Beranda / Romansa / CINCIN TAK BERTUAN / Emosiku Membludak Tiada Terduga

Share

Emosiku Membludak Tiada Terduga

Penulis: Sri Wahyuni Nababan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 31

Mobil dibelokkan ke halaman dengan kencang. Arul menginjak rem mendadak. Kenapa dia melampiaskan kemarahannya pada kami? Masih penasaran dengan si penelepon tadi.

Pintu mobil ditutup dengan keras setelah Arul turun. Aku hanya bisa berpasrah atas perlakuannya. Wajah kedua wanita yang ada di belakangku terlihat ketakutan. Kasihan juga mereka karena belum pernah menyaksikan hal ini, sepertinya.

Mereka berdua menghampiriku kembali untuk membantu berjalan menuju kamar. Barulah Arul kembali menyambut tanganku setelah sampai ke pintu rumah.

"Cepetan masuk. Cepat, cepat. Cepaaaat," paksa Arul.

Husna dan Titin masuk dengan berlari kecil seperti orang ketakutan. Pintu segera ditutup, tanpa melihat lagi ke luar. Keanehan pun mencurigakan.

Ponsel Arul kembali berdering untuk kesekian kalinya. Tidak juga diterimanya. Tidak lama, ponselku berdering. Arul dengan cepat merampas dari tanganku. Belum sempat melihat nama yang tertera di layar.

Me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CINCIN TAK BERTUAN   Hadiah Untukku Dari Seseorang

    Bab 32 Setelah dia meninggalkan kami, seseorang datang. Lelaki itu sama sekali tidak kukenal. Tubuhnya kekar, kulit putih, rambut ditaruh ke samping, dan pastinya tampan. Cara berpakaiannya juga sangat mengesankan. Wow ... bukan hanya aku yang terpesona, tetapi juga Husna dan Titin. Mata mereka sulit untuk ke arah lain. Dia kupersilakan duduk di kursi teras rumah. Menanyakan apa keperluannya. Sebelumnya rambut yang tadinya acak-acakan sudah kurapikan. "Mbak, ada hadiah dari seseorang. Sebentar lagi datang, kok. Sabar, ya, Mbak," ucapnya dengan lembut sembari memasang senyum manis. "Hadiah? Boleh saya tau, dari siapa, ya?" "Ini surprise. Saya dilarang untuk memberitahunya. Nanti Mbak bisa, cek sendiri." Tidak lama, ada juga yang berhenti di depan pagar. Apakah itu yang dia maksud? Tapi benarkah? Atau barangkali bukan yang itu untukku. Mungkin mereka sedang mencari-cari alamat pembeli. Salah satu dari mereka menghampiri kami dan

  • CINCIN TAK BERTUAN   Apa Maksud Dari Semua Ini?

    Bab 33Aku berharap agar semua ini adalah sebuah kepura-puraan Arul tidak mengakuinya. Atau ini menambah kebingungan pada diriku sendiri. Entahlah."Zeyn, siapa yang memberikannya? Jujur saja." Pertanyaan yang tidak masuk akal bagiku."Maksudnya? Kok, kau nggak paham."Aku benci bila disuruh jujur yang sama sekali memang aku sudah jujur. Sepertinya Arul mulai menjebak dengan menanyakan siapa orang yang memberikan hadiah."Ya, ampun, Zeyn. Dengar, ya ... siapa yang memberikan motor itu? Itu artinya bukan aku kan yang membelikannya?""Lah, siapa, dong? Masa, iya, ada orang lain selain kamu. Terus?""Kamu punya kekasih baru?" tanyanya, sembari memandangi wajahku.Sungguh aku gugup dengan pertanyaan gila dari Arul. Seenaknya mengucapkan hal yang tidak bisa diterima akal sehat. Percaya bila aku punya kekasih? Sementara dia sendiri tidak sadar atas perbuatannya. Egois!Aku masuk dan mengabaikan pertanyaan yang kuanggap bodoh.

