Beranda / Pernikahan / Suami Tak Sempurna / Bab 181 - Bab 190

Semua Bab Suami Tak Sempurna: Bab 181 - Bab 190

241 Bab

Episode 181. Rakus

Anton menggenggam tangan putrinya dan menuntunnya ke sofa dan duduk bersisian dengannya di ruang kerja itu.   "Ada apa, Pa?" Hana melihat wajah Anton sudah mulai berubah serius.   Anton menghela napas pelan. "Sebenarnya Papa sangat bersedih melihat nasib perusahaan kita. Perusahaan Winata cepat atau lambat akan bangkrut kalau tidak segera mendapat modal yang besar. Ujung-ujungnya untuk menghindari lebih banyak kerugian, kita terpaksa harus menjual perusahaan itu. Seandainya kamu masih memiliki hubungan dengan Marcell, Papa tidak akan ragu melayangkan surat permohonan PT. Andalan Winata agar Williams Global Corporation memberi kita kesempatan untuk kembali menjalankan perjanjian kontrak. Ada kemungkinannya jika Marcell membicarakannya dengan serius pada papanya, pihak mereka akan menyetujui permintaan itu."   Kening Hana mengerut mendengarnya.   "Apa maksud Papa? Tadi siang Papa mengatakan di depan ke
Baca selengkapnya

Episode 182. Anak Kucing Manja

Green tampak menggeliat pelan di bawah tetapi dia sama sekali tidak berniat untuk bangun. Dia justru semakin membenamkan dirinya di dada istrinya. Dia masih ingin menikmati aroma lembut wanitanya. Ini sungguh memabukkan! "Green? Kamu sudah bangun?" Tiba-tiba suara Hana terdengar. Mendengar suara itu, Green mendadak diam, tak bergerak. Dia berpura-pura tidur karena masih sangat betah berada di posisi seperti itu. Tadi saat dia terbangun, dia mengira Hana masih tidur, itu sebabnya dia berani menggeliatkan badannya. Hana mendengkus tersenyum melihat tingkah lucu Green. Kucing jantan liar kini berubah menjadi seekor anak kucing manja, yang sedang menempel di dada induknya. "Aku tahu kamu sudah bangun, Green. Lebih baik kita bersiap-siap ke kampus. Kemarin kita meninggalkan kampus sesuka hati kita." Green mendongak menatap Hana. "Bisakah kita libur hari ini? Aku h
Baca selengkapnya

Episode 183. Rey yang Kejam

"Kamu sendiri tahu kan Jihan, betapa malunya aku menghadapi orang-orang selama bekerja di sana setelah jabatanku dicabut. Ini sungguh terlalu menyakitkan karena perusahaan yang kujaga dengan segenao hidupku akan berakhir dengan cara yang tragis. Rencananya kami akan mencoba menjual 70 % saham perusahaan sebelum nilai saham semakin merosot. Entah mama akan mengizinkan. Kalau tidak segera dijual, kerugian perusahaan akan berkali-kali lipat, dan hutang akan menumpuk. Kami juga sedang menjual rumah mama."   "Apa?" Mata Jihan melebar.   "Terpaksa kami melakukannya. Uang hasil penjualan rumah akan sedikit menstabilkan perusahaan agar nilainya tidak cepat merosot sebelum dijual."   Jihan mendesah. Pantas saja suaminya selalu saja murung. "Di mana mama akan tinggal? Tentu mama akan tinggal di sini kan?" tebak Jihan. Anton adalah anak tertua, jelas Erina kemungkinan besar akan tinggal di rumah mereka.   "Itul
Baca selengkapnya

Episode 184. Menjilat Sepatu?

