Home / Romansa / Tuan Egois Dan Putri Kertas / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tuan Egois Dan Putri Kertas: Chapter 71 - Chapter 80

103 Chapters

Chapter 71

Gadis itu masuk ke dalam kamar kosnya dengan gerakan terburu-buru.Braaak!Fio membanting pintu dan berlari menuju kamar mandi. Dia segera menyalakan shower kemudian berdiri di bawah guyuran air yang terasa dingin di kulitnya. Fio menangis sesenggukan sambil terus mengusap bibirnya dengan gerakan kasar. Rasa perih tidak dia hiraukan. Fio beralih ke area leher, dia melakukan gerakan yang sama hingga membuat kulitnya terlihat kemerahan.Fio menunduk dan dapat dilihatnya warna merah keunguan di bagian dada. “Bian brengsek!” umpatnya dengan derai air mata yang tak kunjung berhenti.Fio memutuskan untuk sekalian mandi. Tubuhnya yang terasa lelah perlahan-lahan mulai terasa rileks. Dia bahkan tidak bisa benar-benar marah kepada Bian. Dia masih berharap Bian akan datang ke kosnya dan meminta maaf untuk apa yang telah dia perbuat.Tok… tok… tok…Fio mendongak. Rambutnya terlihat masih sedikit basah.
Read more

Chapter 72

Fio baru saja bergabung dengan unit kegiatan mahasiswa olahraga di kampusnya. Dia memasuki ruangan yang digunakan untuk berkumpul para panitia dan juga mahasiswa yang akan melaksanakan camping sebagai kegiatan perkenalan. Fio sendiri nampak menoleh ke kanan dan kiri. Hanya dia yang belum memiliki teman di sana.“Selamat sore!”Fio langsung menoleh ke depan dan seketika matanya membola ketika tahu siapa yang menyapa para peserta. “Bian?” batinnya.“Hari ini kita akan melakukan pembekalan untuk kegiatan perkenalan unit kegiatan mahasiswa olahraga yang akan dilaksanakan akhir pekan ini,” kata Bian dengan menggunakan pengeras suara.Bian belum menyadari keberadaan Fio yang memang duduk di bangku bagian belakang  dan dengan sengaja Fio terus menundukkan kepalanya supaya tidak bertatapan dengan pemuda yang sudah menguras emosinya itu.“Salah masuk UKM sepertinya,” batin Fio.“Maha
Read more

Chapter 73

“Sebelum makan siang, tenda kalian harus sudah jadi!” kata Bian. “Kalian mengerti?!”“Mengerti, Kak!” sahut para peserta.“Silahkan mulai membuat tenda bersama anggota kelompok kalian!” ucap Bian untuk membubarkan para peserta kegiatan weekend camp.Fio memutar tubuhnya dan mengikuti anggota kelompoknya yang berjumlah empat orang. Sebenarnya Fio sendiri belum akrab dengan anggota kelompoknya. Dia bahkan masih canggung dan tidak banyak bicara.“Fio!” Febby menghampiri Fio.Fio mendongak dan menatap teman satu kelompoknya dengan kerutan di dahi. Pagi itu, matahari sudah tidak malu-malu mengintip dibalik awan biru. Fio kemudian menutupi dahinya dengan telapak tangan. Matanya yang terlihat semakin menyipit membuat Febby terkekeh.“Ada apa?” tanya Fio.Febby ikut berjongkok. “Bisa bantu aku buat ngumpulin bahan makanan kelompok kita ke panitia?”
Read more

Chapter 74

“Apa kamu tahu kesalahan yang sudah kamu perbuat?” tanya Bian.Fio menelan salivanya dengan paksa kemudian menggelengkan kepalanya. Mata gadis itu turun ke bawah. Hatinya tercubit kala mendapati cincin berwarna hitam yang melingkari jari Bian.“Jawab!” sentak Bian yang membuat Fio sedikit terlonjak karena kaget.Fio menggelengkan kepalanya lagi. “Tidak, Kak.” Gadis itu bisa melihat aura gelap Bian.Fio kembali bergidik ngeri kala dengan tiba-tiba pikiran buruk tentang Bian berseliweran tanpa henti. Dia meremas ujung kaosnya karena rasa tidak nyaman yang dia rasakan ketika berhadapan dengan Bian.“Apa kamu tadi melihat para panitia sedang memunguti beras yang berserakan di lantai dapur umum?” tanya Bian kemudian bersedekap.Suara Bian terdengar datar dan dingin. Fio merasa sedang diintimidasi oleh mantan kekasihnya tersebut.“Saya lihat, Kak,” jawab Fio pelan.Bian meng
Read more

Chapter 75

“Silahkan membersihkan seluruh kamar mandi perempuan di bumi perkemahan ini sekarang juga!” kata Prisa dengan tegas.Fio mengepalkan kedua tangannya kala mendengar hukuman yang harus dia kerjakan. Dia sedikit mendongakkan wajahnya. Dia benar-benar kesal sekarang.“Kenapa semua kamar mandi, Kak? Bukankah itu terlalu berlebihan? Saya hanya kurang fokus dan itu juga tidak lama,” kata Fio dengan jantung yang bertalu-talu.Prisa menaikkan alisnya kemudian memasang wajah penuh amarah. “Kamu berani protes atas kebijakan panitia?!” suara Prisa terdengar lantang.“Karena saya rasa kesalahan saya tidaklah banyak dan saya rasa hukuman untuk saya tidaklah sebanding dengan kesalahan kecil yang saya buat,” sahut Fio dengan cepat.Prisa terlihat menampilkan raut wajah terkejut atas pernyataan Fio. Dia kemudian tertawa sinis. Fio menatap lawan bicaranya dengan wajah datar.“Prisa memang sangat menyebalka
Read more

