Home / Pernikahan / Suami Tak Sempurna / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Suami Tak Sempurna: Chapter 161 - Chapter 170

241 Chapters

Episode 161. Merindukanmu

Green mendesah pelan setelahnya. Binar wajahnya tadi berubah menjadi murung. Sesungguhnya dia merindukan Hana. Dia ingin melihat Hana. Sebentar saja pun tidak apa-apa.   "Ada apa, Green?" Reyhans sedari tadi memperhatikan raut wajah cucunya yang tiba-tiba berubah.   "Tidak apa-apa, Kek. Hanya saja nilai-nilaiku...."   "Kakek memujikan hasil ujianmu. Dalam keadaan tak baik pun kamu bisa berhasil lulus. Kamu benar-benar hebat menurut Kakek," puji Reyhans.   "Benarkah, Kek?"   "Tentu saja benar." Reyhans tersenyum tulus. "Baiklah, kamu harus bersiap-siap. Tuan Liu sudah menunggumu." Tampak profesor Liu berdiri tegak dengan tersenyum ramah bersama seorang perawat di sampingnya.   Green mengangguk bersiap-siap untuk menjalani terapi dengan mesin khusus. Profesor Liu mengatakan bahwa Green bisa sembuh lebih cepat dengan menjalani terapi mesin dua kali dalam semingg
Read more

Episode 162. Sesal

Albert saat ini duduk di kursi ruang kerjanya yang luas dan nyaman. Keningnya sedikit mengerut saat ia memandangi foto seorang balita laki-laki bertubuh kecil dan tampak bodoh. Balita itu adalah Green Williams, putra sulungnya yang dengan sengaja sudah ia telantarkan demi kelanggengan hidup rumah tangganya bersama Sally. Kemudian matanya beralih melihat foto Green yang sudah dewasa. Perubahan yang cukup drastis! Albert cukup terkejut ketika pertama kali ia menerima dan melihat foto itu. Green bertubuh tinggi dan walaupun agak kurus tetapi wajah putra sulungnya itu terlihat sangat tampan, dan sama sekali tidak terlihat bodoh seperti masa kecilnya dulu.   Jujur saja, waktu itu selain karena tekanan istri, Albert sendiri memang cukup malu memiliki anak yang tampak bodoh, lamban dan penyakitan. Keberadaan Green kecil dalam keluarga Williams hanya seperti aib saja baginya. Sungguh menjatuhkan harga diri dan martabatnya. Itu sebabnya dia tidak merasa ragu sedikit pun
Read more

Episode 163. Waktu yang Sudah Tidak Ada

"Bu, kata Kak Green kita tidak akan lama lagi tinggal di sini. Kak Green bilang kita akan tinggal di tempat yang jauh lebih nyaman setelah nanti jati diri Kak Green diumumkan!" Rafa bercerita dengan penuh semangat.   Tadi Rafa baru saja bertelepon dengan Green. Sayangnya Mirna dan Budi sedang tidak ada di rumah, dan baru pulang sekarang.   Mirna tersenyum lembut mengusap kepala putranya. "Kita tidak pindah pun, ibu tetap bahagia karena kakakmu ternyata baik-baik saja," ucap Mirna dengan tulus.   Sebelumnya hati Mirna begitu hancur saat waktu itu mengetahui bahwa Green mengalami kecelakaan dan sedang dalam pencarian. Tetapi keesokan harinya Green meneleponnya. Syukur sekali Green meneleponnya. Rasa duka langsung seketika berubah 180 derajat menjadi rasa sukacita.   "Rafa, kamu harus ingat ya pesan Kakek Reyhans bahwa keberadaan Kak Green masih harus dirahasiakan untuk sementara waktu," ucap Budi mengi
Read more