  • CINCIN TAK BERTUAN   Kapan Giliranku?

    Bab 34Kapan Giliranku?Sebuah panggilan dari aplikasi berwarna hijau masuk ke ponselku. Nomor penelepon tidak tersimpan dalam kontak. Bingung mau diterima atau enggak.Arul meraih ponselku dengan cepat. Jelas saja terkejut dengan caranya merampas dari tanganku. Mungkin dia curiga. Berlebihan sekali.Arul menerima panggilan itu. Selama pembicaraan berlangsung, aku berharap agar semua dalam keadaaan baik-baik saja. Terlebih saat ini sangat genting.Jantungku berdegup kencang tak menentu. Darah berdesir seakan hendak ketemu kekasih hati. Bahkan melebihi. Rasanya mau mati karena Arul semakin menaruh perhatian padaku."Siapa dia?" Pertanyaan Arul mampu memecahkan sepi."Dia siapa? Aku nggak tau kamu ngomong sama siapa.""Zeyn ... Zeyn .... Bener kamu nggak tau? Sepertinya kamu punya banyak teman lelaki sekarang. Ya, sejak kamu tinggal sendiri."Maksudnya? Aku nggak paham ucapanmu, Rul. Aku rasa kau mengada-

  • CINCIN TAK BERTUAN   Maaf, Aku Terlanjur Melakukannya

    Bab 35Lama aku berdiam memandangi paket itu. Takut bila isinya jadi sebuah tuduhan yang tidak-tidak. Rasanya sudah terlalu capek dengan alasan cemburu dan curiga. Jika dipikir-pikir, akulah wanita paling jujur selama berumah tangga."Bu, mau makan lagi? Atau saya ambilkan roti?" tanya Husna, setelah memerhatikanku."Mmmm ... roti aja, deh, Na. Oya, sekalian buatkan saya teh susu jahe. Kemaren Titin sudah membelinya di pasar."Ok, Bu."Husna mengarah ke dapur mengambil apa yang kuminta. Sementara Titin sibuk menyiapkan keperluan isi lemari es. Pokoknya kebutuhan untuk makan hanya Titin yang tahu. Uang belanja juga mama mertua yang memberikannya. Termasuk uang peganganku.Hari ini aku harus bisa bertemu dengan Arul dan membawanya pulang ke rumah. Bagaimanapun Arul harus bisa terus bersamaku dan tidak akan aku beri kesempatan pada Naya dengan kebahagiaan mereka.Selepas itu aku akan membawa pergi jauh untuk menyingkirkan a

  • CINCIN TAK BERTUAN   Itu Bukan Kesalahanku, Tulang

    Bab 36Hatiku berdebar kencang, jantung berdegup tidak beraturan. Ketakutan berhasil menggerayangi pikiran. Perasaan juga tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengasihani orang yang telah kusakiti.Ah, sudah terlanjur melakukannya. Tidak akan bisa diperbaiki. Jiwaku saat ini mencoba untuk kasar. Akhirnya lahirkan kekejaman melebihi yang mereka lakukan padaku. Puas? Belum sama sekali.Ponsel berdering. Nama Arul tertera di layar ponsel. Ini pasti tentang Naya. Aku tidak akan menerima panggilan itu. Sampai kapan pun.Untuk menghindari ini. Sebaiknya aku meninggalkan kota Rantau Prapat. Ya, sepertinya akan ada masalah besar yang akan kuhadapi nanti. Namun, bagaimana dengan mertuaku? Aku tidak ingin mereka menyimpan kekecewaan yang mendalam. Sebab semua ini kulakukan demi menyelamatkan kebahagiaanku yang telah dirampas.Sebelum Arul datang, aku harus pergi. Kupersiapkan keperluan selama di Sibuhuan. Lalu dimasukkan ke dalam koper berukuran sedang. Pakai

