Semua Bab Tuan Egois Dan Putri Kertas: Bab 61 - Bab 70

103 Bab

Chapter 61

“Kenapa dia sampai memukulmu?” tanya Fio dengan dahi berkerut.Rey mengangkat bahunya. “Dia teman baikku ketika kami berada di bangku SMP.” Rey meminum es jeruknya.Mereka masih berada di warung bakso yang tidak jauh dari rumah Fio. Gadis itu terlihat melebarkan matanya. Dia bahkan baru tahu fakta terbaru dari seorang Bian, yang tidak lain adalah kekasihnya sendiri.“Lalu, kenapa dia memukulmu? Kamu tidak menjawab pertanyaanku yang satu ini.” Fio bersedekap.“Aku tahu dia mengacuhkanmu akhir-akhir ini,” kata Rey sambil menatap Fio dengan intens.Fio mengerutkan keningnya dalam. “Bagaimana kamu bisa tahu?” Karena seingat Fio, hanya Nadya yang mengetahui hubungannya dengan Bian yang sedang merenggang.“Nadya.” Rey tersenyum simpul.“Ah, sudah aku duga,” sahut Fio dengan cepat.“Dia brengsek, kan?” Rey terlihat tersenyum misterius.
Baca selengkapnya

Chapter 62

Rasanya seperti baru kemarin Fio menjadi siswi baru di SMA Nusantara. Gadis itu tersenyum lebar di depan kamera. Anjar dan Rahma, kedua orang tua itu tengah berbahagia karena putri semata wayang mereka berhasil menyelesaikan sekolahnya.“Mama, sudah ya sesi foto-fotonya?” Fio mulai cemberut.“Sebentar lagi ya? Setelah ini, kamu ‘kan ke Jogja untuk kuliah, Mama hanya ingin mengambil banyak foto dengan anak Mama,” kata Rahma dengan wajah sendu.“Mama, Fio hanya akan kuliah di sana bukan pindah rumah selamanya.” Fio mencebik.Anjar hanya terkekeh geli dengan obrolan kedua orang penting di dalam hidupnya tersebut. Sesi foto tetap berlanjut seperti keinginan Rahma. Setelahnya, mereka makan di sebuah restoran untuk merayakan kelulusan Fio. Hanya makan bertiga dan itu adalah hal yang membuat Fio merasa sangat bahagia.“Kalau ada Bian pasti lebih rame ya, Fi?” Rahma kemudian meminum jus mangganya.
Baca selengkapnya

Chapter 63

Acara selanjutnya adalah kuliah umum. Fio mengernyitkan keningnya kala dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa ingin buang air kecil. Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri.“Ada apa?” tanya Tiara.“Aku ingin ke toilet,” kata Fio sambil berbisik.“Yasudah, pergilah sekarang! Atau perlu aku temani?” tawa Tiara.Fio sontak menggelengkan kepalanya. “Ah, tidak perlu!” Fio tersenyum kemudian berdiri dan melangkah pergi dari sana.Dia melangkahkah kaki dengan mata yang terus mencari jalan menuju ke toilet mahasiswa. Fio kemudian berjalan lurus ke depan dan mulai turun dari tangga yang di sana terdapat beberapa panitia.“Mau ke mana, Dek?” tanya salah satu panitia bernama Intan yang berdiri di dekat tangga menuju ke bawah hall.“Saya mau ke toilet, Kak,” jawab Fio sambil menunduk.“Toiletnya tepat ada di sebelah tangga ini,” kata Intan yang dia
Baca selengkapnya

Chapter 64

“Fio, ya?”Fio mendongak dan mengangguk sambil mengernyitkan keningnya ketika mentari menerpa wajah putihnya. “Iya aku Fio,” jawabnya ramah.“Aku Bobby,” pemuda yang merupakan salah satu panitia itu mengulurkan tangannya.Fio menyambutnya dan tersenyum. “Oh halo, Kak!” sapa Fio.“Kamu sedang istirahat?” tanya Bobby yang kemudian ikut duduk di halaman kampus.“Hmm.” Fio mengangguk dan tersenyum. “Kakak sedang apa di sini?” Fio kemudian celingukan.“Aku ingin berkenalan denganmu, sejak hari pertama OSPEK aku penasaran denganmu,” Bobby terkekeh.“Penasaran?” Fio melebarkan matanya. “Aku mahasiswi biasa dari Surabaya, Kak.” Fio tertawa.“Oh Surabaya, sama seperti ketua OSPEK kita,” kata Bobby yang membuat tawa Fio berhenti dengan seketika. “Dia mahasiswa yang cukup terkenal di kampus, banyak maha
Baca selengkapnya

Chapter 65

Fio menghela napasnya. Dia menunduk dengan jemari tangan yang sudah saling memilin ujung almamaternya.“Lihat ke saya jangan ke lantai!” kata Bian tegas.Fio menelan salivanya dan mendongak. Dia menatap mata Bian yang terlihat tajam dan galak.“Kak Bian.” Fio terdiam sebentar. “Saya cinta Kak Bian,” kata Fio dengan suara tercekat di akhir kalimatnya.“Oke! Pernyataan cinta kamu ke saya di terima,” kata Bian dengan cepat.Fio yang hendak kembali menunduk langsung mendongak dengan mata membulat. “Kak Bian menerima saya?” tanya Fio lirih.“Saya menerima usahamu yang ingin menanggung risiko dari setiap tindakan yang kamu lakukan,” ucap Bian yang terdengar sangat aneh di telinga Fio.“Risiko?” tanya Fio.Bian mengangguk. “Semua yang kamu lakukan ada risikonya dan kamu sedang menanggung risiko tersebut,” ucap Bian.Fio tidak mampu b
Baca selengkapnya

