All Chapters of Deutragonis : Fighting Dreamer: Chapter 1 - Chapter 10

35 Chapters

Prolog

"Jangan katakan kamu ingin mati.""Jangan menyerah pada hidup."Bodoh jika percaya kata-kata seperti itu benar. Kenyataannya, kamu tidak keberatan jika dirimu sendiri yang mati. Tetapi sedih jika orang sekitar yang mengalami."Aku tak mau itu terjadi."Yang berbicara seperti itu adalah ego. Tidak memedulikan hidup orang lain selain yang kamu sayangi. Membenci orang lain adalah gayamu.Meski begitu, kamu tetap mengatakan. "Mari hidup bersama."Indah sekali, 'kan? Bahkan, kebohonganmu ... sangat indah.--Shirina Haruki--.....Aku hanyalah gadis membosankan yang kesepian. Berharap kisah sekolahku juga seindah novel remaja. Tapi sepertinya aku tidak ditakdirkan menjadi tokoh utama. Di antara teman-temanku, akulah yang paling tidak beruntung tentang masalah cinta.Mungkin ini tidak seru, karena ini hanyalah kisah tentang aku. Aku ini memang tidak tahu diri, haha. Seora
Read more

Bab 1 : Sendirian

"Kamu mengajakku berjalan, kemudian meninggalkanku sendirian."—o0o—"Siapa kamu?" seorang gadis kecil bertanya polos sambil menatap punggung laki-laki yang hanya berbeda setahun dengannya.Laki-laki itu menoleh, menatapnya tajam dengan mata onyx miliknya yang indah. Tidak menjawab, ia perlahan melangkah mendekati gadis itu dengan wajah datar, dan sebelah tangannya memegang sebilah pisau yang cukup besar.Gadis yang kini didekati mulai berjalan mundur dan tersandung-sandung karena barang-barang yang berserakan di ruangan itu. Ia berhasil sampai ke pintu, berjenggit untuk bisa meraih knop. Namun, tetap tidak bisa, ia terlalu pendek.Menyerah, jantungnya berdetak kencang dengan keringat dingin yang mengucur dari pelipisnya. Tubuhnya yang gemetar ia paksa untuk berbalik. Matanya melebar begitu tak menemukan sosok
Read more

Bab 2 : Buku

Shirin berakhir kembali ke kelasnya ketika bel masuk akan berbunyi lima menit lagi. Tepat saat bel masuk berbunyi, Mia dengan rusuh datang memasuki kelas dan duduk di sampingnya."Rin, tadi lo PDKT sama Kak Abi, ya?" Mia berbisik seraya mencolek lengan Shirin dan memainkan kedua alisnya menggoda. "Pepet terus, Rin! Nanti diambil orang!""Ih, apaan, sih? Orang enggak." Shirin mengelak dan menyembunyikan wajahnya di balik buku."Halah, orang tadi gue liat lo lagi ngobrol sama Kak Abi."Memutar bola mata, Shirin mendesah, "Cuma kenalan doang, udah.""Masa?" Mia menelisik.Shirin melirik Mia malas. "Iya, Miaa. Pas lo pergi sama Kak Atha buat kumpulin jurnal, dia juga langsung pergi ke kelasnya.""Ajak sarapan bareng di kantin kek, Rin, astaga!" Mia mengepalkan kedua tangannya gemas. "Atau ajak nongkrong di lapangan, siapa tau kalian bisa deket. Mumpung katanya
Read more

Bab 3 : Bukan Rumah Mia

"Hah? Obat diare?" kini giliran Al yang mengernyit bingung. Namun, Atha menggeleng."Resep diare?" tanya Abi.Atha masih menggeleng. "Bukan, woy! Ini diare, dear diare.""ITU DIARY, BUJANG!" Abi dan Al sama-sama berteriak dengan napas mengan yang menggebu kesal."Atha ganteng-ganteng bego," cibir Al.Atha cekikikan. Namun, tak lama kemudian, kembali memeriksa buku itu. "Ini gak boleh dibuka, privasi orang.""Kalo gak dibuka, gimana caranya kita tau siapa pemiliknya?" sahut Abi. "Buka aja, halaman pertama doang, kek, biar tau namanya.""Gak boleh! Privasi!" Atha bersikeras, menyembunyikan buku di balik punggungnya."Cuma liat alamat, anjir!" A
Read more

Bab 4 : Orang Aneh

Aldiaz mengernyit heran. "Lah, kenapa, tuh, cewek?"Atha menggedik. "Gue juga gak tau.""Bi, tadi lo bilang dia temennya Mia? Mia kelas XI IPS 2?" tanya Al."Iya, gue juga baru kenalan sama dia tadi pagi." Abi mengangguk, kemudian mendelik menjauh dari pintu. "Gak sopan banget, tuh cewek. ""Udah-udah." Atha menengahi. Ia maju selangkah seraya mengetuk pintu pelan. "Permisi, gue sama temen gue cuma mau balikin buku lo," ucapnya. Namun, tak ada respons dari dalam rumah. Ia pun mengetuk lagi. "Ini buku diary lo."Mendengar kata 'diary', mata Shirin membola. Ia segera membuka pintu dan matanya berkeliaran mencari keberadaan buku bersampul hitam miliknya. Melihat bukunya ada di tangan Atha, gadis itu maju hendak meraih buku itu. Namun, tanpa diduga, Atha mengangkatnya ting
Read more