  • CINCIN TAK BERTUAN   Kuingin Dia Bersamaku

    Bab 37 Telapak tangannya melekat tepat di pipiku sebelah kanan. Aku terkejut dengan tamparan itu. "Tulang! Kalau memang aku sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Bunuh saja aku! Bunuh!" "Diam! Berani-beraninya menantang Tulang sekarang, ya. Dasar tidak berpendidikan!" Kejam sekali Tulang mengatakan aku tidak berpendidikan. Memang aku hanyalah tamatan SMA, tetapi tidak sewajarnya ucapannya seperti itu. Ini sudah membuat hatiku terluka. Lebih baik aku pergi dari rumah ini. Apa hubungannya masalah dengan pendidikanku? Bukannya membantu menyelesaikan masalah, malah menghina dan merendahkan. Ini tidak bisa dibiarkan. Tidak akan kumaafkan! Meski dia adalah adik makku sendiri. Lihat saja nanti. Aku mengambil kembali barang-barangku dari kamar Dina. Lebih baik pergi daripada harus bertahan dengan kekacauan. Semua sudah menyalahkan aku. Otakku berpikir, ke mana aku akan pergi. Di Sibuhuan ini, hanya rumah ini dan Nunu yang kuketahui. Oh, Tuh

  • CINCIN TAK BERTUAN   Jiwaku Terlalu Kasar Saat Ini

    Bab 38 Bola matanya membulat sempurna bak bulan purnama. Wajah cantik itu berubah menjadi mimik yang menyeramkan. Tetiba jantungku berdebar. Darah di dada berdesir tidak beraturan. Sungguh pemandangan ini sulit untuk ditata agar tidak timbul kesalahpahaman. "Ka-- ka-mu? Kok--" "Zeyn, mama mencarimu semalaman. Dia nggak bisa tidur. Kerjanya hanya menangis dan menyebut nama kamu terus." Ucapan Dina sudah bisa kubayangkan seperti apa nantulangku malam tadi. Setelah mendengar penjelasan itu, aku jadi merasa bersalah karena tidak bisa mendengar ucapan mereka. Memang ini adalah kekeliruan terfatal yang kulakukan. Namun, aku juga punya rasa dalam menanggapi ucapan siapa pun yang bicara. "Lah, kalian ada masalah apa, sih? Kok, Zeyn nggak cerita?" Nunu mengernyit keningnya. "Hmmm ... apa kamu tidak bertanya, kenapa Zeyn tinggal bersamamu. Sementara dia punya keluarga di sini?" Dina mulai kembali mengingat masalah kemarin. Ini yang tidak

  • CINCIN TAK BERTUAN   Hatiku Mulai Berpindah Karena Ulah Suamiku

    Bab 39"Zeyn, ini bukan momen yang tepat untuk membahas masalah ini. Aduh," keluh Nunu sembari meletakkan kedua tangannya ke kepala."Tulang rasa, kau sudah tidak waras, Zeyn. Coba berpikir jernih saat ini," gerutu tulangku."Uda, aku pulang dulu. Lagian mau kerja lagi. Sudah jam sembilan lebih." Nunu berpamitan.Uda adalah kata sapaan untuk lelaki yang lebih muda dari orang tua kita. Seperti paman atau om.Paman mempersilakan Nunu pulang. Tinggallah aku di sini tanpanya. Entah kenapa, semenjak hari kemarin, hatiku padanya terasa dekat. Sepertinya cinta mulai tumbuh tanpa kusadari. Rasa nyaman itu kadang membuat aku bingung pada diri sendiri.***Hari ini, Dina mengajakku untuk pergi ke tempat yang membuat aku tenang. Kuakui, otakku penuh dengan kekacauan. Perlu refreshing. Ibarat komputer yang sering dipakai. Hampir hank dan panas. Wajar bila harus diistirahatkan.Setelah salat Zuhur, aku dan Dina bersiap-siap un

Bab terbaru

  • CINCIN TAK BERTUAN   Ada Apa Gerangan?