Episode 164. Delapan Langkah

Saat ini Hana dan Marcell duduk berdampingan di dalam mobil yang melaju menuju Williams University 21. Marcell yang mengendarai langsung mobil itu.   "Marcell, kenapa kamu tidak bilang akan menjemputku?" tanya Hana dengan suara rendah.   "Kalau aku bilang, memangnya kamu mau aku jemput?"   Hana diam. Tentu saja dia akan menolak. Tadi pun sebenarnya dia ingin menolak, tetapi Anton mengatakan bahwa menolak seperti itu kesannya kasar karena Marcell sudah berada di rumah mereka.   "Ini hari pertama kita masuk kampus. Kan tidak salah kita berangkat bersama?" ucap Marcell.   Hana menoleh menatap Marcell. Fitur samping Marcell terlihat mirip sekali dengan Green, Apalagi tulang hidungnya yang tinggi dengan bentuk rahang yang sempurna.   "Marcell, sebenarnya wajahmu mirip dengan Green," ucap Hana tiba-tiba dengan tatapan penuh kerinduan, membuat Marcell menaikkan alis
Read more

Episode 165. Sosok yang Dirindukan

Julia yang baru saja turun dari mobil langsung menarik semua perhatian di area parkir. "Siapa dia?" "Wah, cantik sekali..!" "Jangan-jangan artis?" "Anak pejabat kali, lihat mobilnya! Wusshhh mataku silau!" Gumaman-gumaman memuja sama sekali tak dihiraukannya. Julia melangkah dengan bersemangat layaknya gadis belia menuju ke lapangan satu, tempat junior berkumpul sesuai jurusan yang dia ambil. Semua keramaian yang ada di lapangan satu terpesona melihat Julia yang begitu cemerlang. Dia imut dan penampilannya benar-benar segar. "Oh ternyata perempuan itu di situ," ucap Julia di dalam hati ketika matanya melihat sosok Hana. "Wow, dia bersama Marcell! Apa ini akan menjadi kabar baik untukku? Kasihan, tuan muda pasti kecewa melihat perempuan itu." Begitu dia sampai, banyak orang datang menghampirinya dan mengajaknya berkena
Read more

Episode 166. Terbelalak

Mereka berjarak delapan langkah saat ini. Hana ingin segera melompat padanya, memastikan benarkah dia Green? Benarkah dia suaminya, lelaki yang sangat dia cintai dan rindukan itu?   Sesuatu meletup-letup dalam diri Hana! Dia merasakan harapan kegembiraan yang luar biasa, yang membuatnya segera melangkah ke arahnya. Tetapi kejadian ini begitu mengejutkan, hingga membuat kaki Hana melemas dan kemudian ia terhuyung! Nyaris saja Hana terjatuh kalau saja Marcell tidak dengan sigap memeganginya.   Mata Green melebar saat dia menyadari ada Marcell di sisi Hana. Tampak Marcell memeluk tubuh Hana yang ringkih. Green segera memalingkan wajahnya dengan sedih.   Tiba-tiba terdengar seruan seseorang. "Wow, Green, kau beneran Green ternyata!"   Green segera menoleh pada sumber suara dan matanya seketika terbelalak.   "Baron!" teriak Green di dalam hati. Wajahnya pucat. Mulutnya terkatup dan tu
Read more

Episode 167. Suami Saya!

Melihat Hana berlari dan memeluk Green, Marcell hanya membisu. Dia sangat cemburu dan hatinya terasa sakit. Veronika juga terus menatap Hana dan Green dengan rasa ingin tahu.   Sementara itu, perhatian semua orang yang ada di sana, masih sibuk dengan persoalan Julia dan Baron sehingga selama beberapa waktu, mereka tidak memperhatikan pertunjukan Hana dan Green.   Hana memeluk Green dengan erat. "Green, ini benar kamu....ini benar kamu! Ternyata kamu memang masih hidup!" Suara Hana terdengar rendah dan serak.   "Tuhan, terima kasih," ucap Hana tulus dengan wajah haru penuh dengan air mata.   Setelah memeluk Green dengan erat, dia baru yakin bahwa ini adalah nyata, bukan mimpi. Green-nya ternyata memang masih hidup! Banyak pertanyaan yang ada di benak Hana, tetapi saat ini dia hanya ingin memeluk Green!   Green bisa merasakan tubuh Hana bergetar. Dan saat dia menyentuh tangan Hana,
Read more