Chapter 66

Fio hanya diam ketika Rey memanggil namanya. Pemuda itu melirik gadis yang semakin dia harapkan melalui kaca spion motor matic-nya. Mata Fio memandang jalanan dengan sorot sedih. Rey menghela napasnya sambil mengurangi kecepatan motornya. Dia jelas tahu apa yang sedang Fio pikirkan saat ini dan itu jelas membuat hati Rey terasa nyeri.“Fi?” Rey kembali memanggil Fio sambil menyentuh paha gadis itu pelan.Fio berkedip kemudian mendekatkan wajahnya ke depan. “Ya?” responnya.Rey tersenyum lembut. “Kamu sedang melamun tentang apa?” tanya Rey dengan sangat tenang.“Ah tidak ada! Aku hanya sedang rindu rumah,” jawab Fio.“Oh, kalau kamu mau, besok weekend kita bisa pulang ke Surabaya, bagaimana?” Fio bisa menangkap senyum manis yang di berikan oleh Rey kepadanya.Fio tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Aku ingin mencoba hidup mandiri, kalau ketika aku rindu ru
Baca selengkapnya

Chapter 67

Fio baru saja selesai kuliah hari pertama. Gadis itu masih terlihat ceria seperti biasanya. Dia berjalan menuju kantin kampus yang terletak tidak jauh dari fakultasnya. Sore ini dirinya ingin memakan mie ayam yang di jual di kantin. Kata teman-teman kelasnya rasanya enak dan seperti anak muda kebanyakan yang merasa penasaran, Fio juga ingin mencobanya.Dia segera memesan apa yang dia ingin makan. Kemudian, dengan santai dia memilih meja yang terletak di tengah. Fio tetap duduk tenang sambil kembali membaca materi kuliah yang tadi dia ikuti sambil sesekali menyuapkan mie-nya ke dalam mulutnya.Sampai ketika dirinya sedang memakan mie ayamnya yang tersisa sedikit, matanya tidak sengaja melihat sosok yang sudah terlalu jauh berubah tengah duduk menghadap ke mejanya. Fio berhenti mengunyah dan terdiam saling menatap dengan Bian yang masih saja melayangkan tatapan dinginnya. Fio menelan mie-nya dengan kesulitan.Kali ini, Bian terlihat bersama teman-temannya yang ber
Baca selengkapnya

Chapter 68

Bian memukul tembok dengan penuh amarah. “Bajingan! Kamu bajingan, Bian!” Dia kembali menghantam tembok di depannya dengan tangan mengepal.Bian kemudian berjalan menuju ke tengah rooftop, tangannya terluka namun hatinya jauh lebih terluka. Dia tidak tahu, jika pertemuan secara tidak sengaja antara dirinya bersama Prisa dan Fio yang kala itu bersama Rey akan menjadi sebuah alasan dirinya mengatakan hal yang jauh di luar logikanya.Dia cemburu. Dia sangat cemburu. Bian terlalu pengecut untuk mengakui kalau dirinya masih sangat mencintai Fio.Dia menatap ke atas. Langit terlihat sudah mulai menggelap. Bian berada di atas gedung fakultasnya. Dia duduk dan mengeluarkan sekotak rokok beserta pemantik api yang berada di saku celananya. Dengan cepat dia menyalakan rokoknya. Dan dengan tenang dia mulai menghisap rokok tersebut sekuat yang dia bisa.Tangannya kemudian mengusap keningnya yang terasa bersenyut nyeri. “Kenapa kamu harus kul
Baca selengkapnya

Chapter 69

Fio duduk di sebelah Tiara yang terlihat sedang sibuk menyapukan bedak di wajahnya yang mulus. “Kamu pintar berdandan,” celetuk Fio.Tiara menoleh dan tersenyum. “Hmm, aku harus pintar berdandan karena pekerjaanku mengharuskan aku untuk selalu terlihat cantik,” jawab Tiara.“Kamu bekerja?” Fio menoleh ke arah Tiara.Tiara gelagapan. “Ah!” Gadis itu menggaruk pelipisnya. “Maksudku, aku harus selalu terlihat cantik kapan saja dan di mana saja.” Tiara kemudian melemparkan tatapannya ke depan.Fio mengerutkan keningnya. Dia tidak pernah tahu kalau Tiara bekerja. Fio kemudian mengangkat bahunya dan tidak lagi menanggapi ucapan Tiara yang tidak dia mengerti dengan benar.“Pagi tadi aku bertemu dengan anak IT yang kemarin jadi ketua OSPEK kita,” bisik Tiara untuk mengalihkan pembicaraan.Fio menoleh. “Bian?” Mata Fio berubah sendu ketika mengucapkan kata satu nama y
Baca selengkapnya

Chapter 70

Bian berjalan dengan langkah panjang. Dia merogoh kantong celananya yang bergetar. Pemuda itu memilih mematikan ponselnya daripada harus menjelaskan kepada kekasihnya kenapa malam ini dirinya harus menolak ajakan gadis itu untuk makan malam bersama dengan keluarga Albert. Pemuda itu kemudian mendorong pintu menuju atap gedung fakultasnya.Bian berjalan dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana. Langkahnya tiba-tiba terhenti kala dia melihat punggung gadis yang sedang duduk dengan tenang di depannya. Bian mengerutkan keningnya. Mengamati sosok yang memiliki postur seperti mantan kekasihnya.Mata Bian melebar kala Fio menoleh ke belakang karena merasakan kehadiran seseorang. Gadis itu sama terkejutnya dengan Bian. Namun hanya beberapa detik saja, selanjutnya Fio memilih memasang wajah datarnya dan segera berdiri dari duduknya. Gadis itu memungut segepok kertas origami kemudian memasukkan ke dalam tasnya. Dengan cepat, Fio melangkah pergi dari sana tanpa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status