Home / Romansa / Tuan Egois Dan Putri Kertas / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tuan Egois Dan Putri Kertas: Chapter 21 - Chapter 30

103 Chapters

Chapter 21

Fio mendongak begitu mendengar pertanyaan singkat dari Rey. “Tidak,” jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.“Kamu diam saja dari tadi,” kata Rey yang tidak juga mengalihkan pandangannya dari Fio.Fio melirik ke arah kanannya sebentar sebelum kembali menatap Rey. “Aku baik-baik saja, Rey,” jawabnya lagi untuk meyakinkan Rey.“Syukurlah,” Rey mengulurkan tangannya hendak mengacak puncak kepala Fio tapi dengan sigap Fio berhasil menghindarinya.“Eits! Tidak kena!” kata Fio sambil tertawa.Rey segera menarik tangannya yang menggantung di udara sambil tertawa. Tanpa Rey dan Fio tahu, ada seseorang yang sedang menatap keakraban mereka dari kejauhan. Pemuda itu mengepalkan tangannya dan beberapa kali menghembuskan napasnya gusar kala melihat Rey dan Fio berjalan semakin menjauh. Sampai punggung mereka berdua tidak lagi nampak di matanya, Bian baru mampu melanjutkan langkahnya.“Mau
Read more

Chapter 22

Fio melebarkan mata dan segera menegakkan tubuhny. Gadis itu langsung memutar tubuhnya. Fio berdiri begitu dirinya sadar bahwa sudah ada Bian yang sedang berdiri di belakanganya. Bian menatap Fio datar.Fio yang semula merasa kecewa karena mengira bahwa Bian tidak datang latihan langsung melengkungkan senyumnya ke atas.“Bian?” Fio menatap pemuda di depannya itu dengan wajah berseri.“Iya ini aku, kamu kira hantu?” kata Bian judes.“Aku kira kamu tidak datang latihan,” kata Fio.Bian meletakkan tas ranselnya ke bangku yang tadi di tempati oleh Fio. Dia kemudian duduk disana dan membenarkan tali sepatu basket yang dia kenakan. Fio yang berdiri kemudian menyusul Bian untuk duduk di bangku yang sama. Fio memiringkan tubuhnya sehingga dirinya bisa menatap Bian dari samping secara leluasa.“Nanti aku pulangnya di anterin siapa?” tanya Fio.Bian menoleh kemudian menarik bibirnya menjadi satu g
Read more

Chapter 23

“Ekhm! Lebih kelihatan lebar jidatnya,” kata Bian acuh tak acuh kemudian dia meneguk air mineral yang ada di tangannya.“Ckh!” Fio berdecak kesal.Bian selalu seperti itu. “Kamu bahkan tidak bisa memuji perempuan,” Fio kemudian beranjak berdiri dan memakai tas ranselnya.Bian segera menutup botol air mineralnya dan memasukkan semua barangnya ke dalam tas secara acak. Bian tahu pasti Fio sedang kesal dengannya. Dia segera memakai tas ranselnya dan mengikuti langkah Fio yang sudah jauh di depannya dengan sedikit berlari. Bian menatap punggung Fio kemudian dia tersenyum tipis.“Tunggu Fi!” seru Bian sambil berlari menyusul Fio yang semakin mempercepat langkahnya.“Aku pulang sendiri!” sahut Fio dengan nada ketus.Bian menahan pergelangan tangan Fio. “Jangan marah!” nada bicara Bian terdengar halus namun tegas.Fio menghentikan langkahnya dan menghadap Bian dengan waj
Read more

Chapter 24

Satu minggu sebelumnya…Fio melipat kertas dengan cekatan. Dia ingin segera menyelesaikan kegiatannya karena besok dia ingin memberikan hasil karyanya untuk seseorang. Fio bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa senang yang tiba-tiba muncul di hatinya kala mengingat perjuangannya setelah belajar di malam hari untuk membuat burung-burung kecil dari kertas berwarna-warni di depannya itu.“Aku ingin membuat bentuk yang lain, tapi…” Fio menggigit bibirnya. “Aku sedikit lupa dengan teknik membuat bentuk lain selain burung, ckh!” Fio berdecak.Lagipula dia sempat ingat bahwa katanya seribu burung-burung kecil yang berasal dari kertas warna-warni itu melambangkan harapan. Fio ingin mencapai jumlah tersebut dan berharap orang yang nantinya akan menyimpannya sama seperti dirinya, selalu memiliki seribu harapan dan tidak mudah menyerah. Fio tersenyum.Fio membuatnya juga ketika selesai makan siang di sek
Read more

Chapter 25

Fio mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Hari ini dirinya mampir ke kedai yang menjual mie ayam dan juga bakso yang terletak sekitar satu kilometer dari rumahnya. Jika dari sekolah Fio, kedai tersebut terletak di kiri jalan. Tempatnya memang tidak terlalu besar, tapi rasa mie ayam dan juga bakso disana sangat enak. Tidak heran jika kedai tersebut sering terlihat ramai oleh pelanggan.Tapi sore ini sepertinya doa Fio terkabul. Dia berharap supaya kedai tersebut tidak terlalu ramai karena akan sulit menemukan meja kosong. Bukannya Fio mendoakan yang tidak baik untuk kedai tersebut. Tapi dia hanya ingin setidaknya selama paling tidak satu jam ke depan dia tidak akan merasa terburu-buru karena melihat antrian pelanggan yang sedang menunggu meja kosong.Fio melebarkan matanya kala melihat Bian berjalan ke arahnya dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya. Bagian bawah seragam Bian sudah keluar dan rambut pemuda itu terlihat berantakan. Khas siswa yang baru sa
Read more