Bab 5 : Tidak Sopan

"Kasihan," ucap Aldiaz dengan senyum mengejek. Ia menyadari kesedihan Shirin yang tertolak sebelum berjuang. Shirin perlahan mendongak dan menatap Aldiaz sebal. Padahal, matanya berkaca-kaca. Pipi tembamnya semakin mengembung. Aldiaz membuang muka seraya menyembunyikan tawa. Lalu mengulurkan tangan dan mengelus puncak kepala Shirin. Shirin refleks mundur saat mendapat perlakuan itu. Aldiaz kembali berusaha menyembunyikan tawanya. Namun, berbeda dengan Abi, Aldiaz malah merampas kotak bekal di tangan kanan Atha. "Oy, Al—" Atha menghentikan protesnya kala Al maju beberapa langkah menghadap Shirin. Atha mendengus ketika gadis itu tidak mundur seperti saat ia mendekatinya tadi. Al membungkuk untuk menyejajarkan tingginya dengan gadis itu, seraya menyodorkan kotak bekal yang dipegangnya. "Makasih, ya. Ini buat lo aja, sisanya buat gue sama Atha." Meski enggan, Shirin teta
Read more

Bab 6 : Seenaknya

Saat sampai di kelas, Bu Dewi menyambut Shirin dengan tatapan datarnya. Meski diizinkan masuk untuk mengikuti pelajaran, istriahat kali ini harus Shirin habiskan untuk mengepel lantai lobi gedung utama. Mia sendiri sudah pergi ke kantin sejak bel istirahat berbunyi, dan semua ini, karena lelaki sok ganteng yang memaksanya membicarakan hal tak penting. Shirin mengembuskan napas sambil mulai mengepel dan menggerutu dalam hati. Apa hanya karena mereka tampan, terkenal, dan menjadi most wanted sekolah membuat mereka bisa melakukan hal seenaknya? Seperti menarik Shirin ke sana-kemari, hingga akhirnya disuruh pergi. Shirin sendiri yakin setelah ini, baik Aldiaz atau Athalas pasti akan bersikap seolah tak mengenalnya. Seolah Shirin ... barang sekali pakai saja. Namun, segala pemikiran Shirin terpecah, seolah dun
Read more

Bab 7 : No Friends

Aldiaz berbaring di kasurnya. Tubuhnya penuh keringat, sementara napasnya menderu tak beraturan. Rahangnya mengetat, giginya bergemertak setiap mengingat wajah sedih itu. Di dalam kamarnya, yang barang-barangnya sudah hancur dan berantakan akibat tinjunya sendiri, Aldiaz meledak karena kefrustasian. Lalu, dering ponsel membuyarkan lamunan. "Apa?" tanya Al setelah mengangkat panggilan. Dan suara Mia menyambut dari ujung telepon. "Al, lo bisa gak dateng ke sini?" suaranya seperti berbisik. "Ke mana? Ngapain?" "Egamart." Setelah mendengarkan penjelasan singkat Mia, Aldiaz bangkit dan merapikan penampilannya. Wajahnya kembali cerah, karena pagi ini ternyata dia masih memiliki kesempatan. Ternyata benar kata orang bijak, jika malam terlalu kelam untuk menggantungkan harapan, kau harus percaya kepada pagi.
Read more

Bab 8 : Anak Kecil

"Lo, tuh, udah kayak anak kecil aja, njir!" Atha mengomel begitu Shirin sampai di Mal bersama Al. "Kesasar di Mal, terus diculik om-om. Nyusahin, dah, asli. Bikin orang khawatir aja!" Al memandang jengkel, tetapi kemudian ia tersenyum mengejek. "Eum, Ath ... lo ... khawatir sama Shirin?" "Bukan gue, tapi Mia." Atha menjawab cepat. Namun, Al dan Mia malah tertawa cekikikan-membuatnya mengumpat.Sementara Shirin sendiri hanya diam seperti anak kecil yang polos-memandang teman-temannya bergantian. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. "Udah sore, gue duluan, ya, Mia." Mia mengangguk membuat Shirin segera berbalik. "Mia, gak usah anter. Gue bisa sendiri." Shirin cepat-cepat menambahkan kala Mia ingin mengikuti langkahnya.
Read more

Bab 9 : Tidak Baik

Shirin meneguk ludah memandang punggung Aldiaz yang menjauh. Padahal, ia tepat berada di samping Al saat cowok itu melewatinya. Kekecewaan tercetak jelas di wajahnya. Namun, ia cepat-cepat mengatur ekspresinya saat suara cempreng Mia terdengar di belakang. Shirin terlonjak hampir melompat dari tempatnya saat Mia tiba-tiba berseru dan merangkulnya dari belakang. "Pagi, Rin!" "Astagfirullah!" Shirin ber-istigfar seraya mengelus dada. Mia cekikikkan. Namun, dengan cepat tawanya memudar kala menyadari perubahan ekspresi sahabatnya itu. "Lo gak papa, Rin? Gue gak kekencengan, 'kan?" Shirin menggeleng cepat dan mengibaskan tangannya. "Enggak, enggak apa-apa. Ayo, ke kelas aja." Mia tidak merespons dan langsung mengikuti langkah
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status