Share

Chapter 30

Author: angeelintang
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jawaban Fio membuat Nadya menelan salivanya dengan pelan. “Siapa orang itu?” tanya Nadya masih pura-pura penasaran.

“Ada, orang itu temanku, tapi…” Fio menggantungkan kalimatnya. “Sudah! tidak perlu di bahas karena yang jelas perasaanku sudah baik-baik saja sekarang apalagi dengan es krim cokelat yang kamu bawakan ini, lumayan bisa mengobati hatiku,” jawab Fio sambil tersenyum.

Nadya kemudian menganggukkan kepalanya. “Oke, makanlah sebelum mencair,” katanya.

Fio mengangguk. “Terima kasih banyak, sepertinya kamu sudah putus dari Dio,” Fio bicara tanpa menatap Nadya.

“Kami masih baik-baik saja!” Nadya dengan cepat membantah ucapan Fio.

“Oh, aku pikir kalian sudah putus,” kata Fio dengan santai.

“Belum! Kamu doanya jelek sekali, kamu senang kalau kami putus?” tanya Nadya yang merasa kesal.

Fio menggelengkan kepalanya. “Kamu tiba-t

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 31

    Bian menarik tangan Fio sehingga Fio kini sudah menghadap Bian dengan jarak yang sangat dekat. Fio sama sekali tidak mengatakan apapun kepada Bian. Gadis itu hanya menatap pemuda di depannya itu dengan tatapan datarnya.Bian terdiam saat menatap Fio tepat di mata gadis itu. Mata Fio berkaca-kaca dan hal tersebut membuat Bian merasa sangat buruk di depan Fio.Bian menelan salivanya dengan cepat dan meregangkan genggamannya pada pergelangan tangan Fio. “Bisakah kamu memberiku sedikit waktumu?” tanya Bian dengan alis yang sudah turun ke bawah dan Fio tahu bahwa Bian tengah menatapnya dengan penuh penyesalan.“Tidak ada urusan yang penting di antara kita jadi aku rasa kita tidak perlu membahas apapun,” jawab Fio sambil melepaskan tangannya yang sayangnya gagal.“Aku tidak akan melepaskan kamu sebelum kamu memberikan aku waktu,” kata Bian dengan mata yang menyorot penuh tekad.Fio mengalihkan pandangannya ke arah kiri

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 32

    “Aku harus bagaimana?” kata Fio kepada dirinya sendiri dengan nada memelas.Dia sedikit mengangkat kepalanya kemudian bangkit berdiri. “Apapun yang akan dikatakan Bian, aku hanya perlu mendengarkannya, kan?” gumam Fio sambil berjalan menuju pintu kamar. “Kalau aku kembali terluka nantinya, aku masih memiliki duniaku yang sama sekali tidak berubah meskipun tanpa Bian,” katanya mantap.Fio meraih gagang pintu dan membukanya. Dia keluar dari kamar dan segera menuju ke dapur untuk mencari mamanya. “Sepi,” gumam Fio.Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri. Fio mengerucutkan bibirnya kala menyadari bahwa hari itu adalah hari dimana mamanya ada acara arisan.“Pasti nanti papa langsung jemput mama,” tebak Fio. “Di rumah sendirian, oke!” Fio menganggukkan kepalanya.Gadis itu menarik kursi yang berada di ruang makan dan duduk disana. Matanya memandangi berbagai hidangan di atas meja

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 33

    Fio menaikkan satu alisnya tinggi kemudian dengan segera dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Aku baik-baik saja.” Fio mengangguk.Bian mengamati Fio yang tidak menatapnya ketika menjawab pertanyaan mudah darinya. “Maafkan aku Fi,” kata Bian dengan mata yang terlihat menyesal.“Maaf untuk apa?” Fio menoleh dan bertanya seolah-olah dirinya benar-benar baik-baik saja.“Karena sudah bersikap menyebalkan minggu lalu,” jawab Bian dengan nada lembut.Fio tersenyum. “Kenapa?” tanya Fio yang membuat Bian menatap manik mata gadis itu dengan lebih dalam.“Aku…” Bian memutus kontak mata mereka dan hal tersebut berhasil membuat Fio tersenyum kecut. “Aku dekat dengan gadis yang sedang bersamaku waktu itu dan aku hanya tidak ingin dia salah paham dengan…” Bian menggantungkan kalimatnya sejenak. “Kita.”Ada rasa berat yang menghimpit dada Fi