Chapter 26

Fio menatap Bian tanpa berkedip. Dia mencoba mencerna apa yang diucapkan Bian kepadanya. Lima detik kemudian Fio tersenyum dan menganggukkan kepalanya.“Baiklah!” jawabnya. “Ayo kita makan!” kata Fio yang kemudian menggeser mangkuk baksonya kemudian mulai mengaduk isinya.Bian tersenyum dan mengangguk. “Oh iya, dari mana kamu mempelajari cara melipat kertas seperti itu?” tanyanya sambil menyendok sambal dan menaruhnya pada mangkuk bakso di depannya.Fio sibuk menuangkan kecap dan juga saus ke dalam mangkuknya. “Dari nenekku,” jawabnya dengan mata yang fokus pada botol saus.Tiba-tiba Bian menarik botol saus tersebut dari tangan Fio. “Sausnya mungkin habis makanya tidak bisa keluar isinya, pakai sambal saja, menurutku lebih sehat dan rasanya lebih enak,” kata Bian mengulurkan wadah kecil yang berisi sambal.Fio menatap Bian kemudian beralih ke wadah kecil di depannya. “Oke, sambalnya
Read more

Chapter 27

Bian terdiam kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Kamu benar, terima kasih sudah memberitahuku,” Bian terlihat tulus dengan ucapannya.“Baiklah!” Fio mengangguk. “Aku beri tahu satu lagi tentang kertas-kertas yang aku gunakan untuk melipat kertas ini, nenekku mendaur ulang kertas-kertas limbah yang sudah tidak terpakai, setelah tahu cara mendaur ulang kertas limbah yang banyak terbuang, nenekku tidak pernah lagi membelinya,” kata Fio dengan wajah bersemangat.“Keren sekali! Kamu juga melakukan daur ulang?” tanya Bian.Fio menggelengkan kepalanya dan tertawa. “Tidak, di gudang rumahku masih ada sisa kertas hasil daur ulang nenekku, setelah beliau meninggal aku tidak mau lagi menyentuh kertas-kertas itu dan setelah sekian lama akhirnya aku tertarik dengan seni melipat kertas atau yang biasa dikenal dengan nama origami,” kata Fio penuh antusias.“Nenekmu sangat luar biasa!” k
Read more

Chapter 28

Langkah gadis yang sebentar lagi akan mencapai sepedanya itu terhenti ketika mendengar suara pemuda yang tadi seperti menciptakan jarak dengannya. Fio menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan sambil memejamkan mata sebentar. Fio menoleh dengan senyuman yang sudah terkembang di bibirnya.“Ya?” jawabnya yang terdengar seringan kapas.Bian nampak sedang menoleh kepadanya kemudian berdiri dan melangkah menuju dirinya. Fio menatap air muka Bian yang sepertinya tidak senang dengan kedatangannya. Fio masih saja menggenggam tangannya sendiri untuk meneguhkan diri. Dia memasang wajah yang sama sekali tidak terlihat sedang kecewa dan juga sedih. Sebaliknya, Fio tetap memasang wajah cerianya seperti biasa.“Ini,” Bian mengulurkan uang senilai tiga puluh ribu rupiah yang tadi di ambil dari dalam celananya.Fio menatap tangan Bian. “Apa ini?” tanyanya dengan wajah bingung.“Apa kamu lupa? Kemarin waktu k
Read more

Chapter 29

Sampai di rumahnya, Fio langsung masuk ke dalam kamar tanpa menyapa mamanya yang sedang menyiram tanaman di halaman samping rumah mereka. Rahma bahkan menatap putrinya dengan wajah yang terlihat penasaran.“Ada apa dengannya?” gumam Rahma.Sikap Fio tidak seperti biasanya. Gadis itu sama sekali tidak mengucapkan salam ketika memasuki rumah. Fio bahkan menundukkan kepalanya kala berjalan.“Fio kenapa?” gumam Rahma lagi kemudian dia menghela napasnya dalam.***Fio berjalan keluar dari kamarnya dan segera menuju ke ruang tamu. Baru saja mamanya mengetuk pintu kamar miliknya. Sepertinya dia ketiduran sampai jam tujuh malam dia baru terbangun. Fio sudah berhenti menangis entah sejak kapan. Kepalanya terasa sangat berat dan matanya terasa pegal. Fio bahkan merasa hidungnya seperti sedikit tersumbat.“Ada apa Nad?” Fio berhasil membuat Nadya terkejut dengan ucapannya.Fio duduk di sebelah Nadya. Gadis itu
Read more

Chapter 30

Jawaban Fio membuat Nadya menelan salivanya dengan pelan. “Siapa orang itu?” tanya Nadya masih pura-pura penasaran.“Ada, orang itu temanku, tapi…” Fio menggantungkan kalimatnya. “Sudah! tidak perlu di bahas karena yang jelas perasaanku sudah baik-baik saja sekarang apalagi dengan es krim cokelat yang kamu bawakan ini, lumayan bisa mengobati hatiku,” jawab Fio sambil tersenyum.Nadya kemudian menganggukkan kepalanya. “Oke, makanlah sebelum mencair,” katanya.Fio mengangguk. “Terima kasih banyak, sepertinya kamu sudah putus dari Dio,” Fio bicara tanpa menatap Nadya.“Kami masih baik-baik saja!” Nadya dengan cepat membantah ucapan Fio.“Oh, aku pikir kalian sudah putus,” kata Fio dengan santai.“Belum! Kamu doanya jelek sekali, kamu senang kalau kami putus?” tanya Nadya yang merasa kesal.Fio menggelengkan kepalanya. “Kamu tiba-t
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status