    Bab 61Sebelum dibuka, aku duduk di sofa. Dengan berlahan membuka kertas kado. Dirobek dan perekatnya diambil agar secepatnya bisa melihat isinya. Gladis juga sibuk membantuku. Aku jadi tersenyum melihat kelakuan putri kami yang mulai aktif-aktifnya bergerak.Mata yang tadinya memandang biasa saja, kini membulat sempurna karena tidak percaya dengan apa yang dilihat. Apakah aku bermimpi? Dari mana Jafra tahu kalau pandangan mataku tadinya ke arah benda ini?"Gimana, Sayang? Kamu suka?" tanya Jafra memegang benda ini."Mas, ini terlalu mahal untukku. Aku nggak enak.""Jangankan benda semahal ini, hatiku saja akan Mas berikan padamu. Bahkan bila kau kehilangan bagian dari tubuhmu, Mas rela memberikannya. Karena apa? Mas sangat mencintaimu, Zeyn.""Tapi, Mas ...."Aku salut dengan cintanya melebihi cintanya Arul sewaktu masih hidup bersamaku."Selamat sore," ucap seseorang dari luar. Kami kedatangan tamu sore ini.

  • CINCIN TAK BERTUAN   Hadiah Dari Jafra Tak Bisa Kutolak

    Bab 60Aku diam dan tak ingin lagi bicara. Terlebih karena awal pernikahanku sudah ada wanita lain selain aku. Apa ini memang sudah nasibku? Ya, Allah ... jangan beri aku ujian yang kesekian kalinya. Aku memohon pada-Mu, ya, Allah.Gladis yang mulai bosan di dalam showroom, mengajakku keluar. Sementara Jafra masih ragu dengan pilihanku."Sayang, tunggu, dong. Kok, pergi?""Pilih aja sendiri, Mas. Lagian Gladis udah bosen di sini. Aku keluar aja, ya." Terlihat kalau aku mulai akrab dengan sapaan mas dan kata aku, bukan saya lagi.Hati yang sudah menaruh rasa cemburu, rasanya pengin pulang saja dan berdiam di rumah. Abang dan adik sama saja. Tidak bisa dengan satu wanita. Heran aku."Zeyn, kasi aja sama Husna. Setelah itu kamu masuk lagi, ya. Mas mau kamu yang milih," imbuhnya sembari memegang pundakku.Aku berlalu keluar ruangan dan memberikan putriku pada Husna. Kembali menemui Jafra sesuai permintaan suamiku."Ze

  • CINCIN TAK BERTUAN   Pernikahanku Berjalan Dengan Lancar

    Bab 59"Apa? Jangan suka buat orang penasaran," ucapku.Papa dan mama mertuaku tertawa pelan melihat mimik wajahku setelah mengucapkan kalimat itu. Jafra juga menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku jadi malu karena merasa bertingkah seperti anak kecil."Santai, dong, Sayang," ucap Jafra dengan menyapa sayang. Astaga. Apa dia tidak segan pada orangtuanya dengan kata sayang? Apalagi belum resmi menjadi suamiku."Sayang? Huss! Sembarangan Anda," marahku, kupalingkan wajahku ke arah Gladis yang masih makan disuapi Husna dan Titin secara bergantian."Ha-ha-ha-ha, okelah, Bu Zeyn yang saya hormati. Begini, saya nggak mau mendengar kalau Ibu berteman dengan orang yang tidak dikenal sama sekali. Dan saya nggak mau Anda terus terlarut dalam kejadian yang telah menimpa rumah tangga Ibu. Hati-hatilah pada siapa pun. Terutama saudara sendiri, Bu.""Biasa aja, nggak usah panggil Ibu," sahutku, lalu memandang ke langit-langit restoran dengan menaik