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 34

    Percakapannya dengan Bian masih jelas membekas di kepala Fio. Gadis itu sejak tadi kesulitan untuk memejamkan matanya. Dia terus merapatkan matanya dengan paksa yang sayang sekali hanya bertahan selama lima menit saja. Dia menyerah dan kembali membuka mata untuk menatap langit-langit kamarnya. Disana terdapat bintang-bintang yang berasal dari lampu di atas nakas Fio. Suasana remang dan banyaknya proyeksi bintang di atasnya membuat Fio semakin merasa kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh Bian kepadanya tidak berhenti berputar di kepalanya. Gadis itu mendesah kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Fio berjalan dengan pelan. Matanya bahkan masih sembab akibat menangis tepat setelah Bian meninggalkan rumahnya. Dia membuka pintu kamarnya kemudian berjalan menuju ke arah ruang makan. Dia menoleh ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu kamar kedua orang tuanya. “Huh!” Dia membuang napasnya dengan kasar. Pukul sebelas lebih sepuluh menit malam. Fio meneruskan l

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 35

    Fio menatap dua roti yang masih ada di dalam kotak bekalnya dengan sorot kecewa. “Ini… ini untuk aku semua,” jawab Fio. “iya ini untuk aku semua,” gumam Fio. “Makanmu banyak sekali,” celetuk Nadya sambil mengunyah rotinya. “Supaya berat badanku bertambah, mama berkata kalau aku kelihatan kurus,” Fio tersenyum dengan menunjukkan gigi-giginya yang putih bersih. Nadya hanya tertawa dan tidak menanggapi ucapan Fio. Mengingat bagaimana mamanya menyiapkan bekal sarapan tadi pagi membuat Fio merasa kembali kecewa. Memangnya Fio harus bagaimana setelah obrolannya dengan Bian malam itu? Semuanya semakin menjadi abu-abu dan terasa sia-sia bagi Fio. Dia ingin menghentikan langkahnya. Dia ingin memutus semua perasaannya untuk Bian sekarang juga, tapi pemuda itu selalu egois dengan menarik ulurnya sesuka hati. “Aku senang selama ini ada kamu di sampingku,” kata Bian. Fio menoleh dengan bibirnya yang terkunci rapat. Matanya tidak berkedip menat

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 36

    Fio menatap papanya dengan gelas berisi susu yang masih berada di depan bibirnya. “Ya, Fio baik-baik saja, Pa,” jawabnya dengan senyuman yang terlihat seperti dipaksakan.“Kalau kamu sedang tidak enak badan, kamu tidak perlu datang ke sekolah, Papa bisa minta izin ke sekolahmu pagi ini,” kata Anjar dengan pandangan yang tidak lepas dari wajah Fio.Fio menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak perlu, Fio tidak sakit, Fio benar-benar baik-baik saja, Pa,” katanya membantah.“Yasudah kalau begitu, ini Mama siapkan bekal sarapan kamu untuk di sekolah nanti, jangan lupa di makan,” kata Rahma dengan senyuman hangat.Fio tersenyum dan mengangguk paham. “Terima kasih banyak, Ma.”Dia kemudian menatap kotak bekalnya yang hampir di tutup oleh Rahma. “Mama tunggu!” Fio menahan tangan Rahma yang hendak menutup kotak bekal tersebut.“Ada apa?” tanya Rahma sedikit terkej

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 37

    Nadya menampilkan wajah sedih dan juga kecewa. “Ya,” jawabnya dengan lirih.Jantung Fio berdegup kencang. “Kenapa kamu mau melakukannya? Kalian bahkan belum menikah dan kita bahkan masih duduk di bangku SMA.” Fio benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Nadya dan juga Dio.“Kami saling cinta, terlebih aku sudah terlanjur mencintai Dio setengah mati,” jawab Nadya sambil mengangkat bahunya acuh.Fio menghela nafasnya dalam. “Kalau kamu yang katanya sudah di cintai saja masih bisa di lukai, apalagi aku yang masih berstatus teman?” Fio menundukkan kepalanya dengan kerutan-kerutan di dahinya.“Fi?” Nadya mencoba memahami apa yang sedang dirasakan oleh teman baiknya itu.Fio mendongak. “Nad, apa kamu tidak takut kalau kamu sampai eumm…” Fio menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. “Apa kamu tidak takut hamil?” Fio berhasil membuat beberapa orang di se