Episode 168. Dari Hati ke Hati

Green dan Hana terus berjalan tanpa menyadari bahwa Jack mengikuti mereka. Jack terkadang bisa seperti hantu, memantau tanpa terlihat, sama seperti ketika Green melakukan perjalanan ke daerah Wisata Barat bersama teman sekelasnya waktu itu.   Hana terlihat memeluk erat lengan Green saat mereka terus berjalan menjauhi lapangan satu. Rasa hangat perlahan mengalir di hati Green. Dia mengingat kejadian yang baru saja terjadi di lapangan satu. Lapangan itu begitu ramai dengan orang, bahkan Marcell berada di sana, tetapi Hana tanpa ragu sedikit pun mengatakan dengan lantang di hadapan semua orang yang ada di sana bahwa dia adalah suaminya. Senyuman kecil pun terukir di wajah Green. Dia jelas sedang berbunga-bunga.   Tetapi langkah Hana terkesan terburu-buru, hal ini membuat Green sedikit terganggu untuk menikmati banyak bunga yang sedang bermekaran di hatinya.   "Hana, kita akan ke mana?" tanya Green ingin tahu karena dia juga
Read more

Episode 169. Penjelasan Green

Green tampak berpikir, apa yang harus dia katakan sekarang? "Bukankah Hana sudah menerimaku sebagai suami tanpa penyesalan di kemudian hari? Hana juga mengatakan bahwa dia mencintaiku. Apa aku masih harus menutupi jati diriku padanya atau menceritakan saja semua kebenarannya?" Green sungguh bingung di dalam hati. Kemudian dia menjawab, "Hana, sewaktu bus itu jatuh, aku langsung tidak sadarkan diri. Begitu aku bangun, aku sudah ada di sebuah kamar, berbaring di ranjang. Bahkan kakiku yang cedera juga sudah diobati. Ternyata aku ditolong oleh seorang pria bernama Jack! Jack bercerita bahwa dia melihatku tersangkut batu di aliran sungai deras dalam keadaan pingsan, lalu dia menolongku dan membawaku ke paviliun majikannya." "Jadi seperti itu! Syukurlah ada orang yang melihatmu, Green," lirih Hana penuh dengan rasa syukur. "Lalu Jack? Siapa dia? Apa dia laki-laki yang ada di sampingmu di lapangan tadi?" Hana samar-samar mengi
Read more

Episode 170. Hanya Milikku!

"Jangan-jangan kamu terlalu betah dekat dengannya sampai-sampai kamu begitu tahan untuk tidak menghubungiku selama dua bulan lebih lamanya!" seru Hana kemudian dengan nada kesal.   Green terkejut mendengar itu. Dia tahu Hana merasa cemburu tetapi dia tidak menyangka bahwa Hana akan langsung menyerangnya seperti itu! Bukankah tadi Hana begitu sedih karena waktu itu berpikir dia sudah tiada, dan berubah menjadi sangat bahagia ketika mendapati dia baik-baik saja? Tetapi sekarang, kenapa Hana dengan mudahnya menjadi marah padanya?   Green menjadi bingung harus menjawab apa. Dia menjadi agak cemas, dan seketika langsung merasa menyesal karena dengan berani mencoba membuat Hana cemburu. Green tidak tahu jika perempuan sudah cemburu, itu akan menjadi sangat seram.   "I-itu aku bukan betah pada Julia, Hana. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan Julia," sangkal Green dengan cepat. "Aku tidak menghubungimu karena....karena kamu
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
25
DMCA.com Protection Status