"Ada apa, Kak Rey?" tanya Ferdinand agak heran. Rey diam. Dia sungguh merasa ngeri saat ini. Bagaimana bisa dia dipecat, dan waktu pemecatan tepat di hari kemarin? Anehnya baru diberitahukan sekarang! Apa yang sudah dilakukan Green sehingga dia berhasil? Apa jangan-jangan Green memiliki bukti konkrit? Tapi kapan dia memilikinya? Dan bagaimana bisa dalam kurun waktu sehari, Green bisa meyakinkan perusahaan Williams untuk memecatnya? "Bagaimana nasibku untuk ke depannya? Perusahaan Winata menuju kebangkrutan, sementara aku malah sudah dipecat dari pekerjaan yang sangat kubanggakan! Sialan!" Rey sungguh marah di dalam hati. "Apa telepon tadi adalah berita tentang nenekmu dari rumah sakit?" tanya Anton tiba-tiba dengan kening mengerut. Dia khawatir kalau-kalau yang membuat Rey terlihat pucat seperti itu adalah kabar kesehatan Erina yang merosot. Rey segera berusaha menguasai dirinya.
Baca selengkapnya

Episode 185. Sikap Green

"Awas Green!" ucap Hana panik.   Tetapi dengan sigap Green menangkis pukulan itu. Rey menggeram dan seketika mencoba sekali lagi untuk melayangkan tinjunya, Green pun kembali menangkisnya dan terpaksa berbalik meninjunya.   Bukhhh!   "Akh!" Rey berteriak kesakitan. Mata Hana melebar melihatnya, begitu pula yang lainnya.   Rey sendiri tidak menyangka mendapat pukulan dari Green. Itu membuat pipinya memerah.   "Aku memukulmu karena kau mencoba memukulku hingga dua kali!" Kening Green mengerut dalam.   "Sialan kau!" teriak Rey.   "Hentikan, Rey!" hardik Anton tegas dengan kening mengerut.   "Tidak!" bantah Rey. "Kalian bertiga hajar dia!"   "Baik, Bos!" seru mereka bertiga. Green seketika merinding dibuatnya.   "Jangan!" teriak Hana.   Tetapi tiba-tiba seseor
Baca selengkapnya

Episode 186. Pendapat Anton

Jilatan yang dilakukan Rey hanya satu sapuan. Dan itu dilakukan sekilas. Sepertinya hanya ujung lidah Rey-lah yang menyentuh permukaan sepatu itu. "Apa seperti itu cara menjilat yang benar? Apa sebaiknya aku cabut lidahmu itu lalu menempelkannya di sepatu Green?" tanya Jack dengan nada yang ringan pada Rey yang masih bersimpuh dengan punggung rendah dan kepala tertunduk di hadapan Green. Tubuh Rey bergetar mendengar ucapan Jack. Dia merasa sangat takut tetapi sekaligus marah. Wajahnya sendiri sudah merah padam menahan amarahnya itu yang hanya bisa ia tahan sekuat tenaga agar kepalanya tidak sampai meledak. Itu terlihat dari kedua pelipisnya yang dipenuhi urat-urat halus yang tampak menonjol. Jika dia memiliki tekanan darah tinggi, pasti sedari tadi pembuluh darahnya itu sudah pecah. "Andai saja aku membawa pengawal jauh lebih banyak, aku tidak akan mungkin menghadapi hal yang sangat memalukan seperti ini. Lihat saja, aku
Baca selengkapnya

Episode 187. Pemilik Hati

Anton menghela napas pelan. "Ini bukan kesalahanmu. Merekalah yang bersalah. Mereka datang ke rumah saat hari masih pagi khusus untuk membuat keributan. Seandainya temanmu tidak datang, pasti kamu yang akan celaka."   "Terima kasih atas pengertiannya, Pa. Untuk perawatan mereka semua selama di rumah sakit, Julialah yang akan menanggung seluruh biayanya," ucap Green memberi tahu.   Mendengar itu Hana merasa jengkel di dalam hatinya. Green mengatakan dengan santai bahwa biaya akan ditanggung Julia. Memangnya Julia itu siapanya sehingga dengan santai dia berbicara seperti itu? Selain itu, bukan Julia yang membuat kekacauan terjadi! Jack sendiri, walaupun dia adalah pekerja Julia, tetapi Jack melakukan itu dengan tujuan menolong Green! Bagi Hana sungguh sangat tidak nyambung jika Julia yang menanggung.   Hana memang cukup sensitif berpikir jika hal itu menyangkut Julia. Walaupun Julia adalah penolong Green, tetapi hati Hana
Baca selengkapnya