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 38

    “Nanti pulang sekolah denganku, ya?” kata Rey yang tengah mengendarai motor sport-nya.Fio menatap jalanan di sekitar mereka. “Oke,” jawabnya singkat.Rey menatap pantulan dirinya dari kaca spion. “Fi, apa kamu sedang ada masalah?” tanya Rey.“Tidak, aku baik-baik saja,” jawab Fio.Rey menghela napasnya dalam kemudian tidak ada lagi percakapan di antara keduanya. Sampai saat motor Rey berhenti di lampu merah, mata Fio terbelalak.“Bian?” Rey menepuk bahu Bian yang sedang menaiki sepeda motornya.Posisi yang berjejer membuat Bian bisa menatap wajah Fio dengan jelas. “Hai Rey,” sapa Bian.Bian hanya melirik Fio dengan raut wajah datar. Pemuda itu sama sekali tidak menyapa Fio. Hanya sebentar, karena setelahnya lampu hijau menyala.“Aku pergi dulu, Rey,” kata Bian.Rey terlihat mengangguk kemudian berbelok ke kanan di mana sekolahnya dan Fio

Latest chapter

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 103

    Bian menjalani hari-harinya dengan sepi. Bukan karena dia tidak memiliki teman tapi karena dia yang memilih menarik diri dari pergaulan. Entah sampai kapan, Bian tidak tahu. Dia butuh ruang dan waktu untuk menyendiri. Memikirkan masa depannya yang kini dipenuhi oleh bayangan utang kepada ayah Prisa.Tidak sedikit baginya tentu saja, mengingat biaya pengobatan adiknya yang juga tidak bisa dibilang murah. Bian sudah berusaha sampai dia menggadaikan harga diri dan cintanya. Sampai dia harus menjadi seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Anak muda yang masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah itu harus bersedia menghapus mimpinya untuk bisa hidup bersama seseorang yang ia cinta suatu hari nanti.Tapi sepertinya itu tidak lagi menjadi masalah besar baginya, karena Prisa dengan senang hati memberikan jalan untuknya. Sesuai kesepakatannya dan ayah Prisa, hubungan yang selalu didambakan oleh gadis itu hingga membuatnya menjadi orang yang egois akan berakhi ketika Prisa terbukti berk

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 102

    “Brengsek!” Pemuda itu melepaskan gagang pintu yang ia genggam.Dia bergerak mundur disertai dengan senyuman kecut yang kini menghiasi wajahnya. Wajah gadis itu terlihat pucat. Tangannya mencengkram erat selimut yang membelit tubuh telanjangnya. Sementara seorang pemuda lain terlihat buru-buru memakai celananya kembali.Bian terkekeh pelan sambil menggelengkan kepala tak percaya. Dia datang dengan membawa makanan dan obat demam untuk kekasihnya. Setelah tiba di kota Jogja, dia mendapatkan kabar bahwa Prisa sedang sakit. Dia datang dengan membawa apa yang ia pikir dibutuhkan oleh gadis itu tanpa mengabari terlebih dulu.Ia pikir, Prisa akan senang dengan kedatangannya yang pasti akan mengejutkan dan perhatian yang ia berikan kepada gadis itu. Tapi, justru Bian yang terlihat terkejut dengan kejadian yang membuatnya cukup muak.“Bian, tunggu!” teriak gadis itu dengan wajah panik luar biasa.Prisa bangun dari atas ranjang dan berlari mengejar Bian yang sama sekali tidak mengindahkan pangg