Chapter 76

Fio menyeka keringat yang sejak tadi sudah membanjiri dahinya dengan punggung tangan. Dia menatap jam tangannya dan menghela napas dalam. Pukul satu siang.“Waktu berjalan begitu cepat atau aku yang bergerak terlalu lambat?” Fio bergumam sambil menatap dua kamar mandi perempuan yang masih tersisa.Fio kemudian berjalan sambil menenteng ember berisi perlengkapan untuk membersihkan kamar mandi. Dia kembali mengelap peluh di dahinya. Cuaca siang itu terasa sangat panas dan perut Fio sudah mulai terasa lapar.Fio berjongkok di dalam kamar mandi dan mulai menggosok lantainya dengan sikat khusus yang digunakan untuk membersihkan kamar mandi. Lantai yang terbuat dari semen itu terlihat sudah mulai ditumbuhi lumut yang berwarna hijau.“Geser!”Fio berhenti menggerakkan gagang sikat di tangannya. Dia mendongak dan melihat Bian yang sedang berdiri dengan wajah datarnya. Fio menghela napas dalam.“Ini kamar mandi perempuan
Read more

Chapter 77

Fio bisa melihat bagaimana interaksi Bian dan Prisa ketika acara api unggun sudah dimulai. Kedua manusia itu terlihat sangat cocok. Dan jelas saja hal tersebut membuat Fio merasa sangat iri. “Mereka pasangan yang serasi, kan?” Fio menoleh. Febby, gadis yang merupakan teman barunya itu terlihat sedang mengagumi pasangan yang membuat Fio merasa rendah diri itu. “Kak Prisa sangat cantik dan anggun, sedangkan kak Bian terlihat tampan dan juga berwibawa,” lanjut Febby tanpa melihat bagaimana raut wajah Fio berubah dengan cepat. “Kamu benar! Kak Prisa terlihat sangat cantik,” kata Fio tidak berbohong. “Dan Bian terlalu sempurna untukku,” lanjut Fio di dalam hati. Fio kemudian ikut bertepuk tangan tanpa tahu apa yang menarik dari penampilan yang baru saja dia tonton tanpa konsentrasi tersebut. Dia menatap penampilannya dari ujung kaki kemudian naik hingga ke dadanya. Dari segi gaya berbusaha, Fio jelas kalah dari Prisa. Fio selalu ber
Read more

Chapter 78

Mata pemuda itu mengikuti kemana Fio berjalan. Dia kemudian turun dan menaruh gitarnya di samping panggung. Dia berjalan dengan sedikit terburu-buru. Prisa yang akan menghampirinya memicingkan mata. Dia menoleh ke arah di mana Bian terus memfokuskan matanya. Prisa menghembuskan napas jengkel.“Mau kemana?” Prisa berdiri di depan Bian dengan tiba-tiba.Bian menyumpahi tindakan Prisa yang menyebalkan itu. “Aku mau ke toilet sebentar,” kata Bian.Prisa tertawa renyah. “Ke toilet atau ke tenda mantan kamu?” tanya Prisa dengan nada sinis.Bian mengalihkan perhatiannya ke sembarang arah. “Jangan memulai pertengkaran di sini, Prisa.” Bian kemudian kembali menatap Prisa  yang masih saja menampilkan wajah ketusnya.“Aku tidak akan seperti ini kalau kamu berhenti memikirkan Fio.” Prisa bersedekap.“Aku tidak memikirkannya!” sanggah Bian dengan cepat.Prisa menatap ke a
Read more

Chapter 79

Fio bergegas memakan makanannya dengan tidak nafsu. Pagi itu dirinya kembali tidak mendapatkan lauk karena telur yang dirinya kumpulkan pecah. Dia sengaja makan di tempat yang jauh dari teman-teman satu kelompoknya supaya tidak ada yang melihat ketika dirinya hanya makan dengan nasi dan sayur saja.“Ini makanlah!”Sepotong telur dadar diletakkan begitu saja ke atas piring Fio. Gadis itu mengerutkan keningnya dan mendongak. Matanya membulat seketika saat sosok Bian berdiri dengan membawa piring.“Ta-“Belum selesai Fio mengatakan sesuatu, Bian sudah berlalu pergi dari sana dengan wajah datarnya. Fio kemudian kembali menatap piringnya. Sepotong telur dadar di atas nasi yang masih mengepul membuat hati Fio menghangat.Dia menghela napas panjang. Kemudian senyuman terbit di bibirnya. Dia mulai memotong telur dadar tersebut menjadi dua bagian. Fio kemudian menatap punggung Bian yang sedang duduk tidak jauh dari tempatnya. Fio ber
Read more

Chapter 80

Fio merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran single. Matanya menatap langit-langit kamar kos yang dia tempati selama menempuh pendidikan di kota pelajar tersebut. Dua hari mengikuti acara berkemah membuatnya merasa rindu dengan kamar sederhana itu.Benaknya kembali melayang pada kejadian minggu pagi di mana dia mendengar obrolan antara Bian salah satu panitia bernama Donny. Helaan napas lolos begitu saja melalui bibirnya. Setelah dia selesai makan tadi pagi, Bian hanya memintanya untuk kembali bergabung dengan kelompoknya. Pemuda itu tidak mengatakan apapun lagi. Seolah-olah apa yang kemarin terjadi bukanlah hal yang penting untuk Bian.Fio bahkan harus menerima tatapan sinis maupun mendengar ucapan dari beberapa orang yang menjadi saksi ketika Bian menarik tangannya meninggalkan Prisa begitu saja.“Ckh!” dia berdecak.Sudah pasti dirinya akan diberi label sebagai gadis penggoda pacar orang. Fio menggaruk kepalanya dengan kesal.
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status