang dan berkata, "Sekali lagi kau datang padaku dengan niat buruk, kubunuh kau! Paham!""Lepaskan! SAKIT, ZEYN! LEPAAAS!" teriaknya sembari memegang tanganku agar terlepas dari rambutnya."Nggak akan kulepas sebelum kau iyakan permintaanku!""I-iya, iya!""Jawab yang tulus biadab!""Iyaaa!"Barulah kulepaskan jambakanku. Kudorong dia ke luar pagar, lalu kututup kembali pagarnya. Saat berbalik arah, dia malah berteriak seperti orang gila. Anak orang tajir dan punya pendidikan tinggi, bisa-bisanya s

  • CINCIN TAK BERTUAN   Biadabnya Naya dan Dina (1)

    Bab 55 [Ya, ini aku. D I N A.][Kaget?] 'Sepupu tidak berakhlak!' makiku dalam hati. Aku mengabaikan chat Dina dengan tidak membalasnya. Masih ada duka dalam hatiku, tapi Dina setega itu padaku. Bukannya ikutan bersedih, malah mengucapkan selamat dan memberikan react ketawa. Dokter gila! [Zeyn, balas, dong.][Owh, aku tau kalau kamu lagi nangis, ya.][Cup-cup-cup-cup.][Mirip dengan bayi yang bukan anakmu.][Ahhaaayy.] [Nggak pantes!] Celaan demi celaan terus dilontarkan Dina melalui pesan singkat. Aku memblokir nomor itu dengan terpaksa. Biar saja Dina bingung dengan keegoisannya. Aku tidak menyangka kalau Dina setega itu. Bukankah selama ini dia baik-baik saja padaku? Ponsel Arul yang ditinggalkannya, kini untukku. Sayangnya, aku tidak tahu kode membuka kunci kedua ponsel ini. Aku tidak pernah menyentuh barang-barang miliknya. Termasuk ponsel. Di keheningan, aku teringat dengan suaranya y

  • CINCIN TAK BERTUAN   Dukaku Teramat Dalam

    Bab 54Wanita ini selalu saja mengganggu konsentrasiku dalam segala hal. Cocoknya, orang seperti ini dimusnahkan dari permukaan bumi. Agar tidak ada lagi yang terluka selain aku. Dia bagaikan racun bagiku dan rumah tanggaku. Dia adalah sahabat dekat yang tega merampas kebahagiaanku bersama suami. Siapa lagi kalau bukan Naya. Anak orang tajir, miskin hati."Ya, ini aku, Zeyn. A-aku banyak salah sama kamu," akunya."Ngapain kau ke mari! Haa?!" bentakku di depan jenazah Arul."Ma-maafkan aku. Siksa saja aku, Zeyn. Siksa.""Aku bukan manusia laknat seperti kau! Aku masih punya hati nurani. Tau kau!""Zeyn, sudah berapa kali kubilang, maafkan aku. Ini memang salahku. Tapi, semua ini karena harta. Ya, aku nggak mau kau merasakan nikmatnya dunia. Aku nggak ingin kekayaan yang kau miliki melebihi yang dimiliki ayahku. Ka-karena, akulah yang selama ini di atasmu, Zeyn." Dia tertunduk dan meneteskan air mata."Nggak usah menyesal

  • CINCIN TAK BERTUAN   Arul ....

    Bab 53"Aduh kenapa? Halaaaahhhh, basa-basi!"Arul pergi ke arah mobilnya, lalu membawa dua kotak kecil. Dia memberikannya pada Gladis dan aku. Kubuka kotak untuk Gladis, isinya ada seperangkat perhiasan. Gelang tangan, anting, cincin, dan kalung. Setelah itu, kotak untukku juga kubuka, isinya sama juga bentuknya. Aku memakainya. Kalau urusan perhiasan mahal, istri mana yang menolak? Pertengkaran hebat pun bisa aman."Zeyn, maaf, ya. Cuma itu yang bisa aku berikan saat ini ke kalian berdua. Tadinya aku bingung mau ngasi apa. Kalau ngajak kamu, pasti kamu bawaannya marah terus. Males berantem sama perempuan yang mudah emosian, kek, kamu.""Apaan, sih? Kek, aku tukang marah aja. Gini-gini aku punya sisi lembut, lho." Aku memiringkan bibirku. Sambil bersungut-sungut."Ya udah, aku ngalah. Kan kata orang di pasar, yang waras ngalah. Ha-ha-ha," ledek Arul memancing tawa.Entah sudah berapa lama candaan seperti ini hilang. Aku juga tidak tahu kapa

DMCA.com Protection Status