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 101

    Fio berdiri di depan teras rumahnya yang sekarang terasa asing baginya. Setelah acara pemakaman Nara selesai, dia tak langsung pulang. Gadis itu membantu Ningsih mengurus acara tiga harian terlebih dahulu. Sampai malam menjelang, Fio masih bertahan di sisi Ningsih yang akhirnya memperlihatkan ketidakberdayaannya sebagai seorang manusia biasa. Wanita paruh baya itu sesekali meneteskan air mata meski tidak diiringi dengan isak tangis. Tapi, Fio tahu bahwa di dalam hati Ningsih semuanya terasa begitu berat dan nyaris tak mampi ia topang.“Kenapa tidak masuk?”Fio menoleh. “Kamu masih di sini?” Fio terkejut dan segera menatap motor Bian yang ternyata masih ada di luar pagar rumahnya.Bian mengangguk. “Aku baru saja akan pergi tapi aku lupa mengatakan sesuatu padamu.”Fio mengerutkan kening dalam. “Apa?” tanyanya.Di bawah langit tanpa bintang, Bian menatap Fio dengan wajah sendunya. Dia menghela napas dalam dan menunduk sejenak. Pemuda itu terkekeh pelan.“Lucu sekali, ya? Sejauh apapun k

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 100

    Malam itu benar-benar menjadi malam terakhir Bian mengobrol dengan Fio. Gadis itu tidak mau lagi membuka akses untuknya meski hanya untuk menyapa. Hal itu terbukti saat Bian tanpa sengaja berjumpa dengan Fio di kantin kampus. Bian yang sudah menyiapkan diri untuk sekedar tersenyum dan menyapa Fio mengurungkan niat kala dia melihat Fio memilih menundukkan kepalanya supaya tidak perlu menatapnya. Bian bertahan dengan kebimbangan hati yang masih menyelimutinya. Dia terus menemani Prisa hari demi hari meski tidak ada satu hari yang ia lewati tanpa teringat semua kenanganya bersama Fio. Dia menguatkan hatinya. Dia terus membisikkan satu kalimat yang berhasil membuatnya menguatkan pundaknya lebih dari sebelumnya. Semua demi Ibu dan adikku. “Halo?” Suara pria itu terdengar seiring dengan langkah kakinya yang semakin pelan. Isak tangis dari seberang telepon berhasil membuat detak jantungnya dua kali lebih cepat dari biasanya. Dia membeku di tempat saat ibunya mengatakan hal yang paling ia

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 99

    “Tidak semudah itu, Fi!” sahut Bian dengan wajah tak terima. “Aku tidak mungkin membuat kamu ikut memikirkan masalahku sementara aku tahu kamu juga punya masalahmu sendiri,” lanjut pemuda itu. Fio hanya diam. Dia hanya mampu menghela napas berat. Semuanya sudah terjadi dan tidak akan pernah bisa diputar kembali. Tidak ada yang bisa Fio lakukan selain pasrah dengan fakta yang ia dapatkan. “Sudahlah! Sepertinya juga tidak ada gunanya kita berdebat,” ucap Bian. Fio mengangguk mengerti meski hatinya terasa sesak. “Bian?” panggil Fio. Bian menoleh. “Hm?” “Setelah malam ini, aku mungkin tidak akan pernah memberikan kamu kesempatan lain lagi. Jadi, Bi…” Fio tidak berani menatap mata mantan kekasihnya meski hanya lima detik saja. “Kembalilah kepada dia yang sudah kamu pilih. Aku akan menemukan bahagiaku sendiri jadi kamu juga harus bahagia.” Setelah mengatakan kalimat itu, Fio bergegas berdiri di depan pintu dan meminta Bian untuk pulang secara baik-baik. Baginya, dia tidak bisa lagi mem

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 98

    Setelah selesai makan, Bian dan Fio hanya saling diam. Fio merasa tidak ada hal penting yang harus ia katakan kepada Bian. Sementara Bian, pemuda itu ingin sekali mengatakan hal yang sebenarnya pada mantan kekasihnya. Di perjalanan menuju ke kos Fio, Bian memikirkan hal di luar nalarnya selama ini. Taruhannya sangat besar dan dia bisa saja menyesal di kemudian hari.Tapi, dia tidak akan pernah tahu jika mencoba sesuatu mungkin akan mendatangkan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bian meneguk ludah dengan pandangan yang ia alihkan kepada gadis cantik bernama lengkap Fiona Ruby Cantika itu.“Fi,” ucapnya serupa bisikan.Suaranya seperti malu-malu untuk keluar. Bian gugup dan juga bingung bagaimana harus memulai pembicaraannya. Dia hanya tersenyum saat Fio menoleh dan menatapnya dalam diam. Gadis itu menunggu kalimat yang hendak Bian lontarkan kepadanya.“Aku ingin bicara sesuatu kepadamu.” Bian memantapkan hatinya. “Tapi…” dia menggantung ucapannya. “Mungkin apa yang akan aku bic

