Semua Bab Tuan Egois Dan Putri Kertas: Bab 81 - Bab 90

103 Bab

Chapter 81

“Halo, Kak!” Fio duduk di sebelah mahasiswi yang sedang sibuk dengan bukunya.Fio tersenyum kala mahasiswi tersebut menoleh dan menatapnya dengan satu alis terangkat. Dia nampak menutup bukunya dan bersedekap.“Ada apa?” tanyanya.Fio mengulurkan tangannya. “Kenalkan nama saya Fio, saya dari fakultas kedokteran,” kata Fio ramah.Gadis berambut pirang di sampingnya itu hanya menatap Fio dengan wajah malasnya. “Oh, kamu yang katanya sudah menggoda Bian kemarin waktu makrab, ya?” tanya gadis itu tanpa perasaan.Fio menarik tangannya dengan senyum yang langsung lenyap dari wajah cantiknya. “Saya tidak pernah menggoda Bian,” sanggah Fio dengan cepat.“Sudah mengaku saja! Di kelasku, kamu sudah terkenal sebagai gadis yang menggoda Bian, aku berbicara jujur seperti ini karena aku kasian dengan Prisa.” Dia kemudian berdiri dari duduknya. “Prisa adalah orang baik, dia tidak
Baca selengkapnya

Chapter 82

“Aku akan membersihkan namamu, bagaimana?” tanya Bian.Fio melempar tatapannya ke arah lain. “Kenapa kamu memaksaku seperti ini?” tanya Fio masih tidak habis pikir dengan sikap Bian yang suka membuatnya bingung.“Karena aku ingin, Fi.” Tatapan Bian melembut.Fio bahkan kini ingin berlama-lama menatap mata itu. Tatapan yang dulu selalu Bian berikan untuknya. Fio menghela napas pelan.“Sikapmu membuatku bingung, aku mohon jangan seperti ini, Bi.” Gadis itu kembali membuang tatapannya ke sembarang arah.“Sikapku yang mana yang membuatmu bingung?” tanya Bian.“Kamu jangan bersikap baik seolah-olah kamu peduli padaku,” kata Fio.“Aku memang peduli padamu, aku merasa bersalah kamu jadi bahan gunjingan di kampus,” sahut Bian dengan cepat. “Aku hanya ingin menebus kesalahanku, maaf.” Bian masih memperhatikan wajah yang selama ini selalu mengisi mal
Baca selengkapnya

Chapter 83

Setengah jam sudah berlalu dengan sangat cepat. Suasana yang terasa kaku begitu mendominasi. Tidak ada percakapan penting yang terjadi di antara mereka berdua, kecuali mengenai pertanyaan-pertanyaan yang Fio ajukan kepada Bian guna melengkapi tugasnya.“Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membantuku,” kata Fio dengan tulus.Bian mengangguk dan segera berdiri. “Aku harus segera pergi,” ucap Bian dengan nada setengah hati.Fio masih sibuk mengemasi barang-barangnya. “Hmm, aku mengerti!” sahutnya yang terdengar begitu menyesakkan di telinganya sendiri.Bian tidak mengatakan apapun lagi kepada Fio. Pemuda itu memilih berjalan menjauh dan pergi dari sana. Fio seketika menghentikan kegiatannya. Dia mendongak dan menatap langit yang terlihat cerah.“Kenapa dia selalu membuatku bingung?” katanya kemudian mendesah kecewa.Fio kemudian menoleh ketika mendengar suara pintu yang terbuka. “Kenap
Baca selengkapnya

Chapter 84

Fio tidak mengerti kenapa perasaannya untuk Bian bisa bertahan selama ini. Jika dia bisa memilih, maka Fio lebih memilih Rey. Pemuda itu selalu ada di dekatnya, sejak dulu hingga detik ini. Rey tidak pernah sungkan untuk memberikan perhatian kepada Fio. Meskipun status mereka hanya sebatas teman.Rey yang selalu menemaninya ketika hatinya sedang sedih maupun bahagia. Hal-hal kecil yang dilakukan pemuda itu tidak pernah luput dari perhatian Fio. Seperti malam ini, Rey sedang berada di kosan Fio sambil membawa roti bakar rasa cokelat untuk Fio. Mereka berdua duduk di bawah beralaskan karpet berwarna cokelat.“Makanlah!” ucap Rey.“Kamu tidak perlu repot membawa roti bakar ke sini, Rey.”“Aku tahu kalau kamu belum makan malam,” sahut Rey dengan cepat. “Dan aku tahu kalau kamu pasti akan menolak jika aku ajak untuk makan malam sekarang,” lanjut Rey.Fio terkekeh. “Ya, kamu memang benar! Kalau begitu
Baca selengkapnya

Chapter 85

Rey menoleh ke belakang, sedangkan Fio jelas sudah hafal dengan suara pemuda yang kini berdiri di depan kamar kosnya dengan wajah marahnya.“Bian?” Rey buru-buru berdiri dan menyingkir dari ranjang Fio.Gadis yang masih cukup terkejut dengan kedatangan Bian itu beranjak duduk dan menatap mantan kekasihnya dengan wajah penuh tanda tanya. “Ada perlu apa kamu ke sini?” tanya Fio.“Brengsek!” Bian melepaskan kantong plastik dari tangan kirinya begitu saja.Pemuda itu langsung maju ke depan dan memukul Rey hingga teman sekelasnya itu terpental ke belakang. Fio membekap mulutnya.“Bian!” Fio segera berdiri dan berlari menubruk tubuh Bian yang hendak memukul Rey lagi.“Lepasin, Fi!” Bian berusaha menjauhkan tubuh Fio yang menempel begitu erat di tubuhnya.“Jangan pukul Rey lagi!” pinta Fio dengan nada yang nyaris bergetar.“Kenapa?” Bian berdiri dengan
Baca selengkapnya