  • CINCIN TAK BERTUAN   Seseorang Melamarku

    Bab 58"A-apa lagi? Jangan nakut-nakuti, ya?""Saat ini Naya ingin menghancurkan bisnis Arul yang sekarang dikelola oleh papa mertuamu. Kamu tahu atas nama siapa semua wisma dan hotel milik Arul?""Ya, atas nama papanya lah.""Ha-ha-ha-ha, Zeyn ... Zeyn ... polos bener kamu." Dia tertawa sambil menutupi mulutnya."Nggak usah sok akrab!""Ya, udah. Aku pergi aja. Dan aku nggak akan temui dan kasi tau apa pun rahasia jahat mereka ke kamu.""Aduuuh, apaan, sih? Aneh!""Ok. Ya, atas nama kamulah. Ih!""Parah Anda. Saya nggak percaya kalau masalah nama. Oya, kenapa ... Naya dan Dina menyarankan Meta untuk meminta pertanggungjawaban pada Arul. Kan dia tau siapa yang menghamilinya.""Gini, awalnya Meta menolak saran Naya. Tapi tidak ada satu pun laki-laki yang dia kencani menanggungjawabinya. Terpaksa dia datang pada Arul. Nah, saat Meta meninggal, anak ada pada kamu kan? Dina dan Naya tepuk tangan, Zeyn. M

  • CINCIN TAK BERTUAN   Rul, Tega Sekali Mereka Menyakiti Aku

    Bab 57Di hari yang sama, aku ke kamar Husna dan Titin untuk menanyakan perihal tentang isi chat dari Dina."Husna, Titin, saya mau bicara sesuatu. Ayo, ke depan TV," ucapku dengan pelan agar mereka tidak tersinggung.Setelah mereka duduk di atas karpet, aku bertanya, "Kalian jawab dengan jujur, ya. Siapa yang menyampaikan pada Dina kalau saya dan Naya berkelahi di pasar?"Husna dan Titin saling pandang dan sama-sama menceritakan kening. Aku tidak tahu apakah mereka pura-pura heran atau memang tidak tahu."Maksudnya, Bu?" Husna masih mengernyitkan keningnya."Baca," ucapku, sembari memberikan ponselku pada mereka untuk menunjukkan isi chat dari Dina."Lho, kok, Bu Dina tau?" Titin kembali heran. "Apa kau yang ngasi tau, Na?""Mana ada, Tin. Sumpah mati aku, iya. Paling haram samaku nyampein cerita apa pun tentang Bu Zeyn. Nggak ada untungnya samaku, Tin."Aku percaya dengan omongan Husna. Lalu siapa? Nah, aku yakin ini p

  • CINCIN TAK BERTUAN   Biadabnya Naya dan Dina (2)

    Bab 56Sebuah benda berbahan dasar tanah liat yang ada di dekatku kulemparkan. Emosiku semakin memuncak karena ucapannya. Tidak seharusnya dia mengatakan itu pada sahabatnya. Sudah menyakiti, ditambah lagi akan berbuat kasar."Wadawwww ...."Benda itu mengenai kepalanya. Lalu kuseret dia ke luar rumah. Najis kalau wanita yang tidak berakhlak dan jauh dari sopan santun masuk ke rumahku.Kujambak rambutnya dengan kencang dan berkata, "Sekali lagi kau datang padaku dengan niat buruk, kubunuh kau! Paham!""Lepaskan! SAKIT, ZEYN! LEPAAAS!" teriaknya sembari memegang tanganku agar terlepas dari rambutnya."Nggak akan kulepas sebelum kau iyakan permintaanku!""I-iya, iya!""Jawab yang tulus biadab!""Iyaaa!"Barulah kulepaskan jambakanku. Kudorong dia ke luar pagar, lalu kututup kembali pagarnya. Saat berbalik arah, dia malah berteriak seperti orang gila. Anak orang tajir dan punya pendidikan tinggi, bisa-bisanya s

  • CINCIN TAK BERTUAN   Biadabnya Naya dan Dina (1)