Episode 188. Kebenarannya

"Apa yang mau kamu tanyakan, Green?" Hana penasaran. "Tentang kejadian hari ini. Bagaimana tanggapanmu? Apa kamu merasa tidak nyaman tentang kekacauan di rumah tadi? Gara-gara aku, ketiga sepupumu mengalami cedera patah tulang, dan Rey juga....pada akhirnya menjilat sepatuku." Green sedikit tidak nyaman menanyakannya, tetapi dia perlu mengetahui perasaan istrinya tentang kejadian itu. Hana menghela napas pelan. "Tentu saja aku kasihan pada para sepupuku itu. Tapi sama seperti apa yang dikatakan papa, aku juga bersyukur Jack datang. Malah sangat bersyukur. Kalau Jack tidak datang, kamu pasti akan mengalami hal yang lebih buruk daripada patah tulang. Soal masalah jilat sepatu, aku tidak menyalahkanmu. Rey datang membuat kekacauan saat hari masih pagi sambil membawa tiga pengawal, tujuannya hanya untuk memaksamu menjilat sepatunya. Rey sungguh sudah sangat keterlaluan. Aku harap dia belajar dari kejadian hari ini." Mendenga
Baca selengkapnya

Episode 189. Laporkan Saja

Mendengar itu, emosi Rudy semakin membeludak. "Dasar preman, kurang ajar! Aku akan menjebloskanmu ke penjara. Kau sudah menganiaya putraku!" raungnya.   "Sudah! tenanglah, Rudy!" ucap Anton. "Aku tidak tahu bagaimana Shila menjelaskannya padamu, yang pasti ini jelas adalah kesalahan Rey dan Ferdinand, juga Ryan yang sudah ikut-ikutan."   "Aku tidak percaya! Yang pasti sekarang kami akan melaporkan dua sampah ini ke kantor polisi!" ucap Rudy sambil menatap tajam pada Green dan Jack.   "Saya sama sekali tidak merasa bersalah. Kalau anda ingin melapor dan tidak mau mendengar keseluruhan ceritanya, silakan saja," sahut Green masih dengan nada tegas. Mulut Hana sedikit terbuka mendengarnya. Dia merasa Green-nya tampak semakin berkarisma saja.   "Apa memang dasarnya Green memiliki kepribadian seperti ini? Kepribadian tegas, berani dan berwibawa?" Memikirkan hal ini membuat Hana semakin jatuh cinta pada Gre
Baca selengkapnya

Episode 190. Rencana Albert

"Ini cukup membingungkan. Aku sudah mempelajari lokasi kecelakaan itu. Rasanya mustahil jika seseorang bisa selamat. Bagaimana Green bisa selamat dari jurang yang terjal seperti itu?" Albert mengerutkan kening saat dia sedang memikirkan kejadian itu.   Begitu pula dengan Sally. Keningnya jauh lebih mengerut daripada Albert. "Sialan, kenapa anak itu masih hidup?"   Marcell menatap wajah kedua orang tuanya yang tampak seolah keras berpikir. Dia menaikkan alisnya. "Ada apa dengan kalian?"   Marcell tahu bahwa kedua orang tuanya akan terkejut mendengar berita Green masih hidup, tetapi ekspresi yang ditunjukkan kedua orang tuanya agak.....berlebihan menurutnya   "Apa kalian sedang bersimpati padaku? Aku rasa waktu itu kalian tidak begitu peduli saat Hana memutuskan hubungan kami," ucap Marcell apa adanya   Apa yang dikatakan Marcell benar. Justru sebenarnya kedua orang tuanya senang d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
25
DMCA.com Protection Status