Chapter 86

Fio menatap ponsel pintarnya dengan penuh tanda tanya. Dia tidak mengerti kenapa Bian tiba-tiba kembali mengajaknya bertemu. Fio masih menimbang-nimbang apakah dirinya harus menjawab pesan dari Bian tersebut atau tidak.“Kebetulan sekali kita bertemu di sini.”Fio yang sedang duduk di depan perpustakaan kampus mendongak dan seketika matanya melebar. “Bian?” katanya.Fio buru-buru mengamati sekitarnya. Hal tersebut membuat Bian ikut mengamati sekitarnya. Tidak ada apapun yang di temukan Bian. Pemuda itu kemudian duduk di sebelah Fio.“Ada apa?” tanya Bian.“Kamu pacar Prisa, aku hanya memastikan tidak ada Prisa atau orang yang berpihak pada Prisa secara buta melihatmu duduk di sampingku sekarang,” jawab Fio tanpa menoleh ke arah Bian.“Oh!” Bian hanya mengangguk.“Bagaimana dengan pesanku tadi?” tanya Bian. “Kenapa kamu tidak membalasnya?” lanjut Bian p
Baca selengkapnya

Chapter 87

“Terima kasih karena sudah mentraktirku makan,” kata Fio sambil menyerahkan helm kepada Bian.Bian tersenyum dan mengangguk. “Sama-sama, Fi.”Fio kemudian menyerahkan kantong plastik berisi buku-buku yang tadi dibelinya kepada Bian. Pemuda itu menatap Fio dan kantong plastik itu secara bergantian.“Ini untukmu! Anggap saja ini hadiah untukmu yang sudah mau berteman denganku setelah sekian lama kamu menghilang.” Fio tersenyum lebar.“Fi.”“Aku senang bisa berteman denganmu, kamu adalah salah satu orang baik yang pernah singgah di hidupku meskipun kini kamu menetap sebagai teman,” sahut Fio.Bian menerima pemberian Fio dengan perasaan campur aduk. “Fi, maaf.” Bian menatap Fio dengan wajah penuh penyesalan.Fio tersenyum tipis. “Simpan maafmu itu untuk Prisa karena kamu sudah berteman dengan gadis yang paling dia benci di muka bumi ini.”B
Baca selengkapnya

Chapter 88

“Kamu pindah kerja di sini?” tanya Rey.Bian menatap dua orang yang kini tengah memandangnya dengan tatapan terkejut. “Ya,” katanya sambil mengangguk.Fio terdiam. Kehidupan Bian tidak banyak berubah. Pemuda itu tetap bekerja paruh waktu meskipun kekasihnya sangat kaya. Fio menahan semua pertanyaan yang sejak mereka berpisah terus saja menghantuinya.“Bi.”“Kalian pesan apa? Ada pelanggan lain yang mau membeli juga,” kata Bian yang terlihat sibuk mengetikkan sesuatu di layar tablet.Rey kemudian menyebutkan pesanan mereka berdua. Sementara Fio masih diam dan mencoba mencerna apa yang sedang dirinya lihat.“Ayo!” kata Rey.Fio mengangguk dan meninggalkan Bian dengan perasaan yang campur aduk. “Demi keluargaku,” batin Bian.Fio hanya sibuk menatap makanan di depannya. Rey yang bahkan sudah mengunyah makanannya hanya mendiamkan Fio. Dia seolah sedang memberika
Baca selengkapnya

Chapter 89

“Kamu menemui Fio selama aku di Surabaya, ya?” tanya Prisa.Bian yang sedang berdiri dan bersandar di tembok hanya memandang ujung sepatunya yang terlihat lebih menarik dibandingkan dengan wajah Prisa. Gadis di sampingnya itu berpindah tempat ke hadapan Bian dan bersedekap.“Kamu tidak mendengarkan apa yang aku katakan?” Prisa masih memasang wajah kesal.Bian menghembuskan napasnya dengan sedikit kasar. “Ya,” jawabnya singkat.“Aku bahkan ke Surabaya hanya sebentar dan kamu sudah berani menemui Fio? Woah! Luar biasa!” kata Prisa. “Kamu bahkan juga makan di kantin berdua bersamanya padahal aku sudah ada di sini,” lanjut Prisa dengan dada kembang kempis menahan marah.“Memangnya kenapa? Kami tidak berselingkuh! Kamu terlalu takut kehilangan aku, Prisa.” Bian mendongak dan mulai menatap kekasihnya.Prisa menghela napas panjang. “Bagaimana mungkin aku tidak takut kehil
Baca selengkapnya

Chapter 90

Fio baru teringat pertemuan terakhirnya dengan Rey. Fio meletakkan ponselnya ke atas ranjang dengan cara melempar. Dia menghela napas panjang seolah-olah paru-parunya membutuhkan pasokan oksigen lebih banyak dari biasanya. Fio duduk di pinggir ranjang sambil menatap pintu kamar kos yang tertutup rapat.“Rey sengaja membuatku lupa tentang masalah papa,” katanya.Fio kemudian kembali meraih ponselnya dan mencoba menghubungi mamanya yang ada di Surabaya. Gadis itu beberapa kali mencoba men-dial nomor sang mama namun sampai percobaan keempat, mamanya tidak juga mengangkat telepon darinya. Fio mendesah.Pikirannya berkelana tidak tentu arah. “Kenapa perasaanku jadi tidak nyaman seperti ini?” gumamnya pelan.Fio menelan saliva dengan perasaan cemas yang dia tidak tahu karena apa. Gadis itu kemudian meraih jaket putih miliknya dan berjalan keluar kamar. Fio kemudian segera memesan ojek online yang kini tengah membawanya ke restor
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status