    Bab 55 [Ya, ini aku. D I N A.][Kaget?] 'Sepupu tidak berakhlak!' makiku dalam hati. Aku mengabaikan chat Dina dengan tidak membalasnya. Masih ada duka dalam hatiku, tapi Dina setega itu padaku. Bukannya ikutan bersedih, malah mengucapkan selamat dan memberikan react ketawa. Dokter gila! [Zeyn, balas, dong.][Owh, aku tau kalau kamu lagi nangis, ya.][Cup-cup-cup-cup.][Mirip dengan bayi yang bukan anakmu.][Ahhaaayy.] [Nggak pantes!] Celaan demi celaan terus dilontarkan Dina melalui pesan singkat. Aku memblokir nomor itu dengan terpaksa. Biar saja Dina bingung dengan keegoisannya. Aku tidak menyangka kalau Dina setega itu. Bukankah selama ini dia baik-baik saja padaku? Ponsel Arul yang ditinggalkannya, kini untukku. Sayangnya, aku tidak tahu kode membuka kunci kedua ponsel ini. Aku tidak pernah menyentuh barang-barang miliknya. Termasuk ponsel. Di keheningan, aku teringat dengan suaranya y

  • CINCIN TAK BERTUAN   Dukaku Teramat Dalam

    Bab 54Wanita ini selalu saja mengganggu konsentrasiku dalam segala hal. Cocoknya, orang seperti ini dimusnahkan dari permukaan bumi. Agar tidak ada lagi yang terluka selain aku. Dia bagaikan racun bagiku dan rumah tanggaku. Dia adalah sahabat dekat yang tega merampas kebahagiaanku bersama suami. Siapa lagi kalau bukan Naya. Anak orang tajir, miskin hati."Ya, ini aku, Zeyn. A-aku banyak salah sama kamu," akunya."Ngapain kau ke mari! Haa?!" bentakku di depan jenazah Arul."Ma-maafkan aku. Siksa saja aku, Zeyn. Siksa.""Aku bukan manusia laknat seperti kau! Aku masih punya hati nurani. Tau kau!""Zeyn, sudah berapa kali kubilang, maafkan aku. Ini memang salahku. Tapi, semua ini karena harta. Ya, aku nggak mau kau merasakan nikmatnya dunia. Aku nggak ingin kekayaan yang kau miliki melebihi yang dimiliki ayahku. Ka-karena, akulah yang selama ini di atasmu, Zeyn." Dia tertunduk dan meneteskan air mata."Nggak usah menyesal

  • CINCIN TAK BERTUAN   Arul ....

    Bab 53"Aduh kenapa? Halaaaahhhh, basa-basi!"Arul pergi ke arah mobilnya, lalu membawa dua kotak kecil. Dia memberikannya pada Gladis dan aku. Kubuka kotak untuk Gladis, isinya ada seperangkat perhiasan. Gelang tangan, anting, cincin, dan kalung. Setelah itu, kotak untukku juga kubuka, isinya sama juga bentuknya. Aku memakainya. Kalau urusan perhiasan mahal, istri mana yang menolak? Pertengkaran hebat pun bisa aman."Zeyn, maaf, ya. Cuma itu yang bisa aku berikan saat ini ke kalian berdua. Tadinya aku bingung mau ngasi apa. Kalau ngajak kamu, pasti kamu bawaannya marah terus. Males berantem sama perempuan yang mudah emosian, kek, kamu.""Apaan, sih? Kek, aku tukang marah aja. Gini-gini aku punya sisi lembut, lho." Aku memiringkan bibirku. Sambil bersungut-sungut."Ya udah, aku ngalah. Kan kata orang di pasar, yang waras ngalah. Ha-ha-ha," ledek Arul memancing tawa.Entah sudah berapa lama candaan seperti ini hilang. Aku juga tidak tahu kapa

DMCA.com Protection Status