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 97

    Bian memacu motornya dengan kecepatan sedang. Dia ragu-ragu untuk datang ke acara keluarga Prisa. Rasanya dia hanya akan menjadi bahan olok-olokan saja di sana. Tapi dia sudah berjanji pada kekasihnya untuk datang. Acara ulang tahun pernikahan Tante Nilam, yang tak lain adalah adik kandung dari ayah Prisa. Bian memang sudah pernah bertemu dengan Nilam sebelumnya. Hanya saja pertemuannya tidak menyenangkan. Pemuda itu telah sampai di depan sebuah hotel bintang empat yang menjadi tempat acara. Bian merapikan kemejanya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia sedikit terlambat. Langkahnya terasa ringan dan tanpa beban. “Semoga mereka meminta Prisa untuk memutuskanku,” batinnya. Begitu kakinya menginjak lantai ballroom hotel, Bian merasa seperti sedang memasuki ruang persidangan. Banyak pasang mata menatapnya dengan wajah terheran-heran. Bagaimana tidak? Bian tidak mengenakan jas. Padahal di dalam undangan sudah tertulis dress code malam itu adalah jas berwarna hitam bagi pria dan gaun

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 96

    Fio memilih menghindar jika tidak sengaja dia bertemu dengan Bian. Selama enam minggu mereka bahkan tidak pernah bertemu. Bukan hanya karena Fio yang mencoba menghindar, tapi juga karena Bian yang memilih untuk tidak menemui Fio lagi. Meski rasanya dia sangat ingin melihat kondisi gadis itu. Ada hal yang mengikat dirinya dengan Prisa dan dia tidak bisa melewati batas lagi. Sore itu, Fio tidak sedang baik-baik saja. Pandangannya mulai tidak fokus. Wajah pucatnya beberapa kali membuat beberapa teman yang ia lewati merasa cemas. Dan sesekali ada yang melihatnya sambil berbisik-bisik dan juga tertawa. Gadis itu kembali menelan ludah karena tenggorokannya yang terasa kering. Tangannya mengusap dahi yang mulai mengeluarkan keringat dingin. Perutnya sakit luar biasa. Tubuh gadis itu hampir oleng. Tapi dia beruntung karena seseorang menangkap tubuhnya dengan cepat dari arah belakang. Fio meringis. Kemudian seseorang itu menuntunnya supaya duduk di bangku yang berada tak jauh dari tempat mere

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 95

    Percakapannya dengan sang ibu terus saja berputar di kepala dan membuatnya harus berkali-kali menghela napas dalam. Bian tidak bisa memejamkan matanya barang sebentar saja. Benaknya terus saja memikirkan hal yang mungkin terjadi kelak. Hatinya terus mencemooh dirinya yang dinilai sangat lemah. Bian tidak bisa membuktikan bahwa pilihannya untuk berada di Jogja adalah hal yang tepat. Oleh karena itu, dia memilih berbohong kepada ibunya.Pemuda itu bangkit berdiri dan meraih kotak rokok dan juga pemantik api dari atas meja. Dia berjalan menuju ke teras kamar kos dengan langkah gontai. Bian menyalakan rokoknya dan menikmati nikotin serta tar dari benda yang kini sudah menjadi teman setianya. Dulu, Fio selalu berpesan supaya dia tidak merokok. Kesehatannya sangat berharga dan Bian dengan mudahnya melanggar pesan Fio.Dia tidak mampu, dia memang lemah. Semua orang memandangnya sebagai mahasiswa teladan dan juga calon menantu idaman. Bian bahkan kini terkekeh geli mendengar t

DMCA.com Protection Status